Mama

10.1K 550 23
                                    

Reza mendudukan dirinya disofa. Masih dengan dua tawa bahagia didekatnya. Kesal bercampur geli. Ia jadi mual sendiri mendengar gombalan Faris yang sangat.. Ewh! Membayangkannya membuat Reza ingin mengeluarkan isi perutnya.

"Ris, lo sekolah gak?" tanya Reza menginterupsi tawa keduanya.

"Ini hari apa emang?" Ilya yang pertama kali merespon. Sedangkan Faris masih berusaha meredakan tawanya. Terlihat begitu menikmai ekspresi geli yang ditampilkan Reza sebelumnya.

"Kamis." jawab Reza dengan tangannya menggeser geser layar ponsel. "Kalo lo mau sekolah, bareng sama gue." tawar Reza.

"Enggak bang. Jagain Ilya aja." tolak Faris terang terangan.

"Sekolah dong Faris ih!" Ilya tak terima. Tak suka jika alasan Faris tidak bersekolah adalah dirinya. Ilya sudah sadar. Kondisinya sudah mmebaik. Tak perlu dijaga samapi harus meninggalkan sekolah. "Ini tanggal berapa? Kamu bukannya mau ujian ya?"

Faris mengedikan bahunya santai. "Gak tau kapan ujian, ini tanggal 15." jawabnya.

Ilya terlihat menghitung. Lalu tiba tiba tangan kirinya memukul pelan Faris. Bukan tak tega. Tapi memang tenaganya belum kembali seperti semula. "Kamu dua minggu lagi ujian tau!"

"Ya terus?" Faris bertanya dengan enteng. Seperti tak ada beban sama seklai. "Masih dua minggu lagi kan."

"Ya sekolah dong... Ntar kamu ketinggalan pelajaran, mau ngisi apa ntar ujiannya. Mau kamu isi pake nama aku? Gamungkin kan."

"Boleh juga tuh, soal ujian ntar aku isi semuanya isiannya. Ilya. Aku sayang Ilya. Faris sayang Ilya. Faris cinta Ilya." ujar Faris. Reza yang mendengarnya benar benar ingin menanggalkan imfus Ilya, lalu meminumkan airnya pada Faris lewat hidung pria itu. Kesal setengah mati.

"Faris..."

"Iya, sayang? Kenapa?" Faris dengan lembutnya bertanya. Tau, bahwa gadisnya kesal. Mungkin marah juga. Terlihat dari matanya, juga wajahnya yang sedikit tak bersahabat.

"Sekoalah gakk.."

Faris menggeleng.

"Sekolah Faris..."

"Enggak mau, sayang.."

"Kamu tuh ya! Sekolah gak! Apa susahnya sih, sekolah? Dua minggu lagi loh kamu ujian. Malah males malesan gini. Ntar kalau ga lulus giamana? Mau jadi apa kamu kalau gak lulus? Gak mau aku pacaran sama orang yang gak lulus SMA." Ilya benar benar kesal. Apa yang berada dalam otak lelaki itu sebenarnya? Selerti tak ada sedikitpun beban akan ujian.

"Sekolah.. Atau kamu gak boleh kesini lagi." ancam Ilya.

"Dih.. Ini rumah sakit yaa, tempat umum. Siapa aja boleh ke sini. Kok kamu ngelarang larang." balas Faris.

Jawaban Faris benar. Tapi benar benar membuat kesal Ilya juga.

"Yaudah, kalau gak sekolah, trus kamu kesini, aku gak mau liatin kamu, gak mau ngomkng sama kamu, gak mau dipegamg pegang sama kamu." tegas Ilya.

"Ngancem ya sekarang?"

"Aku serius. Bukan ngancem."

"Lo kalau mau berantem, jawab dulu pertanyaan gue. Sekolah apa engga. Bambang smaa jubaedah berantem mulu perasaan." Reza mengeluh. Kupingnya panas.

"Sekolah bang." bukan Faris yang menjawab, tapi Ilya.

"Aku gak ada bilang sekolah ya.." Faris tak terima.

"Yaudah." Ilya langsung berbaring, membelakangi Faris. Benar benar hanya mempertontonkan punggung bagian belakangnya.

Faris terdiam.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang