diantara mereka berdua beberapa hari yang lalu, Luna jadi berubah. Berusaha bersikap sebaik mungkin ke Jerry, tidak lupa memohon untuk tidak menyuruh ataupun memberitahu perihal keberadaanya ke kedua orangtuanya. Begitu juga dengan Jerry. Dia tak tega melihat adiknya yang tiap malam menangis sembari memeluk pigura foto keluarganya dulu. Disaat dirinya maaih kecil, maaih bisa merasakan kehangatan keluarga, pelukan dan cinta yang begitu berlimpah dari orangtua untuknya.
Hatinya pedih. Rasanya begitu perih melihat adiknya seperti ini. Lagi dan lagi, dia menyalahkan dirinya sendiri yang sangat bodoh. Tak tahu masalah apa yang terjadi sehingga keluarganya yang sekarang tak sehangat dulu. Dan dia pun terpaksa mengikuti suruhan Merry untuk tidak mendekati Luna. Karena kalau tidak, Merry tak segan membunuh diri kalau sampai abangnya melanggar suruhannya.
Berada di posisi serba salah dan tak tahu awal masalahnya membuat dirinya terpaksa mengikuti kemauan orangtua dan adiknya. Dan dia hanya bisa diam, mengamati dari jauh kondisi adiknya saat orangtuanya berlaku kasar dan tidak adil ke Luna.
Dan mulai sekarang, dia takkan membiarkan adiknya terluka ataupun menangis. Dia pastikan adiknya selalu bahagia. Anggap saja sebagai penebus semua kesalahan yang ia perbuat ke Luna.
Malam ini Jerry pulang lama. Terpaksa membatalkan janji buat keliling kota menikmati malam minggu bersama Luna. Sebenarnya masi ada waktu buat keliling, namun dia tidak yakin apakah adiknya bakalan ingin pergi atau diam dirumah. Mungkin saja gadis itu merajuk karena ulahnya.
Kalau bukan karena urusan BEM, dirinya bakalan pulang cepat dan mengajak Luna dari sore sampai malam.
Dan kini, dia tiba dirumah pukul setengah 9 malam. Dengan satu tangan menggenggam plastik berisi donat beragam rasa dari J.Co kesukaan Luna dengan segelas berisi kopi cappucino.
Perlahan, kakinya melangkah satu persatu anak tangga menuju lantai dua, dimana kamar dirinya dan Luna yang bersebelahan. Setibanya di depan kamarnya, dia mendengar alunan lagu mellow. Pikirannya langsung tertuju ke Luna. Tanpa ba bi bu, cowok itu langsung membuka pintu kamar adiknya.
Ceklek.
Untung saja pintunya tidak terkunci.
Tanpa izin sipemilik kamar, Jerry langsung masuk kedalam dan mencari adiknya.
Kadang ku berharap bisa menghilang saat ini juga
Di tengah-tengah malam yang gelap tangisan ku terdengar.Di ujung kamarnya terdapat pintu yang bisa dibuka dan melihat pemandangan dari atas. Takut terjadi sesuatu, Jerry langsung ke arah sana dan akhirnya menemukan adiknya yang tengah berdiam diri sembari menikmati angin malam.
"Astaga dek, gue cariin taunya disini."
Syukurlah, adiknya aman. Semenjak Luna menceritakan dirinya pernah self harm membuat dirinya takut kalau hal itu terjadi lagi.
Luna berbalik, menatap abangnya yang terlihat panik.
"Kenapa?"
"Gue panik njir. Gue pikir lo ngelakuin itu lagi."
Luna ber oh ria. Pasti dia takut Luna nyakitin dirinya sendiri. Eh tungu tunggu. Luna baru sadar bahwa dia udah lama tidak ngelakuin itu lagi. Padahal waktu dikos nya, dia masih ngelakuin itu tiap malam. Setiap dia mengingat masalalu, hatinya berdenyut sakit. Dan berujung melampiaskan nya ke silet atau beling.
"Emang lo mau gue lakuin itu lagi?"
"Ga!" Jerry menggeleng tegas. Takkan dia biarkan adiknya ngelakuin itu lagi!
"Setakut itu lo kehilangan gue? padahal dulu lo malah pengen gue tiada. "Luna berdecih pelan. Lalu mengalihkan tatapannya ke arah luar.
Jerry langsung terdiam mendengar sindiran dari Luna. Apa yang dibilang adiknya itu benar adanya. Tapi itu dulu. Sekarang dia menyesal, dia sadar kalau tidak seharusnya dia berbuat seperti itu, apalagi sampai sekarang dia tidak tau masalah yang terjadi dulu.Kepalanya menengadah ke atas, menatap hamparan bintang yang sangat indah untuk dipandang. Seketika teringat sama foto yang dulu dikirim oleh Ferdo.
Ahh, mengingat nya membuat dirinya rindu.
Jerry pun ikut menengadahkan kepalanya keatas, melihat bintang yang bertebaran dilangit malam.
"Ternyata sampai sekarang lo masih suka bintang ya." ucapnya diakhiri kekehan pelan. Dia masih ingat, tiap malam selalu melihat adiknya. Entah itu ditaman rumah, ataupun balkon kamar hanya untuk melihat bintang.
Entah apa menariknya bintang itu sehingga dia menyukai bintang.
"Lo percaya ada peri dibumi ini?"
Jerry menatap adiknya dengan raut wajah bingung.
"Peri? Halu lu. Yakali ada peri dijaman sekarang." Jerry terkekeh pelan. Ada-ada saja pertanyaan Luna ini.
"Gue ga nanya ada atau ga nya peri sekarang. Yang gue tanya, lo percaya atau ga?"
"Ya gak lah. Aneh-aneh aja lo. Kebanyakan nonton berbie nih jadinya mikir ada peri." cowok itu mendengus.
Kenapa jadi bahas peri sih?
"Lo kenapa jadi nanya peri?"
Kini, Jerry yang bertanya. Rasa penasaran nya yang meningkat saat adiknya bertanya tentang peri.
"Gue hanya membayangkan." Luna kembali menatap bintang diatas sana. Kedua sudut bibirnya terangkat keatas, membentuk senyum manisnya. "Betapa senangnya gue kalau peri ada disini. Datang ke gue untuk mendengarkan masalah gue atau membawa kebahagiaan ke gue."
"Peri itu hanya mitos. Gak usah percaya begituan." Sejenak, cowok itu terdiam. Menarik napas pelan, lalu melepaskan.
"Gue tau, gue juga orang yang ikut nyakitin lo. Tapi kalau lo mau, lo bisa cerita sama gue. Biarin gue jadi sandaran lo saat rapuh."
***
Sementara dikediaman keluarga Luna, tepatnya di kamar Luna.
"come on, mom! Makan. Dia aja gak peduli sama mom, ngapain mom mikirin dia?!"
Merry menggeram kesal. Entah kenapa mom nya ini selalu saja mengingat Luna, Luna dan Luna. Emang hanya dia saja anak mereka? Terus dirinya siapa? Pembantu? HIH!
Capek. Sumpah capek kali melihat orangtuanya yang selalu membahas Luna setiap saat. Rasanya telinganya panas setiap mereka menanyakan apa dapat kabar dari saudara kembarannya.
Mom menggeleng pelan. Wajah cantik momnya mulai berkerut. Namun tidak mengurangi kadar kecantikannya.
"Mom mau Luna kembali. Bawa dia kemari. Nak, ayo bawa dia kesini hiks."
Nah kan! Kenapa pake acara menangis segala sih?! Kalau gini dia bisa kena marah dad. Huh, menyebalkan!
"Ayolah mom, berhenti menangis dan makanlah! Kalau dad marah kan Merry juga yang kena marah."
"Luna hiks.. Lu-na ba-wa kem-arii hiks.."
Prang!
Merry membanting sendok dengan keras lalu meletakkan piring di pangkuan mom dan meninggalkan wanita tua itu menangis sendirian. Kalau dibiarin yang ada bisa gila.
Sialan lo Luna! Gara-gara lo gue jadi gak tenang!
TBC
Wahh parah si Merry, durjana sekali, eh durhaka deng haha..
Huhu sorry yaa hampir sebulan ga update huhuhuu.. But aku akan usahakan ko dalam tahun ini harus kelar! Harus!
Gimana? Masi betahh? Cungg spam next biar aku makin semangat hehee...
Oh ya, jangan lupa follow @thssangl_ okeyy😍
![](https://img.wattpad.com/cover/120013923-288-k518946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...