Setidaknya mereka ada bersama gue disaat semua orang anggap gue sampah atau orang asing dimatanya.
🌸🌸🌸
Viko sampai di sekolah barunya. Padahal setengah jam lagi baru masuk sekolah. Mungkin hari ini adalah rekor pertamanya datang ke sekolah paling cepat.Ini sekolah gue? Hmm... Lumayan, ga buruk amat.
Viko dan ayahnya langsung ke kantor kepala sekolah untuk urus surat pendaftaran.
***
Hari ini terpaksa Luna harus naik angkot setelah sekian lama berangkat sama Ferdo. Eh ngomong-ngomong Ferdo tumben gak datang ke rumahnya? Ah sudah lah intinya dia gak kerumah Luna.
Zake, ketua kelas Luna dan Dita datang menghampiri Dita dan Fitri,yang asik gosip. Palingan gosipin cowok plastik dari Korea. "Dit, Fit, Luna mana?"
"Nah tu dia" ujar Dita dan Fitri bersamaan setelah melihat Luna masuk ke kelas.
Zake mengangguk,tidak lupa ngucapkan terimakasih. Setah itu dia mendekat ke arah Luna. "Ada apa?"
"Lo sama Dita di cariin sama Pak Setyo ke ruang Osis." ucap Zake.
"Tumben. Ada apa?"
"Masalah kepengurusan OSIS. Penting."
"Oo okee." Luna metakkan tas nya terlebih dahulu,lalu menarik tangan Dita untuk ikut bersama nya. Kebetulan Luna dan Dita masuk OSIS. Hanya Fitri yang tidak ikut. Alasannya gak ada yang antar jemput bila ada acara, padahal aslinya dia malas.
"Yaelah gue ditinggalin." keluh Fitri.
"Ahaha sebentar, paling istirahat kan bisa bareng."
"Yowes, gue balek dulu." Fitri sambil keluar kelas.
Luna, Dita, dan Zake menuju ruang OSIS, sesampainya di depan pintu kelas berpapasan dengan Ferdo. Ferdo terus menatap Luna tapi Luna gak kunjung membalas tatapan Ferdo.
~~~~
Bel pun berbunyi nyaring tanda pelajaran pertama dimulai. Semua murid masuk ke kelas masing-masing, terkecuali gue, Dita dan Zake.
Langkah kaki guru semakin dekat dan terdengar jelas oleh para murid. ekarang jam nya Bu Sulis, guru Matematika.
"Selamat pagi " sapa buk Sulis, dijawab oleh muridnya di kelas.
"Hari ini kita kedatangan murid baru lagi, ayo nak silahkan masuk."
Masuklah murid baru itu.
"Perkenalkan nama saya Viko Herdiansyah Bagaskoro. Panggil saja Viko, saya pindahan dari Surabaya. Sekian dan makasih."
Yapp, Viko murid baru itu.
"Yasudah, kamu bisa duduk di...." Bu Sulis sambil mikir.
"Yasudah kamu duduk di sebelah sana." Bu Sulis sambil nunjuk barisan ke 3 di sebelah kanan.
"Kemana penghuninya?" Bu Sulis sambil tunjuk bangku Luna dan Dita
"Ohh mereka ada dii..."
Kemudian datanglah Luna dan Dita. Mereka menyalim tangan Bu Sulis.
"Maaf bu, kami telat masuk kelas karena tadi ada rapat OSIS." Luna
"Yasudah kalian duduk dulu. Baiklah ibu akan mengabsen nama kalian satu persatu."
Luna sekolah disini? dan gue satu kelas sama dia? berarti kesempatan gue buat memperbaiki hubungan gue.
"Luna?" bu Sulis memanggil nama nya.
"Ya bu?"
"Kamu ke sini." Bu Sulis sambil suruh Luna ke depan.
"Ada apa bu?"
"Ini kamu tulis ulang absen kita, karena kita kedatangan murid baru lagi."
"Kalau boleh tau siapa bu?"
"Viko Herdiansyah Bagaskoro."
"Viko Herdiansyah Bagaskoro."
Jlebb
Viko Herdiansyah Bagaskoro? Viko? Apa jangan jangan.... Batin Luna.
Luna lihat sekeliling dan ternyata benar, Viko ada di kelasnya. Lebih tepatnya, tempat duduk .ereka berdekatan.
"Baik bu."
Luna menuju bangkunya dengan perasaan campur aduk. Takut, kaget, kecewa menjadi satu.
Luna bukan tipikal orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Baginya pekerjaan tu bagaikan janji yang harus ditepati. Setelah sampai di bangku tempat duduknya, Luna langsung mengerjakan amanat bu Sulis tadi, menyalin ulang buku absen.
~~~~
Sedaritadi Dita memerhatikan raut wajah Luna yang berbeda dari sebelumnya. Padahal tadi pagi wajahnya biasa saja, sekarang wajah Luna kelihatan murung.
"Lun?"
"Apa?"
"Lo ga ke kantin?"
"Engga." jawab Luna cuek tanpa memerhatikan wajah Dita yang mulai cemas.
"Lo kenapa dah, ada masalah?"
Luna terdiam. Sepertinya Dita memiliki kemampuan membaca pikirannya.
"Sudah gak usah dipikirkan. Gue tau kok lo pasti mikirin tu cowok bangsat yang sudah berani-beraninya menyakiti hati lu." nasihat Dita sambil mengelus punggung Luna.
Luna terlihat cemas dan khawatir. "Tapi gue takut dia-"
"Tidak akan terjadi apa-apa. Gue selalu bersama lo. Gak usa takut ya." Dita menyemangati Luna.
Kemudian Fitri datang membawa tas berisi bekal nya.
"Halo gaes, maap nunggu, ga ngantin?"
"Luan aja."
Fitri melihat raut wajah Luna yang tidak bersemangat. "Luna kenapa?"
"Masalalu gue kembali lagi, orang yang selama ini gue lupain ternyata muncul lagi."
"Si Viko?" tebak nya. Dan hanya Viko mantan Luna satu-satunya.
"Ya Fit"
"Maksud lo, Viko mantan lo? Yang satu smp tu? Terus yang satu kelas sama lo?" tanya Fitri bertubi-tubi.
"Ya"
"Astaga, pantasan komplotan cabe gak laku di kelas gue gosip anak baru di kelas lo, taunya si cowo brengsek tu."
"Fit kok lo ngomong gitu?"
"Dit, gue tau gue baru kenal sama kalian berdua. Gue baru kenal kalian dari awal masuk. Tapi semenjak Luna cerita masalah orang masalalu nya yang kurang ajar itu gue jadi enek Dit. Tenang aja Lun, gue sama Dita always with you. Lo jangan sungkan minta tolong sama gue."
"Makasih kawan, kalian beneran best friends gue." lirih Luna sambil menarik kedua tangan sahabatnya untuk berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...