Chapter 7

130 6 1
                                        

Ramos baru saja tiba di kampung halamannya, Sevilla, beberapa hari setelah Real Madrid mengalami kekalahan mengejutkan atas Cadiz di putaran pertama Copa Del Rey. Tiada hal yang dilakukannya selain terus saja berpikir, mengapa Madrid seakan membuang dirinya dan melupakan jasanya selama 16 tahun membela klub, setelah kekalahan tersebut.
"Hanya karena satu kekalahan dari Cadiz, kalian semua tidak menganggap jasaku. Hmph, kalian benar - benar luar biasa... Real Madrid", kata Ramos dengan nada sarkas. "Padahal selama 16 tahun aku membela klub ini, aku sudah cukup banyak mempersembahkan titel - titel bergengsi pada kalian. Apakah itu tidak cukup? Suka duka juga sudah kulalui bersama kalian. Akan tetapi, apakah itu masih belum cukup juga? Apa kurangnya aku di mata kalian!? Seandainya aku tahu akan begini akhirnya, seharusnya aku tidak tergiur dengan tawaran Real Madrid dan taktik "Los Galacticos"nya. Aku benar - benar sudah dibodohi oleh Señor Perez".
"Kalau begitu pindahlah ke klub yang lain... mengapa harus repot - repot?", tanya sesosok arwah.
"Siapa disana?", tanya Ramos dengan nada bertanya ketakutan dan melihat sekitarnya.
"Hola, Ramos". Sosok itu akhirnya menampakkan diri. Sebenarnya adalah Alfredo Di Stefano

"Señor Alfredo?". "Kau benar Ramos, kita bertemu kagi. Wow kau sudah cukup berumur juga ternyata. Terakhir kali aku melihatmu, kau bertampang seperti remaja baru lulus SMA".
"Begitulah yang namanya waktu, Señor Alfredo. Saya sendiri tidak menyangka akan berjumpa dengan anda, walau kali ini anda mengunjungiku dalan wujud arwah", kata Ramos sembari tertawa renyah. "Jadi apa yang anda lakukan di sini?".
"Yaaah aku mengetahui masalah yang kau alami bersama Real Madrid. Aku tadi mendengar kalau kau serasa tidak dihargai oleh Real Madrid, pasca timmu kalah melawan Cadiz di putaran pertama Copa Del Rey. Benarkah itu?", tanya Di Stefano.
"Iya nih, Señor Alfredo. Aku tidak habis pikir. Hanya gara - gara satu kekalahan saja, Madrid melupakan jasaku yang sudah membawa mereka ke titel - titel besar? It's unbelieveable", kata Ramos dengan nada sarkas.
"Lalu kenapa kau tidak pindah klub saja, Ramos?". "Saya masih bingung, Señor. Di satu sisi saya ingin melakukannya. Akan tetapi di sisi lainnya, saya ingin bertahan lebih lama di Real Madrid karena klub itu sudah saya anggap rumah kedua. Makanya itu saya sulit untuk menentukan pilihan apakah saya harus pindah atau bertahan? Aaaaaargh! Ini benar - benar memusingkanku!". Ramos lalu membenamkan kepalanya di kedua lututnya dan menangis sesenggukan.

Di Stefano langsung memeluk Ramos. "Aku tahu sulit rasanya meninggalkan klub yang sudah kau bela dalam waktu lama, Ramos. Apalagi jikalau kau berhasil memenangkan titel bergengsi bersama mereka. Akan tetapi coba pikirkan ini, mengapa kau harus berlama - lama di suatu klub jika klub tersebut tidak menginginkanmu lagi?". Ramos langsung terdiam sambil memikirkan perkataan dari Di Stefano.

"You know what Señor? Anda benar, memang tidak seharusnya aku berlama - lama di suatu klub bila tidak diinginkan lagi", kata Ramos.
"Jadi kau sudah mantap untuk pindah klub?". Ramos mengangguk.
"Bagus. Besok datanglah ke kantor Perez dan katakan saja padanya kalau kau ingin berhenti dari Real Madrid".
"Baiklah, Señor Alfredo".

Tubuh Di Stefano kemudian memudar.
"Maaf nak, sudah saatnya aku pergi. Ingatlah, kau tidak perlu berlama - lama lagi di Madrid, mengingat mereka berani - beraninya tidak menghargai jasamu setelah kalah di satu pertandingan saja. Pindahlah ke klub lain dan semoga kau menemukan kebahagiaan di sana", kata Di Stefano.
"Baiklah, muchas gracias Señor Alfredo", kata Ramos.
"Adiós Ramos". Tubuh Di Stefano kemudian memudar total.
"Adiós Señor Alfredo".

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang