Khawatir?

26K 1.1K 11
                                    

"Permisi pak, boleh izin bicara sama Ilya sebentar?" ujar Elang mengetuk pintu agar terkesan sopan.

"Sok sopan lo." celetuk Radit.

"Diem bego. Pencitraan dikit lah depan adik kelas." ucap Elang sedikit berbisik.

"Kak Elang? Kenapa?" tanya Ilya sedikit canggung saat ia sudah di ambang pintu, karna ini pertama kalinya ia berbicara dengan teman Faris.

"Lo tau gak Faris kemana?"

"Hah? Faris?" Tanya Ilya balik, karna ia sedikit bingung. Kenapa teman Faris menanyakan Faris padanya.

"Iya, Faris."

"Gak tau, emang Faris kemana?" pertanyaan itu melesat begitu saja dari mulut Ilya.

"Ya kalau kita tau gak nanya elo lah." celetuk Radit.

"Oh iya, hehe."

"Yaudah, nanti kalau Faris ada ngabarin lo kasih tau kita." pesan Elang.

"Iya."

Ilya kembali duduk dan mendengarkan penjelasan guru di depan. Tapi otaknya menolak untuk fokus pada pelajaran. Faris kemana? Kok temennya gak tau? Kata kata itu terus menari nari di kepala Ilya. Ntah kenapa, ia sedikit khawatir. Tapi cepat cepat di enyahkannya pikiran khawatir itu. Dan mencoba kembali fokus pada pelajaran. Tapi tetap saja, hasilnya nihil.

***

Elang dan Radit sedang menikmati hembusan angin dari atas rooftop. Tak ada yang membuka suara diantara mereka. Mereka masih berkelabat dengan pikiran masing masing.

Ada apa dengan Faris dan papanya? Kemana Faris pergi? Kenapa Faris tidak mengabari apapun diantara mereka berdua?

Itulah sedikit dari banyak pertanyaan yang berlarian dalam otak Elang maupun Radit.

"Lang, kok kita bego sih?" ucap Radit tiba tiba.

"Bukan kita. Kalau lo kan emang bego."

"Tai lo. Eh tapi kenapa kita gak nelfon Faris sih?"

"Udah, semalem gue nelfon dia gak diangkat."

"Itu kan semalem oon. Gue telfon ya?"

"Telfon aja, kenapa lo bilang gue."

Radit mengeluarkan benda persegi berwarna hitam dari saku celananya. Lalu mengotak ngatik benda pipih itu, dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Loudspeaker dong. Gue pengen denger juga."

Radit menyentuh tanda pengeras suara, dan terdengar suara panggilan masuk.

"Ris? Ini Faris kan? Iya kan?"

Terdengar erangan dari seberang telpon.

"Hallo? Ini beneran Faris kan?"

Lagi. Hanya terdengar erangan dari seberang telpon, namun kali ini sedikit lebih keras.

"Ris lo kenapa sama bokap lo?" tanya Elang to the point.

"Kepo lo" jawab Faris dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Lo nelpon gue pagi pagi cuman buat nanyain hal gak berguna itu? Matiin."

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang