(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG)
Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang.
Dan itu yang buat gue mati rasa.
Maaf, bukannya gue kurang...
Tuhan, jika nanti aku jatuh cinta lagi, izinkan aku mencintai seseorang yang berhak kumiliki. Sebab patah hati bukan episode yang menyenangkan untuk terus ku ulang
🐢🐢
Tiga bulan berlalu, dan besok para mahasiswa baru di seluruh universitas serempak masuk ke kampusnya masing-masing. Termasuk Luna dan Ferdo.
Selama 3 bulan itu, hubungan antara kedua orang itu kian dekat, bahkan dua minggu yang lalu, mereka dua resmi berpacaran.
Mengingat gimana perjuangan Ferdo untuk meluluhkan benteng kerasnya hati Luna, hingga dimana puncaknya dia menembak Luna untuk terakhir kalinya di membuat Luna kembali tersipu malu sekaligus bahagia.
Malu, karena cowok itu menembaknya di depan banyak pengunjung dalam cafe, bahagia karena sudah menemukan cowok yang dia inginkan akhirnya terkabulkan.
Cukup sederhana emang, hanya dengan menyanyikan sebuah lagu dan memberikan bunga, tapi itu sangat berkesan.
"Gue bukan tipe orang romantis, yang akan bawa lo dinner berdua di restoran mahal, dekor ruangan sebagus mungkin dan apapun itu yang buat lo bangga. Tapi asal lo yau, gue bener-bener sayang sama lo."
"And gue gakan janji ini itu, karena gue tau, cewe gak butuh janji, tapi pembuktian."
Akkh, sepertinya Luna bakalan tidak bisa tidur lagi.
Luna menoleh, menatap bucket bunga yang tergeletak di atas meja mini nya. Senyumnya kembali muncul. Akh, dia merindukan cowok itu.
Sedikit penyesalan karena tidak sekampus dengan cowok itu. Kalau saja mereka sekampus, apalagi sekelas, behh, dunia serasa milik berdua. Kemana-mana berdua, kecuali ke wc ya guys haha.