Chapter 69

109 2 0
                                    

Red Bull Arena

Para pemain RB Leipzig sedang istirahat seusai latihan. Hwang dan Supriadi tengah duduk di pinggir lapangan.
"Boleh kenalan tidak?", tanya Hwang.
"Boleh. Namaku Mochammad Supriadi. Aku berasal dari Surabaya", kata Supriadi.
"Dan aku Hwang Hee-chan dari Chunceon, Korea Selatan. Kau tahu, Supri? Sebenarnya dulu aku pernah berhadapan dengan timnasmu".
"Benarkah, kapan itu terjadi?".
"Tepatnya pada Kualifikasi Piala Asia U-19 pada tahun 2014 dulu".
"Waah, itu artinya waktu aku baru masuk SMP".

"Begitukah? Menarik sekali". Hwang lalu memulai ceritanya. "Timnasmu saat itu mengalahkan timnas Korea Selatan dengan skor 3-2, di Stadion Gelora Bung Karno. Dan apa kau tahu Supri? Ada satu pemain Indonesia yang sangat menyulitkanku saat itu. Aku tak dapat melewatinya sama sekali, dia seperti Herr Virgil Van Dijk saja".
"Pasti Mas Evan Dimas kan?", tanya Supriadi menebak.
"Ya kau benar Supri, Mr. Evan Dimas. Saat itu dia benar - benar seperti tembok tebal yang sulit ditembus, walau seperti yang kau tahu... posisinya bukanlah pemain bertahan, tetapi defender".
"Di mata kami para pecinta timnas Indonesia, Mas Evan itu benar - benar gelandang hebat. Jadi tidak mengherankan".
"Namun aku lebih tertarik dengan kisahmu yang ikut membantu Persebaya menjuarai AFC Champions League, aku tak menyangka kau berperan begitu banyak untuk membantu Persebaya menjuarai kompetisi sepak bola terbesar se-Asia itu".

"Kalau itu mah memang bakal selalu kukenang, Mr. Hwang. Mulai dari start kami yang buruk di dua laga awal penyisihan grup, lalu menang 2-0 saat melawan Melbourne Victory, dan terus memenangkan pertandingan di fase gugur lewat gol tunggal semenjak melawan Suwon Samsung, hingga memenangkan final lewat skema yang sama", ujar Supriadi. "Waktu itu aku sampe nangis pas tahu Persebaya juara AFC Champions League. Habisnya, aku sama ibuk udah ditinggal bapak sejak tahun 2020 jadi aku sedih banget", katanya dengan kepala tertunduk saat mengatakan "aku sama ibuk udah ditinggal bapak sejak tahun 2020".
"I'm very sorry to hear that Supri". "It's okay, Mr. Hwang".
"Namun aku jadi sedih lagi, karena kali ini aku harus ninggalin ibuk sendirian. Memang ini untuk perkembanganku sebagai pesepakbola, hanya saja aku nggak kuat ninggalin ibuk sendirian".
Hwang lalu merangkul Supriadi. "Supri, itulah resiko yang harus dijalani seorang pesepakbola yang merantau. Aku sendiri pun sebenarnya tak jarang merasa kangen dengan rumah, tetapi mau bagaimana lagi? Ini supaya aku berkembang menjadi pesepakbola yang lebih baik. Kau tak perlu khawatir, aku akan jadi figur paman buatmu disini. Jadi tak perlu sungkan, kalau kau butuh sesuatu bilang saja padaku dan rekan - rekan yang lain oke?".

"Kemudian, Persebaya berhasil ke semifinal Piala Dunia Antarklub setelah mengalahkan Tigres UANL di quarter final. Timku lalu bersua dengan Juve di Stadion Bukit Jalil, Malaysia", kata Supriadi.
"And let me guess, Persebaya lose it?", tanya Hwang.
"Iya. Namun kami kalah bukan tanpa perlawanan. Pertama Juventus mencuri gol lebih dulu melalui Mr. Ronaldo di awal - awal pertandingan, tetapi Persebaya kemudian sempat membuat Mr. Buffon jantungan melalui salah satu rekanku yaitu Mas Oktafianus. Sundulannya sebenarnya bisa membuat kami menyamakan kedudukan, andaikata Mr. Buffon tidak menepisnya. Persebaya pun terus sabar menunggu dan kesabaran kami berbuah hasil, pada pertengahan babak kedua aku berhasil mencetak gol penyeimbang buat timku".
"Awesome", ucap Hwang dengan nada kagum.
"Namun sayangnya, Persebaya akhirnya kalah dalam babak adu penalti. Aku sendiri sebagai eksekutor tidak bisa mencetak gol karena terpeleset saat akan mengeksekusinya. Itu merupakan kegagalan penalti yang sampai sekarang masih membuatku trauma".
"Lalu apakah setelah itu Persebaya pulang dengan tangan kosong?". "Tidak. Dan itu merupakan sedikit penghiburan bagiku karena Persebaya berhasil membawa pulang medali perunggu, setelah mengalahkan klub asal Mesir yakni Al-Ahly lewat gol tunggal yang dicetak olehku".
"Nampaknya kau benar - benar spesialis dalam mencetak gol di saat - saat penting bagi klubmu ya, Supri. Pantas saja RB Leipzig kepincut merekrutmu. Malah setelah kupikir - pikir lagi, kau pantas bermain untuk klub ini". Supriadi hanya tersenyum - senyum saja seraya berpesan "terima kasih" pada Hwang.

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang