Luna ~ 47

1.3K 53 9
                                    

Suasana sunyi selama perjalanan, ditambah hujan lebat. Sesuai dengan suasana hati Luna yang sedang kacau.
Sepertinya langit tahu kalau saat ini dia menangis lagi.

Melihat Luna seperti ini membuat hati Dean sakit. Merasa sebagai abang walau bukan saudara kandung tidak becus menjaga Luna. Jika dia tau akhirnya seperti ini seharusnya dari awal dia bersikukuh melarang Luna ke sana.

"Udah dek, gausah nangis lagi. Kan udah bang bilang, gausah ke sana, kamu sih ngotot ke sana."

Dean melajukan mobilnya. Biar cepat sampai di rumah dan Luna bisa menenangkan diri di kamar. Mungkin dengan menyendiri bisa membuat Luna membaik.

Malang kali nasib mu dek, seandainya saja abang sodara kandung kamu, bang akan lindungi kamu, tidak seperti abang kamu itu.

Sesampainya dirumah, Luna langsung membuka pintu dan menuju kamar nya. Dan disana Luna nangis sekencang-kencangnya, tidak peduli sekarang sudah malam dan para tetangga akan ngamuk karena ulah Luna.

***

Jam menunjukkan pukul 11 malam. Tak terasa sudah dua jam Luna menangis. Melampiaskan rasa sakitnya dengan tangisan. Kepalanya pun mulai berdenyut. Luna memutuskan untuk tidur, istirahatkan pikiran dan fisik agar besok pagi kembali fit.

Baru aja rebahan telvon Luna berdering. Dengan malas Luna mengangkat telvon itu.

"Halo ini siapa?"

"Ini gue, Ferdo."

"Ha?" Luna melihat telvon itu dan ternyata Ferdo yang nelvon. Pantas saja suaranya mirip Ferdo, tau-taunya dia yang nelvon.

"Kenapa kaget? Ganggu ya?"

"Ga kok, gue ga lihat siapa yang nelvon." jawab Luna.

"Lo gapapa kan?" tanya Ferdo khawatir. Terdengar suara serak seperti sehabis nangis.

"I'm fine" ucap Luna berbohong. Nyatanya dia sedang tidak baik.

"Kebiasaan perempuan. Bilangnya gapapa tapi lagi ada apa-apa. Ngode in biar si cowo peka ya?"

"Ck." Luna berdecak sebal. "Siapa juga yang mau ngode in?"

"Udahlah. Lo gausah bohong. Gue ga sebodoh itu buat dibodoh-bodohin Lun. Gue tau lo lagi ada masalah. Kalau ada masalah bilang. Gausah sok kuat. Nyatanya manusia ditakdirkan jadi lemah karena biar sadar, Tuhanlah sumber kekuatan disaat hamba nya rapuh."

"Apaan sih lo. Ngaco. Gue baik-baik aja."

"Ngeles lo kek bajaj."

Ferdo tau Luna sekarang berbohong. Untuk membuktikan lebih jelas Ferdo mengubah call jadi video call.

Apakah Luna masi aja bohong atau jujur?

Luna langsung kaget, ternyata Ferdo tidak bisa dibohongi. Ferdo langsung ubah jadi video call. Dengan cepat Luna menghapus jejak air mata dan setelah itu mengangkat vc itu.

"Ada apa vc?" tanya Luna.

"Sekarang terlihat jelas, lo sehabis nangis. Ada masalah apa?" tanya Ferdo to the point.

Luna diam. Tidak tahu harus jawab apa. Mau diceritain pun, takutnya nangis lagi. Kalau dibilang gapapa, percuma juga. Ferdo udah tau permasalahan dalam keluarga Luna.

"Masalah keluarga kah?" tanya Ferdo lagi.

Ternyata Ferdo bisa menebaknya.

Luna hanya jawab dengan menganggukkan kepala.

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang