Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Setelah makan malam Ilya memang langsung masuk ke kamar untuk belajar. Dan sekarang Ilya masih duduk di meja belajarnya dengan buku matematika di hadapannya.
Padahal besok ulangan matematika, namun Ilya sama sekali belum membaca susunan rumus kesukannya itu. Sedari tadi dia mencoba fokus pada deretan angka, namun memorinya terus saja mengulang kejadian tadi siang.
*Flashback on*
"PLAK"
"Wah gila tuh cewek berani banget" Radit terkekeh
"Gue rasa dia gak kenal siapa Faris" ujar Elang
"Lo nampaar gue?!" bentak Faris
"Ngg...ngg..nggak. itu bukan gue..-"
"Terus siapa?! Hantu?! Setan?! Siapa?!"
Seluruh tubuh Ilya sudah bergetar hebat, kakinya melemas tapi masih sanggup menopang tubuhnya yang tak seberapa. Matanya juga mulai memanas. Ilya tak pernag dibentak oleh orang tua nya, Reza juga tidak pernah membentaknya seperti itu.
"Kenapa lo diem?! Gagu lo?!" sentak Faris dengan nada yang masih sama tinggi
"Jawab gue! Kenapa lo nampar gue?!"
Faris semakin menghapus jarak antara mereka. Dan jangan tanya, air mata Ilya jatuh tanpa seizin nya.
"Eh dit, samperin Faris yok. Bahaya tuh, kaya nya dia udah marah banget sama tuh cewek." ujar Elang sembari berlari keluar dari persembunyian yang diikuti Radit
Ntah kenapa Faris benci melihat tangisan Ilya. Padahal dia sudah biasa melihat cewek menangis karna tidak terima Faris putuskan. Tapi tangisan Ilya berbeda. Ah, mungkin dia sedang merindukan ibunya.
Napas Faris semakin memburu, dadanya naik turun tak beraturan.
"Kenapa lo nangis?! Gue butuh jawaban! bukan air mata gak berguna lo itu!!"
Mendengar bentakan Faris yang semakin nyaring dan terdengar sangat marah. Air mata Ilya semakin keluar dengan menjadi.
Melihat tangisan Ilya yang semakin menjadi Faris meninju dinding tepat di samping wajah Ilya dengan keras.
"Ris, udah ris dia cewek" ujar Radit menepuk punggung Faris berusaha menenangkan sahabatnya
"Udah lo balik ke kelas. Faris biar kita yang urus." Elang tidak tega melihat gadis di depannya menangis karna ketakutan.
Ilya mengangguk, dan baru beberapa langkah Ilya menjauh dari Faris. Suara seseorang terdengar kembali.
"Berhenti lo."
Ilya yang mendengar seruan Faris ingin berlari secepat dan sejauh mungkin. Tapi kakinya mungkin terlalu takut melawan perkataan Faris.
"Ris udah dong, kok lo jadi ribet gini sih. Kaya cewek tau gak." seru Elang yang mulai gemas dengan Faris
Faris terus berjalan mendekati Ilya tanpa menghiraukan seruan sahabatnya.
Ilya yang tak ingin membalas tatapan membunuh Faris pun menundukkan kepalanya dalam.
"Mulai sekarang gue jamin hidup lo gak bakal tenang." ujar Faris tajam dan menekankan setiap kata. "ILYA KINANSYA PUTRI" sambungnya lagi, dengan nada yang lebih lembut tapi terdengar... Menyeramkan?
Lalu Faris pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Sebelum ke kelas Ilya ke toilet untuk mencuci mukanya agar tidak terlihat habis menangis.
*flashback off*
"Ish kenapa juga tadi gue gak ngelawan? Kenapa juga tadi gue nangis?" gumam Ilya yang tak terima dirinya kalah melawan Faris.
Ting!
Ponsel Ilya berdenting menandakan ada pesan masuk
Dahi Ilya berkerut setelah membuka hp nya dan menemukan pesan yang diterimanya dari nomor yang tidak dikenal. Karna penasaran, Ilya membuka pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
"Surprise waiting for you"
Ilya mengedikkan bahunya "mungkin nomor nyasar" ujarnya tak peduli.
Jangan lupa votte and comment😄
![](https://img.wattpad.com/cover/141843195-288-k502818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...