"Faris?!" teriak seseorang dari arah pintu masuk rumah Ilya. Orang itu lalu berlari menghampiri Faris. Dan terjadilah adegan pelukan khas lelaki.
Ilya mengernyit bingung, kenapa abangnya bisa mengenal Faris? Lalu kenapa mereka terlihat akrab? Sampai berpelukan?
Setelah adegan berpelukan mereka selesai. Ilya semakin binggung dengan pemandangan di depannya ini. Mereka terlihat saling mengenal, bisa dikatakan sangat sangat akrab.
"Lo ngapain disini?" tanya Faris.
"Tamu gak tau diri lo." ujar Reza menoyor kepala Faris. "Ini rumah gue, yang ada juga itu pertanyaan gue yang nanya bukan elo."
"Hah rumah lo? Berarti Ilya? Adek lo?" tanya Faris bingung, terlihat tatapan matanya tak percaya.
"Iyalah bego. Lo nganter adek gue pulang? Lo pacarin dia?"
"Gak. Kita gak pacaran." potong Ilya cepat.
Reza terlihat tak percaya dengan jawaban yang Ilya berikan, ia menatap kedua insan itu bergantian dengan tatapan menyelidik. Ia sempat memangkap perubahan wajah Faris saat ia menanyakan apakah Faris memacari adiknya.
"Bang gue balik dulu, ada urusan soalnya." pamit Faris pada Reza.
"Sok sok pamit lo. Kalau mau pulang, pulang aja kali jangan sok baik lo depan abang gue." sahut Ilya sengit.
"Gimana lo gak jomblo terus kutil, pacarnya pamit malah digituin."
"Apaan sih bang Eja, gue gak-"
"Kita pacaran bang." potong Faris mantap.
Ilya melotot tak percaya pada Faris, kenapa dia mengatakan hal itu dengan sangat mudah.
"Tenang aja gue gak bakal larang lo pacaran sama Faris kok dek, gue tau Faris baik." ujar Reza pada Ilya. "Dan lo, jangan coba coba mainin adik gue." sambungnya yang kini sudah menghadap pada Faris.
"Baik? Faris baik? Baik dari hongkong!" batin Ilya.
"Lo tenang aja, gue udah gak pernah mainin cewek semenjak kenal sama adek lo."
What?
'Semenjak kenal sama adek lo?' Memangnya seberapa lama mereka mengenal? Sebulan saja belum penuh, tapi Faris mengatakannya seperti sudah mengenal Ilya sangat lama.
Ah jangan lupakan, Faris juga laki laki yang mempunyai mulut manis yang dapat menyihir pendengar untuk mempercayainya tanpa ingin tau kebenaran sebenarnya.
"Yaudah bang, gue pulang dulu. Dan bang, adek lo matanya nanti dibawa ke dokter ya, soalnya udah kayak pengen keluar." ucap Faris lalu menghampiri motornya dan segera berlalu.
Ilya kesal setengah mati dengan Faris. Bagainama dia bisa mengatakan itu dengan mudah? Sepertinya Ilya memang harua membuat rencana pembunuhan Faris, ia tidak peduli jika harus masuk penjara. Asal Faris tidak ada ia pasti tenang.
Begitulah bisikan setan pada Ilya, dan Ilya setuju. Sangat setuju. Ia memasuki rumahnya dengan langkah gedebak gedebuk sampai ke kamarnya, lalu menutupnya dengan keras.
Kali ini ia juga tidak hanya kesal pada Faris, tapi juga Reza. Reza bilang dia tidak bisa menjemput Ilya karna ada tugas yang tidak bisa ditunda. Tapi sekarang? Dia ada dirumah.
Ilya meletakkan tas sekolahnya, lalu ke kamar mandi. Ia butuh mandi agar dirinya merasa segar.
***
"Duh kok Ilya bisa saudaraan sama bang Reza ya? Mana abangnya baik banget sama gue, tapi kalau gue putusin gak mungkin juga. Alex gimana dong? Let's be playing baby." gumam Faris sembari mengeluarkan senyum miringnya saat ia membelah kota dengan motor kesayangannya.
Faris terus menarik gas motornya dengan kecepatan rata rata. Matanya terus menelisik keadaan kota yang ramai saat jam pulang kerja sudah tiba. Dan tanpa sengaja indera penglihatannya menangkap seseorang yang tengah berkelahi dengan beberapa orang di pinggir jalan. Ia mengenal orang yang berkelahi itu, iya dia mengenalnya. Dia Elang. Tanpa fikir panjang, Faris membelokkan motornya ke arah Elang.
"Woy jangan keroyokan dong." ucap Faris dapat melihat Elang sudah kewalahan melawan musuhnya yang lebih dari 5 orang itu.
"Eh bocah, jangan ikut campur lo!"
"Sini lo, lawan gue." tantang Faris.
Pancingan Faris mendapat 'strike' karna sekarang lawannya sudah menyerang, tidak satu satu tapi langsung bergerombol.
Tak butuh waktu lama bagi Faris melumpuhkan lawannya. Faris menang bukan sepenuhnya karna ia sering berkelahi, tapi juga ilmu bela diri yang dikuasainya dengan sempurna membuat ia mudah melumpuhkan lawannya.
"Makasih kak." ucap wanita yang Faris bahkan tak tahu keberadaannya.
"Lang, lo gak papa?" tanya Faris menghiraukan ucapan gadis di sampingnya.
"Oke kok."
"Mereka siapa? Lo kenal?" tanya Faris lagi.
"Gak. Mereka gangguin dia" tunjuk Elang dengan dagunya. "Lo temennya Ilya kan? Nama lo siapa?" tanya Elang.
"OMG kak Elangg!! Sumpah yaa gue pengen pingsan, ditanyain nama." pekik Mira dalam hatinya.
"Kok diem?"
"Ah, emm.. Nama aku.. Mira. Mirandita Carissa Fadilah." ucap Mira gugup.
"Gue Elang." ucap Elang sembari mengulirkan tangannya pada Mira.
"Kak Elang mau megang tangan gue? Oke fix gue pengen pingsan njir." batin Mira histeris.
Elang menggerakkan tangannya kanannya sedikit lebih maju agar Mira menerima uluran tangannya untuk sekedar berkenalan.
"Eh patung. Tuh temen gue ngajak lo kenalan kenapa lo diem gitu." celetuk Faris.
Mira yang seperti baru tersadar dengan cepat menyambar tangan Elang dan menyalaminya. Setelah bersalaman, Elang membuka suaranya kembali. "Lo pulang sama gue aja, udah sore juga takut kejadian kayak tadi lagi."
"Gue pulang bareng kak Elang? Gak mimpi kann?! Semoga aja nggak." batin Mira.
"Hobi lo ngelamun?" ujar Elang terkekeh melihat adik kelasnya bertingkah seperti itu.
"Eh, enggak kok kak."
"Yaudah naik."titah Elang.
Mira yang kelewat senang pun mengangguk semangat.
"Hati-hati." ujar Elang yang merasakan Mira naik dengan tergesa gesa.
"Ini baru kenal aja perhatiannya udah segini, gimana kalau jadi temen?sahabat? Pacar? Suami? Argghh gue pengen jadi bini lo!" pekik Mira dalam hati. Ia sangat senang sekarang, ia rela jika harus dijambret setiap hari jika yang menolongnya seperti ini.
"Iya kak."
"Ris, gue duluan ya." pamit Elang
"Gak tahu diri lo. Bilang makasih kek, beliin minum kek, apa kek." cibir Faris.
Elang terkekeh mendengar penuturan Faris, lalu melesat membelah kota bersama Mira.
Jangan lupa votte and comment😄
Typo bertebaran:v
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...