Chapter 80

70 2 0
                                        

"Haaah muridku Messi akan berhadapan dengan mantan rekan setimnya alias Luis "The Hannibal" Suarez...", kata Maradona.
"Haaah makin repot aja tuh", ujar Cruyff.
"Ada apa dengan kedua temanku ini? Kenapa kalian malah saling mendesah?", tanya Garrincha.
"Habisnya muridku, Lionel Messi, akan melawan mantan rekan setimnya saat masih membela Barcelona yakni Luis Suarez", kata Maradona.
"Alias "The Hannibal"", kata Cruyff.
"Eeeeeeeh!? Kenapa kau malah menyamakannya dengan nama vampir Herr Cruyff?".
"Mudah saja, itu karena dia memiliki kebiasaan untuk menggigit bahu pemain kalau sudah terdesak", ujar Maradona.
"Dan yang meniru - nirunya pun sudah banyak, sampai - sampai ada istilah "Hati - hati Digigit Suarez"", kata Cruyff.

"Ya ampun, padahal saat aku masih aktif bermain aku hanya sebatas ditekel saja. Itu pun karena lawan marah akibat mereka susah merebut bola dariku", kata Garrincha.
"Begitulah sepak bola zaman sekarang, semua digunakan untuk menang", kata Cruyff.
"Apapun itu, aku berharap semoga saja Messi tidak apa - apa dan dapat membantu Argentina melaju ke final Copa America untuk kali kedua", kata Maradona.
"Semoga saja, supaya ada tontonan menarik walau lawannya itu itu saja".

"Andaikata Diego Forlan masih main...", kata Maradona. Cruyff memandangnya dengan bingung.
"Aku pun sama tak mengertinya dengan Herr Cruyff, Diego", kata Garrincha.
"Begini. Dulu saat masih aktif main, Señor Forlan itu memang menciptakan duet berbahaya bersama Señor Suarez di lini serang timnas Uruguay", kata Maradona. "Mereka itu seperti dua pistol yang dapat diandalkan di saat yang sama dan dapat saling menggantikan. Jika Señor Suarez tak dapat bermain baik, maka Señor Forlan akan menggantikannya begitu pun sebaliknya. Namun yang lebih penting darinya, saat dia masih aktif main dulu Señor Suarez tidak terlalu berulah seperti sekarang. Makanya itu aku berharap dia masih main".
"Namun mau bagaimana lagi Diego? Usia Señor Forlan itu sudah lewat kepala empat. Mana mungkin nafasnya sanggup untuk meladeni tempo permainan sepak bola sekarang", kata Cruyff.
"Ucapanmu memang sedikit sarkas, tetapi sayangnya itu benar. Aku hanya berharap semoga saja Messi masih mampu meladeni Suarez dan dia dapat menang tanpa luka".

Maradona dan Cruyff mengunjungi tempat latihan timnas Argentina. Terlihat para pemain tengah berlatih.
"Wow, aku tak menyangka muridmu itu sudah berjambang juga", kata Cruyff.
"Si. Sama dengan Aguero, meski aku yakin ia masih benar - benar kecewa terhadap Messi", ujar Maradona.
"Memangnya ada apa dengannya sehingga membuat Aguero kecewa, Diego?".
"Begini. Saat itu Aguero sempat ingin mengatakan kalau ia ingin bermain bersama Messi di Barcelona kala masih membela Man. City. Namun saat transfernya ke Barcelona rampung, Messi malah keburu pergi ke PSG. Makanya itu tak mengherankan kalau ia begitu kecewa terhadapnya".
"Namun itu pun tentunya karena sikap Señor Bartomeu yang sebelas dua belas dengan Señor Perez. Jangankan sifat, sedangkan wajah mereka berdua saja mirip".

"Sekarang aku hanya menganggap mereka berdua sebagai cecunguk tua yang sudah mencoreng martabat klub yang pernah sama - sama kita bela sebagai pemain", ujar Maradona.
"Saking mencorengnya, aku berani bilang jargon "Mes Que Un Club" milik mereka sebaiknya dicopot saja". Cruyff lalu tanpa sengaja melihat Messi yang akan melakukan sesuatu hal yang sama dengan aksi kontroversialnya pada Piala Dunia 1986. "Hei Diego, sepertinya muridmu ingin meniru salah satu aksimu tuh".
Maradona lalu melihat ke Messi yang melakukan duel udara bersama dengan Martinez dan tanpa sengaja sukses mengulangi secara sempurna gol "Tangan Tuhan" yang pernah ia lakukan di Piala Dunia 1986 melawan Inggris. "Kau meniru gol gurumu ini dengan sangat baik, Messi. Kau benar - benar murid kesayanganku. Tidak salah aku mendidikmu".
"Yak. Muridnya meniru gol curang kok malah bangga? Dasar kau ini", batin Cruyff sweatdrop.

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang