Ilya sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya. Hari senin ini, ia kembali masuk karna Ujian anak kelas 12 sudah selesai. Ilya tersenyum di depan kaca yang memantulkan dirinya, seraya membenarkan tatanan rambutnya.
Langkah kakinya melangkah lembut menghampiri ponsel yang sedari bangun tak ia lihat. Hanya mengecas, lalu meninggalkan mandi dan berpakaian. Ada satu pesan dari Faris,
Pergi sendiri, gue gabisa jemputIlya menghembuskan napasnya, lelaki itu masih marah. Ilya mengambil tasnya, lalu turun kebawah untuk sarapan bersama. "Pagi ma, pa," sapa Ilya dengan senyum kecil lalu mendudukkan bokongnya, mengabaikan Reza disampingnya. Setelah beberapa tegukan susu, kepala Ilya menoleh pada Reza, "Bang, gue ke sekolah sama lo ya." ucapnya langsung mendapat tatapan tak mengenakkan dari Reza, "Putus apa berantem?" Ilya tak menanggapi pertanyaan Reza. Pura-pura tak mendengar.
***
Ketika Ilya baru sampai di kelas, pelukan dari Mira mengejutkannya sampai tubuhnya sedikit terhuyung kebelang. "Aaaa, gue kangen banget sama lo!" serunya, selalu heboh. Ilya hanya tertawa, menatap Manda disamping Mira yang mengisyaratan gadis sipit itu kurang waras dengan jari telujuknya miring di kening. "Minggir, gue mau naro tas dulu." ucap Ilya menyingkir dari depan sahabatnya.
Tepat ketika setelah Ilya meletakkan tas nya di bangku dan berbalik ingin menghampiri Mira, tiba-tiba del menghalangi jalannya. "Ilya, please maafin gue. Gue minta maaf." gadis di depannya menyatukan tangannya di depan Ilya, wajahnya benar-benar terlihat memelas. Ilya hanya diam, mematung. Sebuah tangan menarik tangan kanannya menyadarkan Ilya, "Minggir deh lo, temen gue mau jalan!" Mira sedikit membentak, nadanya begitu kasar. Adel sedikit memberi jalan untuk Mira, membuat gadis sipit itu berjalan, sengaja menyenggol bahu Adel sekuat yang ia bisa, juga tangannya menarik Ilya. Namun tarikannya terhenti ketika dirasakannya Ilya tak ikut berjalan.
Sebuah tangan turut menarik tangan Ilya yang menganggur. "Maaf Il, maaf. Gue minta maaf." bahkan kini suara Adel sudah bergetar, menahan tangis. Ilya menarik tangannya kasar dan memilih pergi bersama Mira juga Manda.
Adel bukan baru pertama kali bertingkah demikian. Sudah sangat sering. Bahkan setiap hari ketika mereka sekolah. Ketika netranya menangkap Ilya, detik itu juga ia akan meminta maaf. Ntah rasa bersalah yang mendalam atau apa, Ilya juga tak begitu mengerti. Tapi, meski begitu Ilya tak bisa memaafkan sahabatnya itu. Jika kejadian kemarin adalah ketidaksengajaan, mungkin Ilya akan memaafkannya sejak ia sadarkan diri.
"Udahlah Il, jangan diambil pusing tu kelakuan nenek sihir." ucap Mira, sembari mengayunkan kakinya.
"Dia gila ga sih menurut kalian?" pertanyaan dari Manda langsung mendapat perhatian dari kedua temannya. Membuat Manda langsung mengulum bibirnya, merasa telah salah bicara. Namun yang ia dapat justru anggukan dari Ilya. "Gue juga takutnya gitu sih,"
"Biarin ajalah dia gila. ikhlas gue kalo dia gila hahaha." ujar Mira diakhiri dengan tawanya yang mirip pemeran antagonis dalam film cinderella.
"Rabu kemaren, pas gue ke mall sama bang Eja ketemu Adel. Awalnya gue liat dia biasa aja, tapi pas dia liat gue kek langsung buru-buru nyamperin gue," ujar Ilya, menceritakan kejadian yang belum seminggu. "Dih, berarti dia selama ini drama doang minta maaf ke lo???"
Ilya berdecak kecil, "Diem dulu ih." ucapnya pada Mira mendapat cengiran tak bersalah Mira. "Terus, gue langsung disamperin sama dia kan. Nah, kelakuannya persis banget kaya tadi, mohon-mohon gitu. Orang-orang yang lewat pada ngeliatin. Malu banget."
"Terus lo apain Il?" tanya Manda terlihat begitu penasaran. Ilya menggeleng, tatapannya kedepan "Gue cuma diem, terus ditarik sama abang gue. Tapi si Adel ini ngejar kita, sampe abang gue dorong terus bilang kalau tetap ngejar bakal dipanggilin satpam. Baru deh berhenti. Terus gue langsung dibawa pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...