Happy reading bestiee 😍Dengan langkah besar dan nafas terengah-engah, kini dad berhenti di depan kamar rawat istrinya. Dengan ART dan putri bungsu nya, Merry yang malah asik dengan hp nya. Tidak habis pikir, bisa-bisanya dia asik dengan dunia nya tanpa mengkhawatirkan nasib ibu nya didalam sana.
Padahal masi ada rapat hari ini, tapi pria itu terpaksa meninggalkan rapatnya demi istrinya yang tiba-tiba pingsan dan dibawa kerumah sakit.
Mata tajamnya menatap putrinya yang masih sibuk dengan hp nya. Entah dia sadar atau tidak dad nya sudah ada disini.
"Istri saya tadi sudah makan?"
Art itu mengedikkan bahu. "saya kurang tau, tuan. Tadi saya bersih-bersih halaman. Tapi tadi saat saya ke dapur, saya lihat non Merry masuk sembari bawa piring berisi makanan ke kamar ibuk." jelas art itu.
Dad mengangguk lalu mendekat ke arah putrinya. "Merry."
Sang empunya nama masih sibuk dengan hp nya.
"Merry. " panggilnya lagi. Namun tetap tidak digubris.
"MERRY!"
Sontak gadis itu terhuyung ke belakang saking kagetnya. Sampai keoalanya terantuk dinding belakang.
Kepalanya berdenyut nyeri, mengomel sembari mengelus kepalanya."Apasih dad? Ganggu orang aja ih!"
"Apa? Ganggu kata mu? Saya daritadi manggil kamu, tapi kamu nya tidak dengar! Makanya telinga itu dibersihkan bukan disumbat terus!"
Merry terdiam sembari mengelus kepalanya. Dalam hati dia menggerutu, menyebut nama dad nya sembari menghina nya dalam hati. Tega bener dad nya ini, huh!
"udah makan mom?"
Seketika pergerakan tangannya berhenti.
Mampus!
Seingatnya tadi dia meninggalkan mom nya dalam keadaan menangis. Makanan di piring tidak berkurang sedikitpun. Apa yang harus dia katakan sekarang? Pasti dad marah besar. Habislah dia.
Dad terus melihat putrinya sembari menunggu jawaban.
"Udah atau belum?"
"U-udah dad."
"Jangan bo-" ucapan dad terhenti saat dokter dan beberapa suster keluar dari ruang rawat istrinya.
"Gimana dok? Istri saya baik-baik aja kan?"
"Istri bapak baik, dia hanya kelelahan dan stres serta magh nya kumat sehingga istri bapak pingsan. Nanti bapak bisa tebus obatnya di farmasi dan minum obatnya rutin ya pak. Usahakan istirahat cukup, jangan stres." jelas pak Dony-dokter itu. Dad mengangguk, dan dokter itu langsung pergi.
Setelah dokter itu menjauh, dad langsung mendekat ke arah putrinya dan merampas hp putrinya.
"Dad! Ish hp Merry kok disita?!"
Merry berusaha mengambil kembali hpnya di tangan dad, namun dad langsung menghentakkan tangan Merry dan menyimpan hp nya di dalam saku celananya.
"Daddd, ishh hp Merry." mohon Merry.
"Tidak! Ini hukuman buat kamu yang berbohong. Saya sudah bilang, urus mom mu! Cuma kamu yang dirumah tapi gabecus jaga mom. Coba aja Luna disini, dia jauh lebih berguna dibanding kamu!"
Merry melotot tak terima. Kenapa jadi dibanding-bandingin sama Luna? Apa mereka tidak sadar, karena mereka lah Luna pergi? Cih!
"Terus aja dad puji-puji Luna. Percuma dad percumaa! Orangnya udah pergi. Ini semua karena kalian! Kalau saja kalian tidak usir di terus, dia bakalan tetap disini. Kenapa sekarang kalian bertingkah seolah-olah kalian menyesal, hah?! Ini kan yang kalian mau? Terus kenapa malah Luna yang kalian bangga-banggakan?" ucapnya dengan setengah teriak. Sorot mata penuh kekecewaan terpancar dari mata nya. Dad terdiam.
Ucapan putrinya seolah menampar hatinya. Menyadarkan dirinya betapa jahat dan kejamnya dia kepada putri pertamanya sehingga membuat Luna pergi dari rumah.
Dia sadar. Dan dia menyesal. Kepergian Luna membuat semua keluarga menyesal, meratapi kesalahan yang dulu dan terus berharap Luna kembali pulang.
"Kalian selalu saja bahas Luna Luna dan Luna! Tanpa kalian sadari masih ada Merry disini. Dia hanya pergi dad! Tapi kalian seperti ini seolah-olah Luna pergi selamanya! Terserah mau kalian bilang aku anak durhaka atau gak, itu urusan kalian! Yang jelas, jangan banding-bandingkan aku dengan Luna! Camkan itu!" teriak Merry sambil mengacungkan tangannya tepat di depan wajah dad nya.
Plak!
Hampir saja Merry jatuh kalau saja bibi art itu tidak menahan tubuh anak majikannya. Setetes air mata Mery lolos dari matanya dengan sudut bibir nya yang mengeluarkan darah akibat tamparan dad nya. Gadis itu shok. Untuk pertama kalinya, dia ditampar ditemlat umum. Banyak pasang mata melihat ini namun tidak ada yang berani mendekat sekedar melerai kedua orang itu.
"Dad jahat. Aku benci dad!"
***
Dapat feel nya gasi? Aaaa:(
Moga aja ngefeel ya
Jangan lupa ramein yaa biar makin semangat update nyaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Novela Juvenil(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...