Cemburu

23.7K 884 2
                                    

Logika memang tahu bagaimana membuat keputusan yang benar. Tapi hati lebih tahu keputusan yang membuat bahagia. Meskipun itu keputusan yang salah.

***

"Del, gue nebeng sama lo yaa." pinta Ilya pada Adel yang ntah untuk keberapa kalinya. Sembari memasukkan seluruh bukunya ke dalam ransel pink miliknya.

"Lo sekali lagi minta nebeng sama gue, gak gue tebengin lo." ancam Adel. Pasalnya, Ilya sudah mengatakan itu saat istirahat, dan ia juga sudah mengiyakan permintaan tebengan gratis Ilya.

Ilya hanya nyengir tak berdosa menampakkan sederet gigi putih nan rapinya.

"Yuk pulang." ajak Adel.

***

Adel dan Ilya sampai di depan gerbang, mereka masih menunggu mang Tedi, supir keluarga Adel untuk menjemput mereka.

"Mang Tedi mana ya? Kok lama sih." keluh Adel. Ia menengadah, langit mulai murung, desiran angin juga terasa mulai membelai kulit dengan tajam. "Udah mau hujan lagi." lanjutnya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Macet mungkin." jawab Ilya turut memandangi langit sore yang memang mulai mendung.

Titt... Titt...

Klakson dengan bunyi menggema perlahan masuk ke gendang telinga Ilya, bunyi nya makin lama semakin nyaring. Yang membuat tak hanya Ilya dan Adel, tapi juga beberapa murid yang bernasib sama seperti mereka. Menunggu.

"Pulang yuk."

"Sok kenal." ketus Ilya. Ia memang tidak merasa asing dengan suara dari knalpot motor tersebut, juga motor merah yang nampak tak asing lagi. Tapi ia tidak mengingat siapa pemiliknya. Dan juga tak peduli.

"Sok jual mahal." cibir Faris melepaskan helm full face nya. "Naik. Udah mau hujan." Faris menunjuk langit yang semakin pekat dengan matanya.

"Gue pulanng bareng Adel." jawab Ilya.

Adel yang merasa mendapat kerlingan dari Faris merasa tidak enak. "Hmm lo pulang sama kak Faris aja Il. Gue lupa kalau gue ada acara keluarga di rumah tante gue. Dan jalannya gak searah sama rumah lo." alibi Adel.

Ilya mendesah. "Anterin gue dulu. Abis itu baru lo ke rumah tante lo." ujar Ilya memohon.

Adel tak enak pada Ilya karna harus membohongi sahabatnya. "Sorry banget Il, bukannya gue gak mau atau gimana, tapi sekarang aja udah telat." ujar Adel.

Ilya mendesah. Harus kah dia pulang bersama makhluk seperti Faris? Ilya yakin, Faris akan menculiknya lagi seperti kejadian beberapa waktu lalu.

"Pulang bareng gue aja kenapa sih? Naik." ujar Faris.

"Gak. Gue pengen naik-"

"Faris?"

Adel dan Ilya mengerutkan keningnya bingung. Sementara Faris menampakkan wajah kaget yang begitu kentara. Seorang wanita datang menghampiri Faris dengan senyum yang mengembang.

"Ini tante nak, tante Santi." ujar wanita itu memperkenalkan diri, seolah tau pertanyaan yang ada dalam otak Faris.

"Oh tante santi." ujar Faris menyalami wanita di depannya sopan. "Gimana kabarnya tan?" tanya Faris menampakkan senyum ramahnya.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang