Matahari terbit, sayup sayup terdengar suara kicauan nyaring burung dan cahaya matahari masuk lewat celah jendela kamarnya. Luna terbangun dari alam mimpinya. Dengan kepala yang masih terasa sakit, badannya terasa nyeri, namun Luna paksakan untuk sekolah. Luna paling benci yang namanya absen di sekolah. Sebisa mungkin dia sekolah walaupun kepalanya masih terasa sakit. Luna melihat jam weker di atas meja dan ternyata menunjukkan pukul 06.40
"WTF? 20 menit lagi." Luna langsung mandi dan cuma 10 menit. Luna sudah beres lengkap dengan seragam dan penampilannya. Luna pun langsung turun dan pergi tanpa pamitan dulu sama orangtuanya. Karena Luna sadar, mau dia pamit ataupun tidak, orangtuanya tidak peduli.
"Eh si kebo sudah rapi." ledek Merry. Namun diabaikan Luna. Mommy pun memperhatikan Luna yang sudah menjauh.
Anak itu belum makan, padahal dia sakit. Batin Mommy.
"Sayang.."
"Sayang.."
Dad melihat arah tatapan istrinya. Dan ternyata benar, istrinya melihat anaknya yang tengah menunggu ojek yang melintas di depan rumahnya.
"Kamu mengkhawatirkannya?" tanya dad. Mommy pun mengalihkan pandangannya.
"Ah itu, kemarin aku lihat dia pulang dengan keadaan basah. Kan kamu sendiri juga tau kalau dari kecil dia tidak kuat dengan hujan. Apalagi wajahnya pucat." jelas mom. Matanya tidak bisa lepas dari Luna. Walaupun dia bilang begitu, suaminya tau, kalau istrinya khawatir dengan anaknya. Dari matanya bisa menjelaskan kalau dia cemas. Hanya saja dia gengsi. Ya, sama seperti dirinya. Mereka dua orangtua yang gengsi dan egois.
"Sudah, aku berangkat kerja. Jaga dirimu baik-baik." lanjut dad lalu mengecup dahi istrinya dengan penuh cinta.
Sementara Luna? Luna masih stay berdiri di depan gerban rumahnya, menunggu ojek yang tak kunjung datang. Jam sudah menunjukkan pukul 7.05 pagi.
Duh, gimana ni, dah telat.
Tiba-tiba mobil milik daddy nya berhenti tepat di depannya.
"Cepat masuk atau saya tinggalkan kamu disini." ujar daddy datar. Luna kaget sekaligus senang, setelah sekian lama Luna pergi sendiri ke sekolah, baru kali ini dia diantar dad nya. Luna pun langsung masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan hanya bunyi musik yang memecah kesunyian. Tidak ada yang berani memulai percakapan, baik dad maupun Luna.
Sesampainya di sekolah, Luna pun julurkan tangan buat salim sama dadnya, namun bukannya membalas, tapi diabaikan.
"Cepat keluar. Saya sudah telat."
Luna pun menarik kembali tangannya dan keluar dari mobil."Hati-hati ya ya-" pamit Luna yang kepotong mendengar mobil dadnya yang melaju cepat.
Gapapa Lun, sabar. Seharuanya lo senang, Akhirnya dad mau anterin lo ke sekolah. Semangat Lunaa.
Luna menatap mobil itu yang mulai menjauh dari sekolah. Mood nya kembali baik.
Ya, hari ini gak akan Luna lupakan. Hari pertama kalinya dad nya mengantar dia ke sekolah setelah sekian lama tidak merasakan hal itu. Luna memasuki sekolah dnegan perasaan senang. Senyum nya terukir indah di wajah cantiknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...