Barang Haram

6.3K 374 66
                                    

Haloo!! Akhirnya update juga, yeay!!

Lagi musim virus nih, kalian jaga kesehatan yaa!! Walaupun masyarakat Indonesia sakti mandraguna😂, ga ada yang kena, tapi tetap harus waspada ya!!

Kalian gaboleh sakit! Soalna aku sayang kalian semua! Gamau tau, alobyu semuaa!!😡😡😡💛

Alabyu dah mau nunggu, dan baca Ilya💛.

.

Oiya, yang mau masuk grup Whatsapp masih bisa yaa! Bisa komen aja nomor kamu, kalau ngerasa itu privasi, bisa kirim di dm yaa!

***

Ilya memesan menggunakan ponsel Faris yang tergeletak di atas meja. Memesan beberapa makanan, serta minuman untuk keduanya. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ilya sempat terfikir ingin membuka aplikasi lain di handpone Faris. Seperti galeri foto, atau video? Ia juga sempat terfikir membuka Whatsapp sang pacar. Namun diurungkan karna merasa tak pantas. Mereka memiliki privasi masing masing, fikirnya.

Ilya melihat sekelilingnya, rumah besar ini terasa kosong. Tak ada kehangatan didalamnya. Sembari matanya terus setiap inci dari ruang tamu, tak sengaja menemukan satu foto kecil diseberang tempat duduknya kini.

Senyum Ilya terukir lambat, namun semakin lebar. Faris kecil dalam gendongan seorang wanita cantik. Ilya merasa tak asing dengan sosok tersebut, namun otaknya menolak untuk mengatakan bahwa ia mengenal wanita itu. Berfikir, apakah wanita dengan dress selutut itu adalah almarhum Sandra?

"Itu bunda. Cantik kan?"

Suara Faris yang tiba tiba terdengar cukup mengejutkan Ilya. Lelaki itu mengambil alih foto dengan bingkai kecil ke genggamannya, setelah meletakkan beberapa perekam suara di meja. Bibir lelaki di sampingnya nampak terangkat, indah sekali. Faris mengelus bingkai, seolah tak membiarkan debu debu kecil hinggap disana. Sempat meniup beberapa kali.
"Aku kira itu mama kamu, soalnya mirip." ucap Ilya ikut memandangi foro Faris kecil.

"Mereka berdua kembar. Aku dilahirin sama Mama Sandra, tapi dibesarin sama bunda." Faris meletakkan kembali foto ketempat semula.

"Tadi aku pesan pake hp kamu, biar kamu yang bayar." Ilya mengatakannya dengan cengiran lucu di akhir. Membuat salah satu sudut bibirnya terangkat sedikit. Faris hanya mengangguk sebagai respon, tak masalah sama sekali perihal uang.
"Faris, ehmm toilet?" Ilya bertanya dengan wajah yang terlihat tak biasa. Seperti menahan sesuatu.

Mata Faris nyaris keluar. Mulutnya sedikit terbuka, "Ngapain di toilet? Gak asik. Mending di kamar lah, lebih enak." senyum jahil Faris sudah terpatri, kedua alisnya naik turun berkali-kali.

"Mesum!" Ilya memukul Faris dengan bantak sofa. Membuat lelaki itu tertawa keras, sampai tubuhnya terhuyung kebelakang.

"Toiletnya dimana? Cepet!"

Jika Ilya sudah mode singa seperti ini, Faris juga takut. Membuat ia menghentikan tawanya, walaupun sisa tawa bahagianya masih menghiasi wajah menjengjkelkan itu. Berdiri, lalu mengantar Ilya ke toilet.

Belum sampai ia kembali keruang tamu, teriakan Ilya terdengar. Faris dengan cepat mengayunkan kakinya kembali ke toilet. Menampilkan presensi gadisnya yang hanya memunculkan kepala diantara pintu toilet. Dengan wajah cemas Ilya, bahkan matanya terlihat sedikit berair. Namun tak menangis. Membuat Faris khawatir bukan main.
"Faris bantuin....."

"Iya, kamu keluar dulu. Kenapa?"

Ilya menggeleng, "Gak bisa. Bantuin ini gimana?..." wajah Ilya semakin kacau, bingung, takut, atau apa, Faris tak bisa mendefenisikan secara pasti.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang