Jangan samakan perasaan dengan halte, datang untuk singgah sementara dan pergi lagi.
🐝🐝🐝
Bel panjang berbunyi keras, tandanya kegiatan belajar mengajar telah selesai. Seluruh murid bersorak senang dan keluar dari kelas. Ada yang ke kantin, ke parkiran dan langsung pulang, dan ada juga yang nunggu jemputan.
Ferdo berlari mengejar Luna dan Dita yang sudah lebih dulu keluar kelas.
"Lun" panggil Ferdo.
Merasa seseorang memanggul namanya, Luna menoleh ke sumber suara.
"Ada apa?"
"Kita pulang bareng ya?"
"Maaf Fer, gue pulang sama Dita aja." Luna pun meninggalkan Ferdo.
Lebih tepatnya, Luna ingin menjauh dari Ferdo.
Maafkan gue Fer, gue tidak ingin lo terlibat dalam kehidupan gue, sekali lagi maafkan gue.
Setelah itu, Luna pergi begitu aja. Meninggalkan Ferdo yang melihat Luna semakin jauh. Gak ada niat buat menahan nya atau mengajak sekali lagi buat pulang bareng.
Gue tahu alasan lo menolak lo untuk dekat dengan lo. Batin Ferdo.
🐣🐣🐣
"Loh, kok ke sini?" tanya Luna
"Heheh, mampir kesini dulu ya, laper gue." adu Dita sambil mengelus perutnya yang datar.
"Dasar manusia plin plan lo mah. Katanya mau ke toko buku, nyatanya ke cafe." gerutu Luna.
"Hm yadehh."
Mereka ke dalam cafe, dan memesan makanan. Dita langsung memesan makanan mereka berdua
"Lun."
"Apa?"
"Lo yakin ingin melupakan si Ferdo?"
Nah kan, Dita mulai salah paham. Maksud Luna itu bukan melupakan, tapi jaga jarak. Setidaknya Ferdo tidak terlalu masuk ke dalam kehidupan nya.
"Gue bukan melupakan dia, tapi gue akan berusaha menjauh dulu dari dia. Gue takut dia kena amukan bokap gue."
Tiba-tiba....
"Long time no see, Luna Angelo Jhonson"
Suara itu, mengingatkan Luna kepada seseorang, seseorang yang dulu akrab, pernah singgah ke kehidupan Luna dan menghilang begitu saja. Suara yang tidak asing ditelinga Luna.
Suara seseorang yang dulunya pernah berjanji gak akan pernah mengecewakan Luna, selalu stay dan akhirnya dia pergi.
"Loo?" kaget Luna tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan .
Luna terkejut. Dia, yang dulu meninggalkan Luna, sekarang kembali lagi. Dia yang sudah membuat hari hari Luna begitu cerah dan berwarna, dia yang sudah menghilang di telan bumi tanpa keterangan, dan dia yang kembali lagi di hadapan Luna.
Viko.
Hadir dalam hidup Luna sejak kelas 9 SMP, dan kembali lagi setelah beberapa tahun menghilang.
"Lo mau apa lagi? untuk apa lo kembali lagi? mau bikin Luna sakit hati lagi hah?" Dita mulai emosi. Karena Dita juga tahu kesalahan yang telah diperbuat Viko sampai membuat Luna sakit hati.
Dita tidak ingin masalalu Luna kembali hadir dan menorehkan luka ke Luna.
Semua orang menatap ke arah kami, Luna berusaha menenangkan Dita namun gagal, dia kesulut emosi.
"Ya gue kembali karena gue kangen sama Luna, apa salahnya gue kembali? dia ga larang gue kan? apa gue salah kangen sama dia?" Viko santai, seperti tidak pernah melakukan kesalahan di masalalu.
"Lo bilang kangen? Setelah lo tinggalkan dia, lo menghilang dari dia tanpa sebab, dan sekarang lo bilang dengan santainya kalau lo kangen sama Luna? Lo ga tau ya, semenjak lo tinggalkan dia tanpa sebab, dia terus memikirkan lo,berusaha melupakan lo tetapi gagal, dan setelah dia berhasil melupakan lo dengan seenak jidat lo,lo datang kembali ke kehidupan dia? lelaki macam apa lo?"
Dita emosi, sedangkan Luna hanya diam menatapi mereka berdua, Luna gak nyangka setelah sekian lama dia menghilang ternyata dia muncul.
Dulu disaat Luna lagi bermasalah dengan Viko, Dita lah yang setia bersama Luna, sampai sekarang dan selamanya, mungkin.
"Ok, gue tau gue salah, gue pergi tanpa alasan yang kuat dan meninggalkan Luna begitu aja, karena itu gue balik lagi, gue merasa bersalah karena meninggalkan dia." segampang itu dia bilang, seakan-akan dia merasa kalau masalah dia itu sepele. Padahal dia gak tau, kalau apa yang dia lakukan, gak hanya bikin Luna kecewa, melainkan trauma.
"Lo merasa bersalah? Heyy mengapa baru sekarang lo menyesal? Lo kemana aja? Lo pikir Luna itu apaan hah? Jangan samakan perasaan dengan halte, datang untuk singgah sementara dan pergi lagi. Lo kira Luna ga capek nunggu lo, Lo Kira Luna bego, nunggu lo yang jelas-jelas menghilang tetapi dia dengan setia nya menunggu lo sampai kembali? iya? sorry Vik, Luna ga seperti itu. Luna tidak bodoh." tekan Dita.
"Ayo Lun, kita pulang. Dan satu hal lagi, lo mending gausah cari Luna lagi kalau lo nantinya menyakiti dia lagi, gue gamau liat dia sakit karena mikirin lo yang gajelas. CAMKAN itu. Ayo Lun, kita pergi." Dita sambil menarik tangan gue untuk keluar dari cafe.
Viko diam mematung menatap kepergian Luna dan Dita.
Gue tau gue salah, gue menyesal, tapi apa gue gapantas dapat kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya dan kembali seperti dulu? gue kangen sama lo, i miss you , Luna. Batin Viko
Kami menuju kasir untuk membayar pesanan kami dan menuju ke parkiran mobil. Nampaknya Dita masih marah.
Selama perjalanan, hanya terdengar suara lagu dari mobil, tidak ada yang memulai pembicaraan, semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.
***
"Dit, thanks ya udah nganterin gue sampai rumah, btw lo gajadi pergi ke toko buku?" lirih Luna.
Dit mengangguk. Dita terdiam, seperti ada sesuatu yang dia lupakan.
"Astagaaa, demi neptunus gara-gara tu cowo gue jadi lupa tujuan awal gue setelah pulang sekolah, fiks hari ini gue badmood." Dita banting-banting stir karena emosi.
"Yaelah udah gausah mikirin tu orang, yaudah besok aja kita ke sana. Pas pulang sekolah, mau?" bujuk Luna
"Yaudah deh, besok janji yaa, gue balik dulu. Otak gue panas, butuh istirahat full."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...