Chapter 16

113 2 0
                                    

"Duuuh kalau Monsieur Messi tahu kalau Naruto adalah ayah Boruto, bisa - bisa dia memberi Naruto uang tutup mulut supaya tidak mengaku di hadapan Boruto", gumam Hinata. "Dan kalau misalnya Naruto tidak mau mengaku, maka Boruto bisa - bisa mati penasaran karena belum mengetahui siapa ayah dan ibu kandungnya sampai akhir hayatnya. Duuh, aku benar - benar ketakutan".

PUK!

Hinata menoleh ke belakang dan menemukan Yashin menepuk bahunya. "Mr. Yashin?".
"Ada apa, Madame Hinata. Kenapa nada bicaramu seperti khawatir dan agak ketakutan begitu?", tanya Yashin.
"Tidak... tidak ada apa - apa kok". "Jangan coba - coba membohongi aku Madame. Tidak apa - apa, ceritakan saja".
"Anda pernah bilang kalau Señor Messi dan Señor Ramos sudah pindah klub di musim depan dan kemungkinan akan memperkuat PSG".
"Ya, itu benar. Lalu apa yang kau khawatirkan Madame?". "Aku awalnya sempat berpikir positif kalau Boruto tidak akan terlalu memusingkan siapa kedua orang tua kandungnya, seandainya mereka berdua benar - benar bermain di sana. Namun, tiba - tiba saja aku memikirkan satu hal dan ini membuatku takut, Mr. Yashin".
"Apa itu?". "Aku hanya... aku hanya... berpikir kalau misalnya Monsieur Messi tahu kalau Naruto-kun adalah ayah Boruto, maka ia akan memberikannya uang tutup mulut sehingga suamiku tidak mau mengaku bahwa dia adalah ayah kandungnya".

"Mr Yashiiiiiiiiin... aku takuuuut". Hinata lalu memeluk Yashin spontan. "Aku takut putra semata wayangku bisa menyusulku kesini karena penasaran siapa ayah kandungnyaaaaaa... hiks... hiks... Mr. Yashin aku takut kalau itu sampai terjadiiii... hiks".
"Rupanya itu yang menakutkanmu". Yashin lalu memeluk Hinata dan mengelus punggungnya. "Namun bukannya kau pernah bilang padaku, jika misalnya anakmu itu tahu kalau kau dan Mr. Naruto adalah orang tua kandungnya, maka ia akan membenci kalian berdua?".
Hinata sontak terdiam karena memikirkan ucapan Yashin. "Kau tahu, Mr. Yashin. Anda benar, aku pernah mengatakannya".

"Pasti ada alasan kuat mengapa Señor Messi berniat melakukan itu. Pertama ia tidak ingin suamimu terus terluka karena perasaan bersalahnya tidak bisa mengasuh Boruto. Atau kemungkinan yang kedua, dia ingin menguji seberapa besar tekad Boruto untuk mengetahui siapa orang tua kandungnya", kata Yashin. "Toh kalau dia menilai bahwa Boruto benar - benar bertekad ingin tahu, bisa - bisa Monsieur Messi akan tetap membuat mantan suamimu itu mengungkapkan segalanya di depan putra semata wayangmu".
"Benarkah?", tanya Hinata meminta kepastian.
Yashin mengangguk. "Jadi aku harap jangan berpikir yang tidak - tidak dulu, Madame Hinata. Kita pantau dulu sejauh apa perkembangannya. Meski kalau semisalnya Señor Messi kelewatan melakukannya, aku akan suruh Maradona dan Cruyff menerornya saja. Sekalian juga kau meneror suamimu".
"Baiklah, Mr. Yashin". "Sekarang ayo, akan kuantar kau ke kamarmu". Yashin lalu mengulurkan tangannya pada Hinata.
"Um". Hinata mengangguk lalu menerima uluran tangan Yashin dan mulai berjalan bersama menuju kamarnya.

Uzumaki-Scarlet Ramen Shop

Para legenda Prancis di Piala Dunia 1998 mendatangi Uzumaki-Scarlet Ramen Shop
"Jadi ini warung ramen yang katanya terkenal se-Paris itu?", gumam Petit sembari melihat - lihat sekeliling bagian dalam restoran. "Hmm... tempatnya benar - benar bagus, walau aku belum pernah ke sini sebelumnya".
"Aku tak menyangka kita bisa reunian lagi, bro. Tepatnya di tempat ini", ujar Blanc.
"Senang rasanya bisa reunian dengan rekan seperjuanganku di Piala Dunia 1998", ucap Henry sembari tersenyum cengir.
"Haah, setidaknya untuk saat ini aku bisa rehat dulu dari dunia kepelatihan yang benar - benar merepotkan", ucap Zidane.

Mereka kemudian masuk ke dalam dan duduk di kursi bar.
"Tak terasa Euro 2020 akan segera dimulai", kata Petit.
"Timnas kita ada di grup neraka bersama Jerman, Portugal, dan Hungaria. Mana ada istilah "hati - hati ditekel Pepe" lagi...", kata Zidane.
"Eeeeh, bukannya Pepe itu anak didikmu di Real Madrid kapten?", tanya Blanc.
"Iya tuh", ujar Henry.
"Dulunya. Sekarang dia sudah kembali bermain di Portugal dan menjadi kapten di FC Porto. Meskipun yaah, sikap tempramental dan bar-barnya itu masih belum hilang sama sekali".
"Anak itu benar - benar bek yang terlalu brutal menurutku. Semua pemain ditekel, terlepas dari posisi mainnya. Memang tujuannya baik yaitu untuk mempertahankan petaknya dari serangan lawan, tetapi tekel - tekelnya kotor sehingga seringkali ia mendapatkan kartu merah. Jadi tidak perlu heran apabila ada istilah "hati - hati ditekel Pepe", kapten", ujar Petit.
"Dan lagi, timnas kita akan berhadapan dengan Jerman yang memiliki gelandang dan striker yang sama hebatnya. Selain itu, adanya Manuel Neuer juga semakin menyusahkan".
"Kau benar juga, kapten. Dia itu Oliver Kahn 2.0, karena selain bisa menjaga gawang dia juga bisa mencetak gol bila timnya terdesak",
"Kurasa yang mudah hanya Hungaria saja", kata Blanc dengan nada cemberut.
"Hungaria pun juga bukan lawan sembarangan, Blanc. "Legenda Puskas" akan jadi pemicu semangat mereka untuk menyusahkan tim - tim kuat macam kita, Jerman, dan Portugal".
"Benar juga sih".

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang