Luna ~ 38

1.3K 44 0
                                    

Sekitar 15 menit perjalanan akhirnya mereka tiba di kediaman Luna. Setelah motor Ferdo berhenti, Luna turun lalu memberikan helm kepada Ferdo. Tidak lupa mengucapkan terimakasih.

"Lo mau singgah sebentar?" tawar Luna.

"Gak usah lah. Gue langsung pulang aja. Nyokap gue tadi ngirim pesan, nyuruh gue balik." tolaknya. Sejujurnya Ferdo ingin sekali mampir kerumah Luna. Bicara berdua. Banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya,  membuat Ferdo ingin tanya langsung. Namun ibunya menyuruh Ferdo balik setelah pulang sekolah. Membatalkan niatnya untuk mampir.

"Oh yaudah deh. Lo balik gih, dah mau hujan."

"Ya." Ferdo menyalakan motor ninja kebanggaannya. "Mulai besok pagi, gue yang antar lo. Jangan tolak. Gue gak suka penolakan. Gue balik." lanjutnya. Setelah itu motor Ferdo pergi menjauh.

***

Dean baru saja sampai rumah jam 7 malam. Sial, kemacetan di jalan tadi membuatnya tidak bisa pulang dengan cepat. Bahkan menjemput Luna pun tidak bisa. Hampir 2 jam ia terjebak macet. Sebenarnya jalan pintas menuju rumahnya ada. Namun melewati gang sempit. Tidak bisa dilewati mobil.

Ditambah lagi dengan hujan lebat membuatnya bosan. Untung saja ia menggunakan mobil.

Dengan pakaian sedikit basah, Dean masuk kedalam rumah dan mendapati Luna sedang belajar diruang tamu.

Dean mandi terlebih dahulu, setelah itu menemui adeknya dan mengajak makan.

"Ayo makan dulu. Jangan belajar terus jadi lupa makan." suruh Dean seraya membuka bungkus makanan yang baru saja ia beli diwarung makanan dekat rumah.


***

Besok paginya, Luna sudah siap berkemas dan menuju ruang makan. Sarapan terlebih dulu biar ada stamina untuk mengerjakan soal ujian nanti.

Samar-samar Luna mendengar suara orang lain selain abangnya. Suaranya tidak asing. Seperti pernah dia dengar sebelumnya. Penasaran, Luna mempercepat langkah menuju ruang makan.

"Nah, orang yang lo tunggu datang." Dean melirik kearah samping, tepat Luna datang.

"Pagi." sapa Ferdo seraya tersenyum manis kearah Luna.

"Eh lo rupanya, kirain siapa."

"Kalau orang sapa Luna, dijawab jangan dibiarkan." tegur Dean.

"Hehe maap, pagi juga Ferdo."

Setelah itu mereka duduk sama di ruang makan dan sarapan bersama.

***

"Lo jaga adek gue ya. Lecet dikit gw gantung lo."

"Ya, ya. Gue jaga kok Bang De, gue duluan dulu." pamit Ferdo disusul Luna. Tidak lupa juga Dean mencium dahi Luna, dan memberi semangat pagi. Setelah itu Mereka bergegas naik motor dan pergi. Takut terlambat sampai sekolah.

"Lo pegang gue." teriak Ferdo menyuruh Luna pegangan.

"Ogah gue."

"Gue gamau tanggung jawab kalau lo terbang ya."

Ferdo menambah kecepatan motornya membuat Luna semakin takut. Terpaksa Luna memegang jaket Ferdo.

Ferdo tersenyum senang. Satu tangannya memegang kendali satunya lagi meraih tangan Luna menuju pinggang Ferdo.

"Gue gamau lo terbang. Badan lo kayak kertas, ringan banget." ledek Ferdo. Tidak terima Luna mencubit pinggang Ferdo.

"Rasain lo. Dasar kaum adam, kerjaannya modus." balas Luna.

"Gue bukan modus Lun. Ini demi keselamatan lo. Ntar gue digantung sama abang lo, ga kasihan lo sama gue?"

"Gak ada kata kasihan buat Kang modus kek lo. Cepetan dah mau telat."
"Iya-iya."

***

Luna menghela nafas lega. Akhirnya sampai di ruang labor komputer tepat waktu. Kirain sudah telat karena mereka sampai jam 8.5 pagi. Dan untung saja pagar belum ditutup, sehingga mereka bisa masuk kedalam sekolah.

"Tumben lo datang jam segini. Biasanya datang cepat." ujar Sera, teman sebangku Luna.

"Ada orang gila tadi, ganggu pagi gue jadinya agak telat."

"Orang gila rasa gebetan kan Lun?" goda Sera mencolek pipi Luna.

Luna memutar bola matanya.
"Apaan sih, siapa juga yang punya gebetan? Halu lo." cibir Luna.

"Halahh, gak boleh gitu. Ntar lo jadian sama dia baru tau rasa." ujar Sera semakin menggoda Luna.

"Serah lo deh."

Sera tergelak, puas membuat Luna kesal dipagi hari.

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang