Berdamai

6.5K 375 45
                                    

Hai semua!!

Apa kabar nih? Semoga selalu sehat yaa. Selama quarantine, ada yang nungguin Ilya update ga? Wkwk.

Aku ada sisipin template di atas, di sub bab nya. Deket judul, apasih namanya(?) soalnya aku mau ngeupload fotonya engga bisa dari tadi, dari jam awal sampe jam segini gabisa:(

Aku minta tolong ntar author note yang paling akhir dibaca yaaa. Biar Ilya makin baik kedepannya.

***

Ketika Ilya membuka pagar,bertepatan dengan Faris yang baru sampai. Sedikit kaget, sebenarnya. Ilya kira ia dan Faris akan saling mendiamkan seperti yang lalu-lalu. Terlebih, pesan terakhir yang Faris kirim berupa permintaan maaf berakhir hanya dengan centang biru. Faris membuka helmnya, "On time, princess?"

Ilya merotasikan matanya, "Apaan deh," merasa geli dengan sapaan yang Faris lontarkan. Lelaki di depannya hanya terkekeh kecil, "Udah pamit?" tanya nya lebih lanjut. Ilya menggeleng, "Aku pamit, sekalian ambil tas," ucap Ilya diangguki oleh Faris.

***

Ilya baru saja meletakkan tas nya. Bokongnya pun belum menyentuh bangku sama sekali, namun Mira selalu jadi yang pertama perihal menanyakan tugas. "Il, Fisika udah?" tanya gadis sipit itu yang diangguki Ilya, memberikan sebuah buku tulis pada sahabatnya lalu duduk. Mira juga ikut duduk di sampingnya.

"Mir, ini apaan?" Ilya yang tengah fokus pada benda pipih di depannya menoleh pada sumber suara. Menemukan Manda tengah menelaah bukunya. "Tugas Fisika kemaren." balas Mira cuek. Gadis itu benar-benar fokus menyalin jawaban Ilya.

"Astaga! Gue gak ngerjain!" Seru Manda, lalu bergegas meletakkan tasnya pada bangku paling belakang, dan tak lama kembali lagi dengan sebuah buku tulis, dan pulpen. Lalu tangannya dengan gesit menarik bangku di sebelahnya. "Bagi dong," ucapnya telah bersiap menyalin jawaban.

"Ini punya Ilya." jawab Mira. Mira bukannya tak ingin berbagi, tapi mengingat hubungan Ilya dan Manda yang tak bisa dibilang baik membuat Mira tak mau asal berbagi. Hanya takut jika ia berbagi pada Manda, sahabatnya itu akan marah.

Ilya jelas melihat perubahan ekspresi Manda saat Mira menyebutkan bahwa buku yang ingin gadis itu contek adalah miliknya. "Contek aja, gak papa kok." kedua alis Manda terlihat naik secara bersamaan, kaget. Tak kalah dari Manda, Mira menggerakkan kepalanya pelan bak adegan slowmo, menatap Ilya seakan tak percaya, drama sekali. "Kenapa lo?" Ilya bertanya pada Mira, jari telunjuknya mendorong pelan kening sahabatnya.

Ilya yang begitu baik pada Manda pagi ini jelas membuat mereka yang mengerti bagaimana hubungan keduanya, cukup terkejut. Ilya saja sebelum mengijinkan Manda, sempat berfikir apakah yang ia lakukan memang benar?

Semalam, sebelum tidur, gadis itu sempat merenung. Memikirkan perkataan Manda, tentang persahabatan kekasih dan gadis itu. Membuat Ilya memutuskan untuk tak lagi berlebihan menanggapi Manda. Ya, mungkin kali ini ia bisa mencoba untuk percaya.

"Nah, gitu Il. Harus baik sama semua orang, biar gak malu-maluin jadi sahabat gue." ujar Mira kembali menekuni pekerjaannya.

"Man, fotoin tugas Ilya dong. Share ke grup!" seseorang setengah berteriak dari pojok kelas. Manda menatap Ilya, seakan meminta persetujuan. "Fotoin aja." ujar Ilya.

Tak lama mereka saling diam, Raja dan Tisa yang masih menggendong tas mereka menghampiri Ilya. "Sist, Fisika udah belum?" tanya Raja dengan gaya centilnya. "Tuh, ke Mira." jawab Ilya.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang