Luna ~ 24

1.3K 50 1
                                    

Matahari dan bulan takkan pernah bersatu memancarkan sinarnya, sama seperti aku yang takkan pernah bersatu merajut kisah indah bersamamu

Luna

***

Bel pulang sekolah berbunyi keras membuat seluruh murid pun bersorak ria, khususnya buat kelas 11 IPS 2. Kelas yang selalu menantikan jam belajar akan berakhir dan pulang ke rumah. 3 jam sejarah membuat Luna ngantuk plus bosan. Menatap papan tulis bagaikan tv kesayangan milik guru, serta mendengarkan kisah sejarah yang membuat Luna malas untuk mendengarnya.

Kata orang mantan itu pahlawan, pahlawan gugur meninggalkan luka abadi, terus materi sejarah belajar tentang pahlawan. Kenapa harus pahlawan dipelajari sedangkan dia sudah gugur?

Luna sedari tadi menatap Dita dengan cemas, selama pelajaran sejarah tadi dia tidak ngoceh sama sekali. Padahal waktu belajar sejarah, Dita merasa bosan dan memilih ngobrol sama Luna. Namun kali ini tidak. Dita lebih memilih tidur daripada ngobrol sama Luna.

"Dit, kenapa? Jangan diemin gue napa. Gue ada salah ya?" tanya Luna sambil menatap Dita, namun Dita tak menjawab nya, jangankan menjawab, melihatnya saja tidak.

"Dit, kalau gue punya salah, maaf ya, tapi please jangan diemin gue." lirih Luna dengan parau, matanya mulai berkaca-kaca.

Setetes air mata berhasil jatuh dari pelupuk mata dan mengenai lengan Dita yang dipegang Luna. Dita tersadar ada air jatuh pun melihat Luna yang menangis menundukkan kepala. Terdengar isakan tangis yang buat Dita sadar. Dita langsung memeluk Luna erat. Dita tak tega melihat sahabatnya menangis.

"Gapapa kok." elaknya. Padahal sebenarnya Dita tidak marah. Hanya kepikiran sama Luna.

"Lo kenapa?" tanya Luna lagi. Luna tau, Dita pasti menyembunyikan sesuatu.

Dita mendesah. Dia sudah duga, pasti Luna akan nanya lagi. Sebelum dia mendapatkan jawaban, dia gak akan puas dan terus cari tau. Akhirnya Dita menceritakan semuanya tanpa ada yang tertinggal dan ditutup-tutupin.

Luna kaget. Pantas saja Dita kesal, dia pikir mom nya yang berikan bekal ini ke Luna lewat perantara bibik. Setelah itu Luna cerita soal kemarin ke Dita. Lagian, gak mungkin orangtuanya peduli sama dia. Yang ada mereka memojokkan Luna, mengabaikan Luna.

"Gue takutnya makanan tu ada racunnya, makanya gue takut. Tapi untung lo sehat."

"Lo nethink mulu."

Luna pun bergegas merapikan barangnya yang masih berserakan di mejanya ke dalam tas. Setelah itu pergi meninggalkan kelas yang sudah sepi.

"Mau apa lagi lo?" Luna ketus. Tiba- tiba saja Viko menghalang jalannya. Kali ini misinya harus berhasil, kembali dengan Luna dan merajut cinta nya kembali.

"Gue mau bi-"

"Mau apa? mau minta maaf? gue udah maafin lo. Minggir." usir Luna namun diabaikan Viko.

Kali ini gue gakan melepaskan lo Luna, gue ga rela lo bersama yang lain.

"Gue tau, gue banyak salah sama lo, gue akui itu, tapi setidaknya lo beri gue kesempatan buat memperbaiki diri. Gue sayang sama lo, gue janji gakan nyakitin lo."

"Lo tau kan bulan dan matahari gakan pernah bisa bersatu buat menyinari bumi? sama seperti gue yang gakan bisa dan gakan pernah bersatu sama lo. Jadi gue harap lo ngerti dan please jangan ganggu hidup gue lagi."

"Tuhan aja mengampuni dan memberikan kesempatan kepada umatnya buat bertobat, kenapa lo gamau beri gue kesempatan kedua buat balikan sama lo? Gue janji gak akan lakuin itu lagi."

Jan, gini nih. Kebiasaan manusia. Sudah lah bersalah, bawa-bawa nama Tuhan lagi. Sengaja biar Luna luluh. Tapi maaf, Luna gak akan mempan!

"Tuhan maha pengampun , tapi tidak dengan gue. Sudah banyak luka yang lo goreskan di hati ini dan sampai sekarang masih membekas, dan sekarang lo mau balikan sama gue? Belum puas lo nyakitin gue? atau perlu gue bunuh diri di depan lo biar lo puas?" teriak Luna. Sudah cukup baginya untuk mengalah, sakit hati, dan menangis hanya karena dia. Luna tidak mau itu terulang lagi.

"Dan gue ingatkan sama lo, gue emang ciptaan Tuhan, namun gue bukan Tuhan yang dengan mudah nya memberikan kesempatan kedua seperti membalikkan telapak tangan. Gue bukanlah Tuhan yang mau memberikan kesempatan kedua kepada orang yang sudah banyak memberikan memory kelam dan menyakitkan dalam hidup gue. Jadi maaf, gue gakan mau balikan sama lo." ucap Luna sukses membuat Viko terdiam. Setelah itu Luna pergi secepat mungkin agar Viko tidak mengejarnya lagi.

Viko tersadar dari lamunannya, dan ternyata Luna sudah menghilang entah kemana.

Sial. Gue gagal lagi. Shitt!

Viko mencari Luna namun sial, Ferdo menghalangi jalannya.

"Shit! minggir atau gue gebukin lo." ancamnya.

"Gue tau lo cari Luna kan? Gue tau lo ingin balikan sama Luna kan? Dan gue tau lo pasti ditolak Luna kan? Selamat, lo kurnag beruntung." Viko sinis sambil menatap tajam kearah Ferdo.

Bugh!

Viko menonjok tepat di rahang Ferdo. Bibir sobek, darah mengalir dari sudut bibir dan memar. Namun Ferdo tidak membalasnya. Ferdo tau kalau Viko malu karena ketahuan ditolak oleh Luna.

Viko pun meninggalkan Ferdo dan segera mengejar Luna, tapi sial, Luna sudah menghilang. Tak mungkin Viko datang kerumah Luna  hanya untuk memohon balikan kepadanya.

Lihat saja, gue akan buat lo menerima permohonan gue dan gakan bisa lo menolaknya.

Viko pun pergi meninggalkan sekolah. Luna keluar dari tempat persembunyian dan terkejut melihat Ferdo di tanah dengan muka memar dan berdarah.

"Kan gue bilang, jangan pancing emosinya, kan lo jadi babak belur begini." khawatir Luna. Luna pun mengambil kotak mini p3k di tasnya yang selalu dia bawa jika terjadi sesuatu.

Ferdo menatap Luna sambil tersenyum. Melihat Luna yang mulai mengkhawatirkan dirinya.

"Ciee perhatian ya." goda Ferdo.

"Aduhh." teriak Ferdo pas Luna menekan kuat bagian lukanya. "Masih mau ganggu gue lagi? gue tekan ni." ancam Luna.

Ferdo pun diam menuruti Luna  dan mengamatinya yang dengan hati-hati memberikan obat luka memarnya.

"Gue balik dulu ya, makasi banyak dah bantu gue. Sorry karna gue lo jadi babak belur gini." Luna sambil merapikan kotak p3k nya.

"Lo gak usah berterima kasih kepada gue.  Karena bagi gue, sudah kewajibannya membantu perempuan yang ia sayangi dan melindunginya." Ferdo sambil tersenyum tipis.

Dia suka gue? gamungkin, mungkin dia halu.

"Yaudah deh gue pulang dulu yah." Luna namun dengan cekatan Ferdo menarik Luna dan menyuruhnya masuk ke mobil.

"Kali ini, biarkan diriku mengantar tuan putri sampai ke istana dengan selamat."

***

Hobah gaess, gimana, masih mau menunggu kelanjutan Luna?

Eh serius ni part terbanyak yang aku buat, kalian tau tak alasannya kenapa?

Akoh ultah gaess

krik

krik

Ya cuma sekedar info si, ahaha

Ps: please aku lelah nyuruh kalian vomen, percuma. Tapi lebih sakit ya lagi di vote tapi ga dibaca, jadi sama aja sakitnya tu disini:"(

jadi please baca yah:

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang