Luna ~ 62

327 11 0
                                    

Sudut bibir Viko terangkat berbentuk senyuman, membaca chat dari Luna.

Me

Sama-sama capa (calon pacar)

Ferdo lanjut buka galeri hp nya. Yang dulu isinya cuma foto pemandangan, kini berisi beberapa foto candid Luna yang dia ambil diam-diam. Membuka satu persatu foto itu membuat dirinya kembali tersenyum. Apalagi foto Luna pas marah, bukannya takut malah lucu.

Viko yang dari tadi memperhatikan Ferdo pun curiga. Perlahan dia menggeser duduknya mendekat , mengintip isi hp Ferdo.

"Ciee udah punya gebetan nih, kasitau lah siapa namanya?"

Reflek Ferdo mundur saking kagetnya, langsung mematikan hp nya. Untung saja Viko cuma liat foto Ferdo sama Luna membelakangi kamera, jadi muka Luna tidak terlihat jelas.

"Kepo"

"Dih, gue kan penasaran, sapa tau kan bisa itu"

Satu alis mata Ferdo terangkat. Tidak paham ucapan Viko barusan. "Maksud lo?"

Viko berdecak kesal. "Perlu gue perjelas?"

"Lo nya ngomong setengah-setengah, sama kayak isi otak lo."

"Anjing" Viko ambil bantal disampingnya , melempar tepat di muka Ferdo.

Tidak terima, Ferdo balas balik memukul Viko dengan bantal yang menurutnya lebih keras dari bantalnya yang lain.

Setelah 10 menit perang bantal, mereka dua pun tidur dilantai. Bisa kalian bayangkan bagaimana kondisi kamar Ferdo sekarang. Persis seperti kapal pecah.

Bukan hanya bantal saja. Pakaian, bola, dan apapun selain kaya dan kayu mereka gunakan buat perang dikamar. Bahkan pakaian kotor yang tadinya didalam ember jadi berserakan dimana-mana.

Viko baring disamping Ferdo, kedua tangannya terlipat dibelakang kepalanya. Pandangannya tertuju ke atap kamar, tiba-tiba kepikiran sama foto yang dia liat tadi. "Kenapa pas gue liat foto tuh gue merasa kayak pernah liat itu cewek ya?"

Ferdo terdiam. Dalam hati Ferdo merasa sedikit takut kalau Viko tau siapa cewek itu. Semoga saja itu tidak terjadi.

Viko menatap ke arah Ferdo yang tidak menjawab pertanyaan nya. "Itu cewe siapa si? Sumpah penasaran gue."

Ferdo menatap Viko, berusaha bersikap biasa saja, karena Ferdo tau kalau dia panik, Viko bakalan terus bertanya sampai mendapatkan jawaban. "Kenapa lo harus tau nama tuh cewe? Gak ada urusannya sama elo kan?"

"Ya tapi gue penasaran njir. Gue merasa kalau gue pernah liat tu cewek."

"Itu teman gue."

"Teman?" dahi Viko berkerut, setau nya Ferdo jarang banget berteman dengan cewek. Terakhir dia punya teman cewek itupun mantannya sendiri, Luna. Apa jangan-jangan...

"Luna?"

Deg.

Melihat Ferdo yang terdiam membuat dirinya yakin sama jawabannya barusan. "Bener kan itu Luna?"

"Lo pikir teman cewek gue cuma Luna?"

***

Pukul 7 malam, Luna, Dita dan Fitri baru tiba di salah satu mall terbesar di kotanya. Hari ini mereka akan berbelanja kebutuhan selama di Malang.

"Gue gamau tau, lo harus ajak kita ke store skincare lu."

Fitri menganggukkan kepalanya, "Ya Lun. Sumpah gue juga lagi nyari serum yang lo pake, tapi selalu kehabisan stok."

Luna memutar bola matanya, bosan mendengar ucapan kedua sahabatnya ini. Sejak tadi siang hingga sekarang itu aja yang mereka ucapkan.

"Lun" Dita menepuk pelan pundak Luna.

"Apasiih"

"Lo dengar kan?"

Luna berdehem, lalu belok ke kanan, memasuki salah satu toko khusus menjual berbagai skincare terlengkap.

Baru satu langkah, Dita dan Fitri berdecak kagum melihat isi toko itu.

"Fiks definisi istana cewe ini mah. Gilaa lengkap banget." Dita berjalan lebih dulu, disusul Fitri dan Luna.

"AAAKKHH AKHIRNYA GUE NEMU" Teriak Dita kelewat senang karena menemuka barang yang dia cari.

Reflek Luna menutup mulut Dita, sedangkan Fitri meminta maaf ke pengunjung yang kesal mendengar suara cempreng Dita.

"Lo malu-maluin sumpah. Liat tuh kita jadi bahan tontonan." bisik Luna ke Dita.

***

Bang Dean menggelengkan kepalanya. berdecak kesal melihat ketiga cewek yang baru saja turun dari gocar sambil menenteng paper bag banyak.

"Bener-bener kalian ya, udah pulang jam 10, belanjaannya banyak banget, ngapa ga sekalian borong mall nya?" ucap bang Dean menatap datar ke arah mereka.

"Ckck bang, ini mah biasa ya. Ntar kalau bang punya istri bakalan kek gini juga."

"Betul tuh." ucap Luna dan Fitri menyetujui ucapan Dita.

"Lagian ya bang, wajar dong cewe belanja ini itu. Kebutuhan cewe lebih banyak dibanding cowo."

"Siapa bilang kebutuhan cowo dikit?" tanya bang Dean tidak terima.

"Faktanya begitu kan? Ya ga gurls?" Lagi-lagi Fitri dan Luna menganggukkan kepala.

"Helehh, Kamu aja yang gak tau seberapa banyak kebutuhan cowok."

"Emang gak tau, lagian buat apa kami tau? Kan kami cewek."

"Dan lagian buat apa abang skincarean?" Bang Dean menyugar rambutnya ke belakang . "Toh abang tetap ganteng, ya kan Lun?"

"Yahh, gue akui bang Dean emang ganteng." Dita berjalan tepat di depan bang Dean. " Tapi sayang"

Kening cowok itu berkerut. "Kenapa?"

"Buat apa ganteng kalau jomblo, jiahhhh."

Bang Dean menatap dingin ke arah Dita. "Sialan."

TBC

GIMANA? GARING YA?

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAKNYA

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang