"Samperin ni?"
Dita menggelengkan kepalanya.
"Lah, kenapa?"
"Bagus kita ikutin aja mereka dua dari belakang." usul Dita.
Fitri mengangguk kepalanya. Mereka pun berjalan ngikutin ke mana Viko dan Ferdo pergi. Sebelum itu mereka memakai kacamata gaya dan hoodie biar tidak ketahuan.
Disaat mereka fokus dengan Viko dan Ferdo, tiba-tiba lewat sekeluarga yang menghambat penglihatan mereka dua. Dan akhirnya mereka pun kehilangan jejak Viko dan Ferdo.
"Ah sialan emang! Hilang jejak kan jadinya."
"Yauda atuh, biarin aja. Kan tujuan kita kesini bukan ngikutin dia."
"Ya juga ya, hm okelah, capcus."
***
Jam 8 malam. Luna terbangun dengan perut yang keroncongan. Saking nyenyak nya tidur Luna jadi lupa makan siang. Rencana mau makan bareng sama dua sahabatnya jadi gagal karena sampai sekarang merema belum pulang.
Luna meraih hp nya dekat lampu tidur, ngecek apakah ada pesan masuk dari bang Dean, Dita dan Fitri. Tapi ternyata nihil.
Luna membuka grup chat sama sahabatnya, lalu menekan tombol video call. Tapi tidak ada satupun yang angkat vc.
Dia pun nelvon abangnya, juga sama aja. Tidak diangkat.
"Kenapa gak ada satupun yang mau angkat telvon nya sih?" Luna berdecak kesal.
Udahlah pergi dari pagi, tidak ada izin, pulang pun lama.
Padahal mereka on loh. Di chat pun ceklis dua. Tapi tidak mau angkat telvon.
Daripada penyakit magh nya kumat, dan tunggu dua sahabat dan bang Dean pulang , mendingan Luna makan. Dia langsung turun ke dapur untuk ngecek bahan makanan di lemari.
Lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak ke Luna. Sudahlah ditinggal, stok makanan pun tidak ada. Diluar hujan pula. Paket pun cuma bisa chat sama vc doang.
Dengan terpaksa, Luna mengambil payung lalu cari makan diluar.
***
"Semua udah siap?"
"Udah bang."
"Bagus. Luna ada dirumah?"
"Gak bang. Luna pasti keluar cari makan." jawab Fitri.
"Lah kok lo tau?"
"Tau lahh." ujar Fitri bangga. Dan dia yakin 100% kalau Luna pasti makan dirumah.
Tidak sia-sia dia melakukan hal ini tanpa sepengetahuan Dita, bang Dean dan Luna. Ya walaupun nantinya dia kena omel sama Luna karena ulahnya. Tidak apa-apa, sesekali ngerjain Luna kan tidak nambah dosa.
Bola mata Dita berputar melihat tingkah kepedean Fitri.
"Semua udah siap sedia kan?" tanya bang Dean memastikan kembali rencana mereka sudah sempurna.
Dita dan Fitri melihat sekeliling lagi. Mengecek apakah ada yang kurang. Mulai dari dekorasi, kue, terompet kecil, kue dan kado.
Oh ya pasti ada yang bingung, kok pake terompet? Sebenarnya tidak penting banget sih harus pake terompet, tapi kami sengaja beli nya. Udah lama tidak lihat Luna terkejut.
Kangen sifat latahnya Luna.
***
Tepat pukul 00.00, hari yang dia nanti-nantikan telah tiba. Luna tersenyum mengingat hari ini adalah hari dimana bertambahnya satu tahun usia nya.
Luna menatap lilin yang menyala di depan nya. Di cafe yang masih buka dengan hujan yang sampai sekarang belum reda dia merayakan ulang tahun nya.
"happy birthday to mee, happy birthday to mee, happy birthday, happy birthday... Happy birthday to mee, happy birthday happy birthday... Happy birthday to mee"
Setelah selesai nyanyi, Luna berdoa. Tanpa sadar air mata nya turun. Ya, saking bahagia nya mengingat hari ini hari bahagia nya. Juga sedih, karena lagi dan lagi tidak dirayakan bareng keluarganya. Mungkin disana mereka lagi bahagia merayakan ulang tahun Merry.
Kaget kan? Hehe. Ya, Luna dan Merry kembar. Sebenarnya tanggal lahir Luna dan Merry beda sehari. Tapi, dulu pas acara Luna ulang tahun, Merry juga ikut. Jadilah ulang tahun mereka dirayain sama tanggalnya.
Tapi ya begitulah. Kami kembar, hanya beda 8 menit. Luna lahir jam 23.55 sedangkan Merry lahir jam 00.03. Mereka kembar tapi wajah tidak mirip.
Setelah selesai berdoa, Luna meniup lilin itu, lalu pulang. Sekarang hujan sudah berhenti. Dan mungkin kedua sahabat serta bang Dean sudah sampai disana.
Kali ini Luna jalan kaki ke rumah. Sebenarnya takut sih, apalagi sepanjang jalan minim pencahayaan. Tapi mau gimana lagi. Mana ada gojek jam segini. Kalau ada Luna udah pulang naik gojek daripada jalan, takut ada copet atau om-om mesum.
Sepanjang jalan Luna tak henti-hentinya berdoa, berharap dia sampai dirumah dengan selamat.
Hanya butuh 15 menit untuk sampai ke rumah, tapi entah kenapa dia merasa lama sekali sampai dirumah.
Pas melewati gang dekat rumah, tiba-tiba ada anjing ngejar. Sontak Luna yang paling takut sama anjing langsung berlari sekencang-kencang nya. Udahla gelap, dikejar anjing, lengkap sudah penderitaan nya di hari ulang tahun nya.
Sesampainya di rumah, dia melihat beberapa orang di depan pintu. Luna mendekat dan ternyata...
"Happy birhtday sayang"
TBC
Gaes mau nanya nii. Kalau seandainya cerita ini mau di bukukan, ada yang mau beli ga si? Ntar kalau aku acc ke pihak penerbit nya, tau" nya gak ada yang beli. Aku tuh insecure tau cerita ini udh dibukukan tp gak laku:)
Dijawab ya gaes, biar aku tau layak dicetak atau gak ni:)Gimana? Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...