Chapter 27

128 3 0
                                    

Skuad timnas Prancis sedang berada di kamar hotel mereka masing - masing. Boruto sekamar dengan Rabiot.
"Akhirnya, kita bisa mengalahkan Polandia", kata Boruto.
"Kita tinggal menunggu siapa pemenang laga antara Portugal vs Belanda. Namun aku punya firasat kalau deja vu final Euro 2016 akan terjadi", kata Rabiot.
0Maksud anda kita akan melawan Portugal lagi di final nanti?". "Oui. Dan yang kutakutkan seandainya kita bertemu mereka disana adalah, "kejadian itu" akan terulang lagi".
"Kejadian... itu?", tanya Boruto sembari menoleh ke Rabiot dengan nada bingung.
"Kejadian dimana Prancis kalah secara menyakitkan di rumah sendiri berkat sebuah gol di extra time babak kedua, yang saat itu dicetak oleh seorang pemain Portugal antah berantah bernama Eder", kata Rabiot.
"Yaah, jujur saja itu memang merupakan momen yang menyakitkan. Meskipun saat itu terjadi, aku masih berada di akademi PSG dattebasa. Namun kau kan punya aku yang bisa diandalkan di bawah garis gawang. Buktinya saja, penalti Monsieur Ronaldo bisa kutepis kok. Bahkan kalau sampai tim kita ketemu dengannya lagi, aku yakin aku bisa menepisnya untuk yang kedua kali dattebasa".

Rabiot tersenyum simpul lalu menoleh ke Boruto. "Bukannya aku meragukan kemampuanmu Boruto. Namun andaikata kita bertemu dengan Portugal di final nanti, pastinya mereka akan turun dengan kekuatan terbaiknya dan akan bermain lebih garang daripada sebelumnya. Misalnya saja duet Monsieur Ronaldo dan Monsieur Felix yang akan tampil lebih merepotkan dirimu dan atau Monsieur Pepe yang akan tampil lebih beringas dan lebih bar - bar daripada yang sebelumnya".
"Tapi tetap saja, aku tidak akan takut. Sedangkan tembakan Monsieur Ronaldo saja bisa kutepis, apalagi tembakan para pemain Portugal lainnya", kata Boruto.
Rabiot menoleh ke Boruto lalu tersenyum simpul akibat mendengar kepercayaan dirinya yang tinggi. "Kau ini benar - benar percaya diri sekali ya, Boruto?". Rabiot lalu mengelus surai pirangnya. Boruto sendiri hanya menikmati elusan singkat Rabiot.

"Namun tiba - tiba aku kepikiran akan sesuatu nih, Boruto", kata Rabiot.
"Apa itu, Monsieur Rabiot?", tanya Boruto dengan nada penasaran.
"Apa jadinya jika kau berhasil menepis penalti Monsieur Ronaldo untuk yang kedua kalinya?". "Tentunya hal itu akan jadi suatu kebanggaan bagiku, karena bisa menepis tendangan penalti seorang "Penaldo" untuk yang kedua kali".
"Yang kubayangkan kalau Ronaldo gagal penalti lagi. Bisa - bisa dia ditertawakan nih oleh teman - temanku yang ada di Juve".
"Dan mungkin saja Monsieur Buffon bakal menertawainya habis - habisan. Membayangkannya saja membuatku geli dattebasa". Boruto dan Rabiot lalu membayangkan Ronaldo yang gagal mengeksekusi penalti dan ditertawakan oleh seluruh rekan setimnya, termasuk Buffon. Mereka tertawa bersama, akibat membayangkan momen yang menggelikan sekaligus memalukan tersebut.

Dunia Arwah

"Kemarin aku mengunjungi mimpi Monsieur Naruto, Madame Hinata", kata Maradona. "Dan aku tak bisa berbuat apa - apa".
"Lalu?". "Monsieur Naruto mengalami mimpi buruk. Begini ceritanya...".

"Jadi di mimpi itu aku melihat anak kandungmu tengah berbincang kecil bersama Mr. Buffon. Akan tetapi di tengah pembicaraan itu, Monsieur Naruto mendatangi mereka berdua dan langsung mengatakan kalau dia merupakan ayah kandungnya. Mr. Buffon pun langsung mendeathglare suami anda dan menamparnya. Walau selanjutnya suami anda merasa tidak terima", kata Maradona.
"Lalu bagaimana respon dari Boruto terlepas dari hal itu? Apakah ia tetap mengakui kalau suamiku itu benar - benar ayah kandungnya?", tanya Hinata.
Maradona terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas. "Sayangnya tidak Madame". Hinata terkejut tak percaya dengan sebelah tangan yang menutupi mulutnya dan raut muka akan menangis.

"Di mimpi itu pun bahkan Boruto tidak mau mengakui kalau Monsieur Naruto adalah ayah kandungnya. Terlepas dari kemiripan mereka di warna rambut dan mata, serta kemiripan wajah dan logat aneh. Bahkan dia sampai memanggil menamparnya hingga terjatuh ke samping dan memanggilnya seonggok sampah, sebelum memutuskan untuk menjauhinya dan meninggalkannya dalam penyesalan yang lebih dalam. Padahal kalau kuperhatikan, Monsieur Naruto hanya ingin menjelaskan alasan sebenarnya dari mengapa ia meninggalkan Boruto selama 16 tahun, di bawah asuhan orang lain. Ditambah rasa sesalnya akibat melakukan hal itu", lanjut Maradona.
"Sudah kuduga kalau dia akan membenci ayah kandungnya... hiks...". Hinata mulai menangis.
Maradona dengan reflek memeluk Hinata. "Kumohon tenanglah Madame, itu hanya mimpi. Kemungkinan untuk jadi kenyataannya kecil".

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang