"Lo kenapa?" tanya Elang.
Ilya menggeleng. "Gak papa kak. Ehm sorry, gue gak merhatiin jalan."
"Kenapa?" tanya Elang lagi.
"Gak kenapa kenapa. Yaudah, gue duluan."
Ilya yang berniat meninggalkan Elang tidak jadi, karna ia merasa tangannya di tahan dari belakang. "Eh? Kenapa?" tanya Ilya bingung. Kenapa Elang menahan tangannya. Apa Elang akan meminta tanggung jawab karna ia sudah menabrak Elang? Meminta dibawa ke rumah sakit, dan minta bayaran? Cepat cepat Ilya menggelengkan kepalanya, merasa pikirannya terlalu jauh.
"Lo kenapa?"
Ilya memutar bola matanya jengah. Pertanyaan itu lagi? Ohh yang benar saja. Mengapa Elang tiba tiba berubah menjadi menyebalkan seperti ini? Seperti Faris. Faris? Kenapa sekarang jadi Faris lagi? Arrggh rasanya Ilya ingin mengeluarkan otaknya, lalu menyimpannya kembali di kepala saat Faris tak lagi bergentayangan di kepalanya.
"Astagaa kan tadi udah gue bilang, kalau gue gak-"
"Jangan bilang lo gak papa. Karna gue tau, sekarang lo lagi ada 'apa apa'."
Kenapa sekarang Elang jadi sok tahu begini? Dia pikir dia siapa? Roy kiyoshi? Yang ada di acara tv kesukaan ibunya, si pembaca pikiran itu?
"Gue gak 'apa apa'." tekan Ilya. Tingkat ke kesalannya sudah meningkat.
Elang tersenyum sekilas, hanya senyum kecil, tapi tetap menambah kadar ke eksotis an cowok itu. "Mulut lo bisa bilang gak papa. Tapi mata lo bilang sebaliknya." ujarnya bersidekap.
"Hah mata?" Ilya membeo.
"Iya mata. Karna mata bisa bercerita tentang banyak hal, saat mulut terkunci rapat."
"Hah? Mata? Cerita? Yakali mata gue bisa cerita, emang dia punya mulut? Gak kan? Udah ah, gue mau ke sana."
Lagi. Elang menarik pergelangan tangan Ilya. "Gak. Lo harus cerita sama gue."
Ilya membalik badannya. Ia menghembuskan napasnya kasar. Benar benar, Elang berhasil membuatnya kesal setengah mati. "Ish! Apa lagi sih hah?! Cerita apaan?! Gue gak ada cerita!" sentak Ilya.
"Santai aja kali Il. Gue cuma nyuruh lo cerita, bukan marah marah." ujar Elang terkekeh kecil.
"Cerita apaan hah?! Cerita tentang temen lo yang meluk cewek disekolah?! Iya? Cerita itu?!" ketus Ilya tak sadar dengan apa yang diucapkannya.
"Lo cemburu?" tanya Elang, menampilkan senyum kecil.
"Bego Ilya! Lo tadi ngomong apa sih hah?! Bego! Bego! Bego!" batin Ilya. "Enggak kok. Gue.. Gue ke sana dulu bye!" tanpa menunggu respon Elang, Ilya dengan langkah seribu langsung menjauhi Elang.
Ilya yang berjalan dengan kekuatan penuh kelihatan aneh bagi siswa yang tak sengaja berpapasan dengannya. Ia berjalan dengan sangat cepat. Bisa masuk kategori jalan cepat.
"Ikut gue."
Ilya diseret mengikuti langkah Elang yang besar besar.
"Mampus gue!" gumam Ilya.
Ilya terus mengikuti langkah besar milik Elang. Saat sampai di taman belakang, ia turut berhenti karna Elang berhenti.
"Kita ngapain disini?" tanya Ilya bingung.
"Lo disini buat cerita, dan gue disini buat dengerin lo cerita." ujar Elang santai. "Lo suka sama Faris?"
Ilya mendesah. "Gak."
"Kalo enggak kenapa cemburu?"
"Siapa bilang gue cemburu?"
"Mata lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ILYA
Teen Fiction"I Love You Always. ILYA." Ilya Kinansya Putri. Seorang gadis cantik yang ceria, dan keras kepala. Selalu mendapat rangking 3 besar paralel. Ilya punya 2 sahabat yang selalu bersamanya. Dunia Ilya hanya tentang dirinya, keluarga, dan sahabat. Hidup...