Bel masuk pun berbunyi. Seluruh murid segera memasuki kelas sebelum guru datang. Terkecuali Viko dan kawan-kawan nya.
"Bolos cuy" ajak Figo. Sontak Gino dan Kevin pun setuju.
"Lo?" tanya Figo ke Viko. Viko menggelengkan kepala.
Ketiga temannya pun melongo, kaget dengan jawaban Viko. Viko yang paling semangat diajak bolos, kini dia menolak ajakan yang menggiurkan itu.
"Yah payah lo."
"Paling demi Luna dia gak bolos."
Viko pun meninggalkan teman-temannya dan segera menuju ke kelas. Sesampainya di kelas dia dikejutkan dengan suara yang menurut teman sekelasnya itu suara seram.
"Bagus sekali yah, terlambat di jam pelajaran saya!" bentak Ibu Dina, guru sosiologi. Dengan santainya Viko masuk ke kelas tanpa mendengar ocehan bu Dina.
"VIKO!" Bentak ibu Dina emosi. Viko pun berbalik badan dan menatap bu Dina santai. Nafas bu Dina tersendat-sendat seperti orang baru selesai lomba lari. Dengan muka merah padam, bu Dina menunjuk lapangan. Seakan mengerti dengan isyarat ibu Dina, langsung menuju lapangan, melaksanakan hukumannya.
"25 kali." ucap bu Dina sambil berlalu. Viko pun membuka baju seragamnya, menyisahkan baju hitam di tubuhnya, menampakkan bodynya yang terlihat sixpack. Sontak membuat seluruh kaum hawa di sekolah itu kagum setengah mati.
Keringat membasahi tubuh nya, rambut yang basah karena keringat sehabis lari keliling. Viko kembali ke kelas setelah menggunakan seragamnya.
"Bu saya sudah selesai menuaikan tugas muliamu." ucap Viko santai.
"Mulia ndas mu. Lain kali jangan terlambat lagi. Yasudah kamu masuk ke kelompok Luna saja. Dan Luna, kamu ajarin Viko sampai dia mengerti. Kalau sampai dia tidak mengerti, ibu akan hukum kamu." perintah ibu Dina.
Luna yang menyadari namanya disebut pun kaget, sementara Viko pun tersenyum senang. Akhirnya bisa dekat sama Luna. Viko pun melihat samping Luna ternyata kosong. Viko pun segera duduk kesana namun sial, Ferdo lebih dulu pindah posisi duduknya ke samping Luna.
"sorry, gue duluan yang duduk disini." ucapnya. Sudut bibirnya terangkat melihat wajah kesal Viko.
Bangsat lo!
Viko pun duduk di depan Fera, teman sekelompoknya.
"Dia satu kelompok sama kita, disuruh guru. Lo gausah khawatir. Gue gak akan biarkan dia mengganggu lo." bisik Ferdo pelan namun masih terdengar oleh Viko. Viko menatap tajam Ferdo.
🍃🍃🍃
Bel pergantian jam pun berbunyi. Semua murud kembali ke bangkunya masing-masing.
"Saya minta besok kalian presentasikan hasil diskusinya. Saya tidak mau tahu kalau ada yang tidak selesai tugas kelompoknya, akan dihukum." ucap Ibu Dina sambil berjalan keluar kelas.
Stres.
Itu yang Luna rasakan.
Stres karena satu kelompok dengan Viko, mantannya dulu. Luna memilih tiduran di meja, sambil menunggu guru masuk.
Disaat gue ingin melupakannya, kenapa dia mendekat? Disaat gue ingin mendekat, kenapa dia menjauh? Kenapa cinta harus serumit ini? akhhh...
Ingin rasanya berteriak, melampiaskan semua permasalahannya kepada sang angin, menceritakan semua keluh kesahnya kepada senja. Namun apa daya, mereka hanya membisu.
Jikalau gue bukan pelengkap tulang rusuknya, mengapa dia berusaha ingin menjadikan gue sebagai tulang rusuknya?
Dia yang berjanji setia, dia juga yang mengingkari.
Terkadang definisi cinta tidak sesuai dengan realitanya.
TBC
Garing? maklum, kalau hati lagi sakit maka pikiran pun gak sinkron
![](https://img.wattpad.com/cover/120013923-288-k518946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...