Luna ~ 42

1.3K 47 1
                                    

Pagi hari, matahari bersinar cerah, namun tidak dengan Luna. Raut wajahnya tampak kesal. Di waktu liburnya pun ada saja orang yang mengganggu waktu tidurnya. Contohnya sekarang. Jam 6 pagi hp nya berdering, dan ternyata Ferdo lagi yang telvon.

Dengan malas Luna mengangkat telvon. "Apaan? Lo bisa ga sih gausah nelvon jam segini? Gue masi ngantuk-, "

"Tadi sodara lo nelvon gue."

"Hah?" sumpah demi apapun Luna langsung kaget mendengarnya.

"Hah heh hah heh, ngapa lo?"

"Kaga. Trus, apa kata mereka?"

"Nanya kabar lo."

Sudah gue duga.

Kalau mereka nanya kabar Luna, kenapa harus lewat Ferdo? Kenapa gak ke orangnya langsung?

And, mereka dapat nomor Ferdo dari mana?

Karena setau Luna, Ferdo tidak pernah kenalan sama keluarga nya. Atau jangan-jangan...

"Lo masi idup kan?"

"Heh masih lah, enak aja lo bilang begitu."

"Kirain. Oh ya btw lo nanti keluar ga?"

"Ya, gue di rumah seharian, kenapa?"

"Jalan kuy, gue lagi baik ni, mau traktir lo."

"Ok. Jam dan tempat lo atur."

"Siyap."

***

"Rame banget. Apa ga pindah tempat aja?"

"Gausah. Sini aja. Lagian emang rame kan ini kafe baru buka."

"Pantasan."

Ferdo memimpin jalan terlebih dulu. Baru buka pintu kafe sudah terlihat begitu ramai nya kafe ini. Kafe dengan gaya klasik, tidak lupa dengan nuansa hijau yang sengaja di rancang agar terlihat fress dan menarik di mata pengunjung. Kafe kekinian yang dipadati dengan kumpulan anak remaja memang pas. Untuk bersantai, ngumpul bareng, tak lupa dengan free wifi yang disediakan khusus pengunjung kafe.

"Duduk disitu aja. Sejuk disana." Tunjuk Luna ke arah salah satu kursi outdoor yang kosong.

"Selamat datang silahkan memilih menu hidangan kami mulai dari minuman, makanan, hingga cemilan tersedia disini." ucap pelayan kafe itu sambil memberikan buku daftar menu.

"Terimakasih, tunggu sebentar pesanan akan segera datang." ucap pelayan itu dan langsung pergi.

"So, tujuan lo ngajak gue kemari ada apa?" tanya Luna memulai percapakan.

"Ya gada apa-apa? Kenapa?"

"Lah, malah balik nanya lo." gerutu Luna. Kesal ketika dia nanya ke orang, orang itu malah nanya balik.

Selang beberapa menit mereka diam, sibuk dengan hp masing-masing, sampai mereka tidak sadar pelayan datang membawa pesanan mereka.

"Btw, Viko apa kabar?"

Ferdo menatap heran Luna, tumben anak satu ini bahas Viko.

Mengambil gelas moccacino, meminumnya lalu meletakkan kembali. Kini pandangannya pindah ke arah Luna. Menatap serius mengisyaratkan sesuatu. Luna yang merasa ditatap seperti itu merasa risih.

"Gue nanya bukan disuruh tatap gue bego." kesal Luna.

"Mulut lo kayak ga pernah di sekolahkan. Lagian tumben lo nanya dia, ada apa? Kangen?"

Lah orang nanya malah dikira kangen. Aneh.

"Ogah, yang kangen siapa? Bedakan tanya sama kangen mas."

Ferdo terkekeh pelan, lantas meminum moccacino nya lagi dan menatap Luna. Kali ini dia serius.

"Ada sesuatu yang mau gue ceritakan ke lo. Cuma gue takut lo marah karena dengar kabar ini."

"Ya lo cerita aja. Kayak sama siapa aja lo cerita."

Jeda beberapa menit. Luna meminum cappucino nya, minuman favorit yang tiada duanya, menurut dia.

"Lo udah tahu Viko masuk kuliah mana?"

Luna menggelengkan kepala. Sengaja. Sebenarnya dia sudah tahu Viko akan masuk kuliah mana. Ada seseorang yang memberitahu ke dia tentang kabar ini.

"Gue kira lo tahu. Viko kuliah di UB, Brawijaya. Kalau ga salah sih jurusan hukum."

"Uhuk." Luna tersedak mendengar ucapan kalimat terakhir Ferdo.

Sumpah demi apapun itu, dia hanya tau Viko satu kampus dengannya, sungguh! Dan sekarang dia baru tau kalau mereka bukan hanya satu kampus, melainkan satu fakultas. Nanti satu kelas, terus satu tempat duduk.

Ga. Ga mungkin. Lama-lama Luna bisa gila kalau dia ketemu lagi dengan mantan nya.

MATI GUE.

Sebenarnya Luna gak masalah kalau mereka nanti ketemu. Cuma, kalau itu orang masih ungkit-ungkit soal hubungan masalalu mereka, bisa gila Luna.

"Ngapa lo?" Ferdo langsung bangkit ke arah Luna, memukul pelan punggung Luna. Saking kaget nya Luna jadi tersedak.

Kenapa takdir begitu kejam kepada gue?

***

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang