Luna ~ 34

1.4K 45 0
                                    

Merry menatap sinis kearah Luna.
"Gue kira lo gadatang, padahal gue berharap lo gausah datang lagi kemari."

Luna tersenyum, menghiraukan sindiran dari Merry.

"Kamu tuh datang tamu bukannya disambut malah disinis-" ucapan mom terhenti melihat Luna tepat didepannya. Satu tangannya menggenggam kado untuk dirinya. Jauh dari lubuk hatinya, dia kangen sama Luna. Setahun sudah tidak bertemu. Tidak ada suara caci makian untuk Luna. Tidak ada yang menyambut dia sepulang dari kantor walaupun sambutan Luna tidak dibalas.

***

"Masih berani injakkan kaki kesini setelah setahun kamu kabur dari rumah? Hebat sekali kamu ya." ucap mom ketus. Tiba-tiba dia merasa marah karena anaknya yang setahun melarikan diri kini datang kemari.

"Aku cuma ingin ka-"

"Halah, lo pasti kesini mau minta uang kan? Karena uang lo udah abis. Lo keluar dari rumah ini dengan hambur-hamburkan uang. Ya kan? Ngaku lo."

Tidak tega melihat Luna, Dean yang sedari tadi melihat perdebatan ini pun akhirnya bersuara. Berdiri didepan Luna seolah-olah melindungi Luna dari keluarganya.

"Jaga ucapanmu dek. Kamu pikir Luna seperti mu? Sadar dek. Apa yang kamu bilang itu sama aja nyindir dirimu sendiri. Kebiasaan manusia suka menilai orang lain, tapi tidak bisa menilai diri sendiri."

"Dan asal kamu tau, Luna kesini karena ingin mengucapkan selamat ulang tahun ke tante. Dan ini." Dean mengambil kado dari tangan Luna. "Ini kado buat tante. Semua uang dari tabungannya, dia beli untuk ini. Tapi saya tahan. Saya yang bayar kado ini. Karena saya mau uang tabungannya dia gunakan buat kuliahnya. Bukan buat ini." Dean meletakkan kado itu ke meja dekat mom nya. Semuanya terdiam. Tidak ada yang berani menyanggah ucapan Dean. Apalagi Merry. Wajahnya memerah menahan kesal dan malu.

"Kuliah? Manusia seperti dia bisa kuliah?" tiba-tiba dad datang,dan bertanya seolah menyindiri Luna. Merasa tidak yakin kalau Luna bisa kuliah. Apalagi masuk perguruan tinggi negeri. Karena dia tau kepintaran anaknya lebih rendah dibanding saudaranya.

"Tugasnya orangtua yaitu mendidik dan membesarkan anaknya sampai sukses. Bukan menyindir anaknya. Luna itu pintar. Kalian saja yang tidak mengetahui Luna lebih dalam. Suatu saat nanti, saya pastikan kalian semua akan menyesal telah menyindir Luna. Saya jamin itu."
.

Mendengar ucapan ponakannya membuat kepala Dad jadi panas. Rahangnya mengeras dan tatapan tajamnya mengarah kepada Dean mengisyaratkan kebencian kepadanya.

"Punya hak apa kau berbicara seperti ini? Ini rumah saya, saya yang berhak dan saya tidak sudi ada orang lain ikut campur, sekalipun itu familly".

Disaat mereka sibuk berdebat, tanpa mereka sadari Luna menutup mulutnya, menahan rasa sakit yang tiba-tiba datang dan anehnya kepalanya sangat sakit, padahal tadi ia biasa saja. Tidak kuat menahan rasa sakit,  perlahan pandangan Luna mengabur dan...

Bruk

Keadaan jadi hening melihat Luna pingsan. Cairan merah kental keluar dari hidung Luna.

"Luna pingsan. " teriak Merry.  Sontak semuanya panik tanpa terkecuali. Mom tak kuasa menahan tangisan melihat anaknya pingsan dengan darah mengalir di hidungnya. Dean langsung menggendong Luna dan segera membawanya ke mobil menuju rumah sakit.

Tapi? Seseorang hanya diam membisu tanpa menggendong Luna. Ya, dad. Anaknya pingsan bukannya dibawa malah diam menatap kepergian anaknya yang dibawa oleh ponakannya.


***

"Suster bagaimana kondisi anak saya?" tanya mom langsung setelah melihat dokter baru saja keluar dari ruang rawat anaknya.

"Anak ibu hanya kelelahan saja, mungkin dia belum makan jadi seperti ini, ditambah dia stres, tekanan darahnya naik serta tubuhnya panas. Ia hanya butuh istirahat sampai keadaannya pulih. Saya permisi." ucap dokter dan setelah itu pergi meninggalkan mereka semua.


TBC


Baru diketik gaes langsung dipublish. Jika ada typo mohon maaf

Merry christmast bagi yang merayakannya:)

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang