Pulang

884 118 11
                                    

Ini adalah hari ke lima kepergian Faris, membuat Ilya tak henti membuka ponselnya, mungkin  tiga puluh detik sekali. Menunggu kabar dari Faris. Subuh tadi laki-laki itu mengatakan kalau ia akan pulang ke Indonesia. sudah rindu Ilya, katanya. Jerman ke Indonesia butuh waktu sekitar tujuh belas jam, Ilya tahu bahkan sejak Faris mengatakan ia akan berangkat baru mencapai tujuh jam. Fikirannya kalut, takut terjadi sesuatu pada Faris. Otak sialannya malah membuat ia terfikir tentang jatuhnya pesawat, pesawat yang meledak dan sebagainya. 

"Lo kenapa ngecek hp terus sih?" tanya Mira dengan tangannya terus menyalin catatan dari papan tulis ke bukunya. 

"Faris pulang hari ini." jawaban Ilya membuat Mira menolehkan kepalanya, "Terus?"sedikit bingung dengan jawaban sahabatnya. 

"Gatau kenpa gue dari tadi kepikiran terus, gimana kalo pesawatnya jatoh?" 

Mira meyentil kening Ilya lumayan kuat, membuat gadis itu mengaduh. "Gausah mikirin yang aneh-aneh makanya. Lagian pesawat juga ga tiap hari jatoh." ucap Mira. "Mending lo kelarin tuh nyatat, ntar ngomel lagi pak kumis." sambungnya diangguki Ilya, tapi tetap saja hatinya masih khawatir.

***

Ilya, Mira dan Manda sedang berjalan menuju gerbang. Koridor sekolah belum terlalu ramai karna memang bel pulang masih menunggu lima menit. "Faris jadikan Il pulang hari ini?"tanya Manda diangguki Ilya, lalu kembali tangannya mengecek ponsel. Padahal tadi dia sudah lupa tentang kekhawatirannya. 

Mira berdecak kecil, "Kak Faris jam berapa dari sana?" tanya Mira, "Jam 4 subuh. Kenapa?" Ilya bertanya balik.

"Penerbangan Jerman-Indonesia berapa?"

Ilya berfikir sebentar, "Tujuh belas jam?" jawabnya kurang yakin. "Gue liat di google sih gitu."

Mira menepuk tangannya nyaring membuat Manda dan Ilya menatap bingung gadis itu. "Nah.. dari jam 4 sampe sekarang jam 3 sore, berapa jam tuh?" Gadis itu tampak menghitung dengan jarinya membuat Ilya sedikit tersenyum, "Baru sebelas jam Il. Berartii ntar malem tuh kak Faris nyampe."

"Tumben pinter," ucap Manda membuat Mira mengibaskan rambutnya berlaga sok. "Gue emang pinter dari dulu, tapi ya emang lebih suka pura-pura bego aja sih. Asik gitu." Perkataan Mira membuat kedua temannya tertawa. 

"Udahlah Il, jangan difikirin. Pasti selamat kok tu pacar kesayangan lo." ucap Mira meyakinkan diangguki Manda. 

***

Ilya sekarang tengah makan malam bersama keluarganya. Mereka sesekali berbicara, hanya membawa topik ringan. Seperti bagaimana sekolah Ilya hari ini? Apa Reza ada kendala selama menjalani kuliahnya? membicarakan rencana yang akan mereka lakukan kedepannya. Seperti Reza yang sekarang sedang mengungkapkan keinginannya membuka usaha untuk mencari penghasilan agar bisa mencukupi tabungannya membeli mobil. 

"Dih, tumben banget lo mau usaha, biasa juga bilang ntar dikasi duit sisa jajan baru nabung." ucap Ilya.

"Adek, ga boleh gitu ngomongnya." ucap sang ayah. "Engga pa, ini Ilya curiga dia lagi ngejar cewe. Iyakan? ngaku lo." 

"Kaga anjir. Gue capek pake motor panas panasan kalo kelas siang. Nih lo liat badan gue item gini." Kalimat terakhir Reza membuat Ilya tertawa. "Kalaupun gue beli mobil buat ngejar cewe masih mending, daripada cowo lo tuh pake mobil bokapnya kan." 

"Eh apaan? itu mobil dia kok!" seru Ilya.

"Dibeliin bokapnya kan tapi? pacaran kok gamodal." balas Reza tak mau kalah.

ILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang