Viko mengehentikan motornya di depan pagar rumah Ferdo. Mendekat ke sebelah kanan pagar, tempat satpam.
"Mang ujang." ucapnya setengah teriak.
Mang ujang-satpam di rumahnya Ferdo pun terbangun, mendekat ke arah Viko.
"Ngapain atuh dek kemari. Udah malam ni."
"Gue nginep disini kang. Udah bilang sama Ferdo juga."
"Tapi rumah terkunci dek. Mau lewat mana coba?" tanya mang Ujang bingung.
"Ada deh mang, dah buru bukain."
Mang Ujang mengangkat jempolnya, lalu menarik pagar itu hingga terbuka.
"Makasi mang."
"Oke sip."
Viko mendorong motornya sampai depan gerbang garasi. Sengaja, takutnya suara motornya mengganggu tetangga.
Setelah itu dia langsung ke pintu utama rumah. Untung saja terbuka.
Ya iya lah terbuka, dia udah bilang dulu ke mbak art biar dibuka aja pintu nya.
Viko masuk, lalu mengunci pintu nya. Menuju kamar Ferdo yang terletak di lantai 2.
Viko membuka pintu kamar Ferdo, dan melihat si pemilik kamar sudah tertidur pulas.
Untung saja.
Semoga dia tidak marah nanti pagi.
***
Ferdo mendengar krasak krusuk di tempat tidurnya. Dia terbangun, terdiam sesaat sambil mengumpulkan nyawa nya.
"Udah bangun lo."
"Masih tidur."
Viko berdecih pelan.
Ferdo mengucek kedua matanya. Mengambil hp nya dan melihat jam.
"ANJIR JAM 8" pekiknya panik.
Vko yang baru saja minum jadi kaget, batuk karena tersedak. "Anjing lo, kaget gue."
Perasaan tadi malam Ferdo nyetel alarm, kenapa malah tidak nyala? pa jangan-jangan...
"Lo matiin alarm gue?"
"Ya, kenapa?" tanya nya polos.
Ferdo mengumpat kesal, lantas jitak kepala Viko. Viko mengaduh kesakitan, mengelus kepalanya yang terasa nyut-nyutan.
Tanpa memperdulikan Viko, Ferdo lamgsung menarik handuk yang menutupi bagian bawah Viko, bergegas ke kamar mandi.
"ANJING LO, GUR BELOM PAKE KOLOR BABI."
Untung aja cuma dia sendiri di kamar.
Dengan kesal, Viko langsung membuka lemari Ferdo, mengacak asal sambil mencari benda segitiga itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi pintu terbuka.
"Tuan, disuruh turun bua- ASTAGFIRULLAH DENNN..." pekik mba Surti, salah satu art di rumah Ferdo. Mbak itu langsung berbalik badan, dan pergi meninggalkan kamar itu.
Sementara Viko langsung bergegas memakai celana nya.
Untung saja mbak itu tidak lihat bird gantung kesayangan nya.
***
Ferdo memarkirkan motornya di depan pagar Luna. Menatap bingung ke arah rumah itu. Terlihat sepi. Jendela kamar Luna pun tertutup. Hanya lampu luarnya saja yang menyala. Padahal pagi hari.
Buang-buang listrik saja.
Ferdo merogoh sakunya, mengeluarkan benda pipih berlogo apel tergigit itu. Mencari kontak Luna, lalu menelpon.
Berkali-kali ditelpon, tapi tidak diangkat.
"Dia kemana ya?"
Ferdo menekan romchat Luna, dan mengirimkan pesan.
Ferdo
P
Lo kmn?
Ferdo melihat paper bag di motornya, berniat memberikan kue ulang tahun ke Luna, dan mengajaknya seharian keliling kota sampai malam. Tapi orangnya tidak ada.
Ferdo menghela napasnya, memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku celananya, lalu menyalakan motornya dan pergi.
***
"GILAA, KENYANG BAT GUE."
Dita mendengus kesal, lalu jitak kepala Fitri. "bising lo."
Fitri mengaduh kesakitan, "Sakit anjir." Lalu dia membalas jitak kepala Dita.
"Lo sih teriak. Sakit tau telinga gue."
"Ya suka gue lah." ucap Fitri Sewot.
Dita mendengus kesal, tangannya gatal ingin jambak rambut sahabatnya. Untung saja Luna langsung melerai mereka. Kalau telat sedetik saja, bakalan berantam beneran mereka. Apalagi mereka masih di warung makan, bakalan jadi pusat perhatian.
Luna berkacak pinggang, menatap kedua sahabatnya yang saling melotot. "Berantam lagi gue tinggal kalian disini. Pulang jalan kaki." ancam Luna. Setelah itu meninggalkan mereka, menyusul bang Dean yang sudah masuk ke dalam mobil.
Dita menatap tajam ke arah Fitri, mengacungkan kepalan tangannya ke depan Fitri. "Selamat lo sekarang." Setelah itu dia pergi menyusul Luna.
Fitri yang daritadi melotot ke arah Dita tersadar dia ditinggal sendirian.
"Eh anjir kok gue ditinggal?"
***
"NENGGG LUNAA." teriak mang Ucup, petugas satpam komplek rumah Luna.
Luna menyuruh bang Dean hentikan mobil. Lalu Luna membuka kaca jendela mobil.
"Ada apa mang?" tanya nya setengah teriak.
"Ada tamu tadi datang kerumah neng. Tanyain neng, terus ngasih ini neng." mang Ucup jalan mendekat ke arah mobil Luna. Memberikan dua paper bag ke arah Luna.
Luna mengernyitkan kening, menatap paper bag itu.
"Dari siapa mang?"
***
Sorry telat update:(
Gimana? Masi betah baca cerita nya? Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Dla nastolatków(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...