Tidak terasa libur sudah mau habis. Masa tenang murid kelas 12 tinggal sehari. Rencana mereka berlibur cuma dua hari jadi berhari-hari. Opung terus menahan mereka biar tidak pulang cepat. Maklum, sudah la tidak pulang kampung jadi belum puas bila cucunya balik lagi.
Luna dan Dean harus balik ke kota asalnya. Dengan terpaksa mereka harus pergi, padahal mereka masi belum puas. Rasanya waktu cepat kali berlalu. Baru aja sampai dikampung eh sudah balik lagi ke kota asal.
"Yaudah kalau gitu, kalian hati-hati dijalan. Salam sama orangtua kamu Lun, bilangin kalau opung kangen sama mereka."
Luna menganggukkan kepala lalu memasuki mobil.
"Dahhh." teriak Luna dan Dean sambil melambaikan tangan. Setelah itu mobil mereka jalan meninggalkan kediaman opung.
Selama di kampung, Luna tidak hanya berlibur. Luna menyempatkan waktu buat belajar juga, biar dia bisa mengerjakan soal ujian itu dengan benar.
Bicara soal keluarga Luna, semua orang sudah tahu, kecuali opung. Mereka sengaja merahasiakannya dari dia agar tidak kepikiran.
***
Waktu istirahat kelas 12 sudah berakhir. Saatnya mereka berjuang demi nilai yang bagus dan untuk kuliah. Sekolah yang awalnya ramai jadi sepi. Hanya ada anak kelas 12 . Anak kelas 10 dan 11 diliburkan, bukan berarti mereka bebas. Segudang tugas dari guru untuk muridnya agar mereka belajar disaat libur.
Sebuah mobil berhenti tepat didepan pagar sekolah. Pintu terbuka dan keluar Luna dari dalam mobil. Sebelum pergi Luna pamit sama Dean, sekaligus minta doa agar Luna diberi berkat selama ujian berlangsung.
"Tinggi atau enggaknya nilai kamu itu urusan belakangan. Yang penting kamu usaha. Yakin usaha sampai, jangan lupa berdoa. Usaha tanpa doa sama aja gada perubahan. Semangat ujiannya." Dean beri semangat buat Luna, agar Luna bisa ngerjain soal ujian dengan fokus.
"Makasih bang. Yaudah Luna pergi dulu."
"Nanti jangan lupa kabari abang kalau udah siap ujian." Luna mengangguk. Melambaikan tangan kearah mobil yang mulai jalan meninggalkan sekolah.
Baru beberapa langkah seseorang sudah menabrak bahu Luna, sehingga Luna terjatuh.
Reflek cowok yang nabrak Luna langsung mengulurkan tangan kepada Luna. "Sorry gue gak senga-"
"Luna?"
Luna menerima uluran tangan nya lalu melihat siapa yang berani melabrak dia. Pas mendengar suara itu, Luna merasa suara itu tidak asing.
"Eh Ferdo?"***
"Ohh jadi Lo udah tidak tinggal bareng keluarga lo lagi?"
Luna menganggukkan kepala, tanpa melihat kearah lawan bicara. Mulutnya penuh dengan makanan membuat Luna sulit buat bicara.
"Udah lama juga gue gak tinggal disana."
Ferdo mengernyitkan keningnya. "Lah sejak kapan?"
"Gue lupa. Maybe hampir setahun gue ga tinggal disana."
"Pantas saja gue kerumah lo, tapi lo nya gada. Yang ada gue disambut sama saudara lo."
Luna berdeham, melanjutkan makanannya yang tertunda karena meladeni Ferdo.
Semenjak kelas 12, Ferdo dan Luna tidak pernah ketemu. Kelas mereka berbeda. Dan semenjak kelas 12 Luna jadi malas ke kantin.
"Gue kira lo udah pindah atau pergi kemana gitu. Gue udah berkali - kali ke rumah lo, tapi yang ada gue nemu ortu sama keluarga lo."
***
"Duhh kemana sih dia? Daritadi ditelvon gak diangkat" gerutu Luna. Sudah 15 menit setelah menelvon tapi dia belum datang. Janjinya ontime ini malah ngaret. Dasar.
"Mau sampai kapan nunggu abang lo? Sampai lo kena hujan?" Luna menggeleng. Jangan sampai hujan.
"Lo lihat keatas." tunjuk Ferdo kearah langit. "Udah gelap. Tunggu turun hujan baru pulang?"
Luna memutar bola mata. Lama-lama ia bisa gila kalau Ferdo disampingnya. Daritadi ngoceh aja. Disuruh pulang dulu tidak mau. Aneh.
Luna merogoh saku roknya dan mengambil hp. Dilihatnya ada notif chat dari abangnya.
BangDe
Maaf dek abang gak bisa ontime jemput Luna, disini macet kali. Ada kecelakaan jadinya susah. Pulang sendiri aja deh ya, gapapa kan?
"Sialan, tau gini mending tadi langsung pulang." gerutu Luna. Baru saja Luna memasukkan hp udah bergetar lagi. Dan ternyata telvon dari Dean.
"Hallo."
"Kamu dimana? Udah sampai rumah?"
"Yee gimana mau sampai, orang dari tadi nunggu sampe lumutan gini tau-taunya bang Dean terjebak macet."
"Maaf ya dek. Yaudah abang matiin dulu ya. Kamu naik ojek aja. Udah mau hujan. Buruan pulang. Hati-hati."
Bip
"Kenapa lo?" tanya Ferdo melihat raut wajah Luna yang semakin tertekuk.
"Gue pulang sendiri. Abang gue terjebak macet." jelasnya.
"Kan apa gue bilang tadi, mending pulang bareng. Ngeyel." Ferdo menarik tangan Luna lalu memaksa Luna naik ke motornya. Setelah itu Ferdo memberikan helm ke Luna.
"Ih apa-apaan sih. Lo aja yang make. Gue gapapa." tolak Luna yang tentu saja tidak didengar Ferdo.
Ferdo langsung memakaikan helmnya ke kepala Luna. Setelah itu lalu naik motor.
"Gue bonceng anak orang. Ntar lo sakit gue takut lo tumbang."
Tidak terima, Luna langsung memukul pelan kepala Ferdo. "Dih sotoy lo." cibir Luna.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...