Kesialan lagi dipagi hari. Dia terlambat ke kampus.
Semuanya salah sahabatnya. Ya, Tabitha.
Semalaman pikirannya terus berputar, seluruh isi pikirannya tertuju pada dua orang yang sangat dia hindari, tetapi ketemu di waktu yang sama.
Ditambah lagi jam 3 subuh,Tabitha menggedor kamarnya dengan menenteng tas beserta kopernya. Dia kesal. Tapi rasa penasaran dan takut lebih mendominasi. Penasaran kemana sahabatnya itu pergi, dan takut bila dia takkan kembali lagi. Cuma dia satu-satunya orang yang dia kenal.
Udahla bangun jam setengah 7, ditambah lagi motor sahabatnya mogok.
Ya, Tabitha menitipkan motornya ke Luna. Untung saja dia bisa bawa motor karena dulu dia diajarin ngendarai motor sama dia.
Siapa lagi kalau bukan Ferdo, kekasihnya saat ini.
"Mang, bisa cepet ga?" tanya Luna sambil menatap mang Rojak, montir motor yang tak jauh dari kampusnya.
Mang Rojak meneliti motor Luna, lalu mendongak ke arah gadis itu. "Wah neng, sepertinya ini makan waktu lumayan lama. Mungkin, setengah jam selesai."
Luna mendesah panjang, kecemasannya semakin meningkat. "Ya udah deh mang, nanti setelah saya pulang kampus saya kesini lagi. Saya pergi dulu mang."
Mang Rojak mengangguk, mengangkat jempolnya lalu Luna bergegas menuju kampusnya. Udah telat 5 menit, dan berjalan kaki menuju kampus sampai 15 menit. Mau tak mau, dia harus berlari.
Dan berharap, semoga ada teman sejurusannya lewat dan bisa nompang.
Nafas tersenggal-senggal, keringat mulai bercucuran membasahi wajah dan tubuhnya. Rasa capek mulai mengurangi semangatnya, namun tetap terus berlari.
Tin tin....
"Lunaa.." teriak seseorang dari arah samping. Luna berhenti. Kedua tangannya berada diatas kedua lutut, menumpu tubunya. Dengan nafas tesenggal-senggal, gadis itu menoleh kesamping.
Luna terkejut. Jantungnya kembali berdetak kencang melihat cowok itu. Mengalihkan pandangannya dan melanjutkan lari.
Sontak cowo itu turun dan segera mengejar Luna.
"Berhenti Lun. Lo berangkat bareng gue."
"Enggak."
"Luna."
Dan, hap.
Cowok itu berhasil menahan tangan Luna. Mencengkram kuat sehingga Luna tidak bisa menghindar lagi.
Setelah itu, cowok menarik tangan Luna dan membawanya ke motor gede milik cowok itu.
"Naik!" suruh nya. Luna menggeleng seray menghentakkan tangannya. "Gue gak mau. Lepasin gue."
"Semakin lama lo bakalan telat. Lo lupa, jarak dari sini ke kampus lumayan jauh? Lo ikut gue."
"Enggak!"
"Gue gak terima penolakan!" putusnya final. Menggendong gadis itu sampai keatas motor, lalu cowok itu naik dan langsung menggas motornya dengan kecepatan penuh.
"Lo peluk gue. Gue gamau lo terbang nanti!" serunya setengah teriak.
"Lo pikir gue ringan apa!"
"Yaudah. Gue gamau tanggung jawab kalau lo terbang."
Viko menambah kecepatan motornya membuat Luna terdorong kedepan. Kedua tangan nya langsung memeluk erat tubuh Viko.
"Nah gini kan enak, niat gue kan baik." Viko tersenyum puas, akhirnya dia nurut juga.
![](https://img.wattpad.com/cover/120013923-288-k518946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...