Maaf (2)

9.8K 500 64
                                    

Aku mau minta maaf jugaa....
Udah update lama, soalnya emang bener bener sibuk.
Sok sibuk juga sih kadang:) .g

Kangen ga? Hahaha
Sayang banget sama yang nungguin, apalagi yang nanya nanya. Kapan update, udah kangen. Huhuhuhu mau nangis ajaa..

Tapi, sayang semuanya.
Semuanya yang baca, yang ngevote, yang komen. Sayang semuanyaa!!

Selamat membaca!!^^

***

Jika biasanya Ilya memasuki ruangan Faris sendiri, berbeda dengan hari ini. Ia menggandeng Chelesea. Membuat Faris yang melihat cukup terkejut, juga bingung. Bertanya tanya, apa yang dilakukan Chelesea? Apa Chelsea mengatakan hal yang tidak tidak pada Ilya? Apa Chelsea menyakiti gadisnya?

Iya, semuanya bukan pertanyaan. Tapi dugaan buruk yang ia fikirkan.

Faris dengan segera langsung menarik pergelangan Ilya ketika gadis itu mendekat. "Lo apain cewek gue?"

Chelsea sampai mengangkat kedua alisnya. Kaget. Apa ia terlihat seperti penjahat? Atau seperti orang orang yang akan menjual anak gadis lalu diberikan pada lelaki hidung belang? Sampai Faris bertanya begitu. Lengkap dengan nada tidak suka yang jelas.

"Gue bawain ini buat lo." alih alih menjawab pertanyaan Faris yang ia tahu maksudnya akan menjurus kemana, Chelsea malah meletakkan buah bawaannya di lemari kecil tepat disamping bangkar Faris. "Lo sakit apa, btw?" Chelsea masih berlagak tenang. Tak ingin berdebat. Kedatangannya disini dengan niat baik, untuk meminta maaf.

"Il, diapain kamu sama dia? Sampe dibawa kesini?"

"Enggak di apa apain." jawab Ilya. "Itu kak Chelsea nanya, dijawab dong."

"Sesayang itu lo sama Ilya? Se-gak suka itu lo liat Ilya deket gue?" Chelsea memandang Faris tak percaya. Sesayang apa Faris pada Ilya sebenarnya? Fikir Chelsea. Dulu, saat Chelsea masih berpacaran dengannya saja, Faris tak memedulikan apapun padanya. Tapi lihat, Ilya yang orang buta pun tahu jika gadis itu tak apa apa. Faris terlihat begitu khawatir.

"Iya. Sesayang itu gue sama Ilya." Faris menjeda sebentar, lalu melanjutkan, "Lo udah pernah main kasar sama Ilya. Dari situ, gue gak suka loat lo disekitar cewek gue." ucapnya.

"Faris-"

"Diem dulu, Il."

"Udah berapa kali gue bilangin sama lo, urusan Ilya, urusan gue juga. Lo kalau mau main kasar, sini sama gue. Biar gue kasarin sekali. Kelar."

"Faris, apaan sih!" Ilya sampai berdiri di depan Faris. Menjadi penengah diantara dua manusia tersebut. "Kenapa jadi marah marah sih?"

"Kamu kesini sama dia ada apa hah? Udah aku bilangin, jangan deket deket Chelsea, berapa kali aku bilang ke kamu hmm? Kamu malah bawa dia kesini. Nurut kenapa sih Il? Susah banget? Buat kamu juga, aku ngomong gitu.-"

Ilya sampai menutup mulut Faris dengan kedua tangannya. Sudah kesal setengah mati. "Diem dulu makanya ih! Tanyain dulu, kenapa aku kesini bisa barengan sama kak Chelsea, gitu. Jangan marah dulu." Ilya menurunkan tangannya. "Jangan ngomelin aku juga!" tambahnya memandang Faris dengan kesal.

"Ya kamu bisa kesini bareng sama dia pastu diancem kan? Iya kan?"

"Sebenci itu ya lo sama gue?" gumam Chelsea, lalu mendekat. Menyejajarkan diri dengan Ilya. "Oke, gue kesini niat nya baik. Jadi, lo berdua, please. Jangan berantem." ucapnya. "Ris, sorry. Udah bikin lo khawatir setengah mati. Tenang aja, kesayangan lo ini gak gue apa apain. Right?"

Ilya mengangguk. Membenarkan.

"Dan, jangan lo marah sama dia. Dia sama sekali gak ada dan gak pernah deketin gue. Dia patuh sama lo. Dia gak ngelanggar aturan lo. Ahh, apapun itu, gue juga gak peduli. Intinya, kayak yang lo bilang, dia gak boleh deket deket gue, dan dia gak ngelanggarnya.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang