Luna mengaduk-ngaduk milkshake sambil mengamati pengunjung yang lalu datang. Bosan, tentu saja. Sudah 10 menit berlalu tetapi pesanannya belum juga tiba. Mood Luna hari ini memang buruk. Kedatangan mom nya di sekolah sampai menunggu pesanan eskrim nya sangat lama.
"Ini nyonya, tuan pesanannya." waiters memberikan pesanan ke Luna dan Dean.
"Minuman nya belum habis udah pesan eskrim. Dasar." cibir Dean.
"Luna butuh sesuatu yang dingin-dingin buat menyejukkan hati dan pikiran."
"Emang pikiran dan hati mu dimasak? Direbus? Sampai harus disejukkan."
"Abang ni aneh, punya gelar sarjana tapi gatau maksud ucapan Luna."
Dean menyuapkan eskrimnya lalu tertawa, "Hahaha, aku tau kok maksud mu." sambil mengusap kepala Luna.
Luna berdecih dalam hati, melihat sepasang kekasih memamerkan kemesraan nya dengan saling bersuapan
"Emang kalau jomblo suka iri lihat orang bermesraan." sindir Dean. Dia tau, kemana arah tatapan Luna.
"Ga kok, bukannya iri ya, tapi gaperlu umbar kemesraan di tempat umum. Ntar kalau putus kan nyesek."
"Eh jadi rencana mau lanjut atau gimana?" Dean mengalihkan percakapan tadi.
Luna mengehela napas kasar sambil mengaduk-aduk eskrim yang mulai mencair. Kalau ditanya begini, ia jadi bingung. Ingin rasanya kuliah di luar kota atau luar negeri, pergi jauh dari keluarganya, tapi dia tidak rela meninggalkan tempat kelahirannya.
"Ntah lah bang, masih bingung. Rencananya ingin kuliah di luar kota atau di luar negeri tapi ya itu."
"Lho kok bingung? Yang namanya kuliah itu bla bla bla... " Luna tidak fokus mendengar perkataan abangnya saat orang gila dengan santainya tertawa disaat orang lain menghinanya bahkan dengan sengaja melemparkan botol minuman ke arahnya. Bukannya membalas, malah tertawa sambil melihat orang yang melakukan hal itu.
Entah kenapa Luna jadi iri melihat orang gila itu. Bisa tertawa bebas walaupun semua orang mencaci maki nya. Tertawa tanpa henti walau pikiran dan perasaannya sudah tidak berfungsi lagi. Berbanding terbalik dengan orang lain yang hanya pura-pura tersenyum seakan dirinya menunjukkan pada orang lain ia bahagia, padahal ia terluka, perasaannya sakit.
"Kamu ngerti kan?" Luna terdiam, tidak menjawab pertanyaan abangnya. Perhatiannya terpusat pada orang gila yang berada di belakang abangnya.
"Hey." Dean menepuk pundak Luna, menyadarkan nya yang ternyata sedang melamun. Nampak jelas dari matanya bahwa daritadi ia tidak memperhatikan Dean.
Luna tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Dean. "Ada apa bang?" tanya nya polos.
Dean mengusap wajah dengan gusar. "Astaga dek, dari tadi aku ngomong panjang lebar dan kamu hanya melamun? Apa yang kamu pikirkan?"
"Itu." tunjuk Luna ke arah orang gila, tepat di belakang Dean. "Betapa bahagianya dia, padahal orang lain menghina dirinya." lanjutnya.
"Ya iyalah dia terlihat bahagia, pikirannya sudah terganggu. Namanya juga orang gila."
"Tapi aku ingin seperti dia." gumam Luna.
Dean membelalakan mata gak percaya. Dari sekian banyak manusia di muka bumi ini hanya dia, Luna yang ingin menjadi orang gila.
"Abang pernah ga, berpikir kalau abang pengen banget bahagia, tanpa merasakan sedikitpun rasa sakit dan kecewa?" tanya Luna menatap Dean.
"Setiap orang pasti ingin bahagia, termasuk abang. Bahagia setiap hari tanpa adanya kesedihan dan air mata. Tanpa adanya luka dan kepedihan. Tapi yang namanya hidup tidak seimbang kalau hanya bahagia terus. Ada masanya kita harus terluka baru merasakan kebahagiaan. Sama seperti hujan, setelah hujan datanglah pelangi."
"Tapi bang, tidak selamanya air mata menandakan kesedihan. Ada kalanya kita menangis karena terharu." sanggah Luna.
"Apa alasan mu kenapa kamu ingin seperti orang gila?" Dean mengalihkan pembicaraan.
"Ingin bahagia. Ingin rasanya tertawa tanpa terus merasakan sakit hati, kecewa dan kepedihan. Hanya itu bang."
"Suatu saat nanti kamu akan bahagia, percayalah itu. " Dean sambil tersenyum. Dean menarik tangan Luna, dan mengelusnya. "Dibalik penderitaan pasti ada hikmahnya. Tuhan tidak akan membiarkan umatnya bersedih terus. Percayalah dan tetap tersenyum."
Luna tersenyum dan menganggukkan kepala tanda setuju apa yang diucapkan abangnya. "Dan janganlah berpikiran untuk menjadi orang gila, apalagi melakukannya. Aku tidak ingin punya adik gila." canda Dean. Dan mereka pun tertawa keras, sampai membuat pengunjung cafe melihat ke arah mereka.
I wish i can smile. Always smile.
TBC
Gimana gengs, seru atau membosankan?
Apa kalian ingin jadi orang gila juga?Jangan lupa voment, salam sayang 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...