"Duuuh sakit bangeeet. Andai saja aku bisa cepat - cepat menghindar", keluh Neymar. Tiba - tiba saja, ada sosok berpakaian jersey timnas Argentina dengan ban kapten di salah satu lengannya.
"Jangan terlalu bersedih anak muda", kata sosok itu.
"Siapa kau?". "Kalau aku beritahu, kau pasti akan terkejut. Namaku adalah Diego Maradona"."Diego Maradona kah? Hmm". Neymar lalu berpikir sejenak untuk mencari tahu siapa Maradona.
"Oh ayolah, bisa - bisanya kau tidak tahu. Padahal posisi kita sama-sama striker loh".
"Queeeeeeee! Señor Diego Maradona, si pencetak gol "Tangan Tuhan" di perempatfinal Piala Dunia 1986 antara Argentina vs Inggris ituuuu!?".
"Ahahahahahahahah, kau berhasil menebaknya nak".
"Waah, aku tidak menyangka bisa bertemu dengan legenda sepertimu. Meskipun aku sebenarnya merupakan fans berat Pele, tetapi apa aku boleh berfoto denganmu?", tanya Neymar sembari menawarkan handphonenya sambil menunjukkan cengirannya.
"Dasar fansboy", batin Maradona menggerutu. "Nak, aku ini hanya hantu. Jadi percuma saja".
"Haaah, ya sudah... tidak apa - apa", kata Neymar dengan nada pasrah. "Jadi mengapa anda mengunjungiku, Señor?".
"Hanya untuk memberimu semangat agar kau bisa cepat sembuh dari cederamu"."Iya nih Señor, lututku sakit banget gara - gara ditekel bek lawan di "Le Classique". Ini sudah entah yang keberapa kalinya aku mengalami cedera ini. Seandainya aku bisa menghindar lebih cepat", keluh Neymar.
"Aku pernah mengalami cedera yang lebih parah darimu nak. Tepatnya, di ajang Copa Del Rey 1983, ketika aku masih memperkuat Barcelona. Begini kisahnya, saat itu timku tengah melawan Athletic Bilbao di ajang tersebut. Aku tengah menggiring bola sendirian, sebelum kemudian seorang pemain Bilbao, Andoni Goikhoetxea, menekelku begitu keras dari belakang sampai aku jadi tidak sadarkan diri. Tekel itu pun membuatku harus beristirahat cukup lama, karena pergelangan kaki dan ligamenku rusak. Anehnya, wasit hanya mengkartu kuning dirinya saat itu", kata Maradona.
"Seandainya Señor Doni masih bermain sekarang, pastinya dia sudah dikartu merah oleh wasit". "Tentu saja"."Akan tetapi kalau aku sudah cedera begini mana bisa aku jadi legenda sepertimu", kata Neymar dengan nada sedih.
"Ingat pesanku, Pele muda. Kau adalah pemenang bagi dirimu sendiri. Kau adalah legenda bagi dirimu sendiri. Jadi, jangan membuat dirimu merasa rendah hanya karena cedera ini oke?", tanya Maradona.
"Baiklah, Señor. Aku akan berusaha untuk menguatkan diri". "Baguslah kalau begitu nak".Tubuh Maradona kemudian mulai memudar.
"Maaf nak, sudah saatnya aku pergi. Ingatlah pesanku yang tadi dan semoga cepat dembuh, Neymar", kata Maradona dengan tubuh yang mulai memudar. "Adiós Neymar". Maradona lalu menghilang dari hadapan Neymar.
"Adiós, Señor".Di lain tempat, skuad PSG sedang berangkat menuju markas dari AS Monaco.
"Haah, aku akan reuni dengan AS Monaco di lanjutan Ligue 1 kali ini. Merepotkan sekali", kata Mbappe.
"Yang sabar bro", kata Icardi.
"Hei Boruto, kau akan dicadangkan kali ini. Kau baru bisa bermain, jika Navas mengalami cedera", kata Marquinhos.
"Tidak masalah jika aku harus berbagi jam terbang dengannya. Terima kasih pemberitahuannya, Monsieur Marquinhos", kata Boruto.
"Sama - sama, Boruto"."Hei Boruto, ajarin aku gestur khas Buffon itu dong", pinta Navas.
"Baiklah, Monsieur Navas. Caranya mudah saja, anda tinggal ayunkan telunjuk kanan anda ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Anda bisa melakukannya untuk memecundangi lawan anda", kata Boruto.
"Seperti ini?". Navas lalu mengayunkan telunjuk kanannya ke kanan dan ke kiri di depan wajah Boruto, tetapi masih terlalu lambat.
"Oui, benar begitu. Namun lakukanlah dengan tempo yang sedikit cepat". "Seperti ini?". Navas lalu melakukannya kembali dengan tempo sedikit lebih cepat, tetapi kurang ekspresif.
"Oui, benar begitu. Akan tetapi usahakan lebih ekspresif, dan kalau bisa tambahkan kata - kata yang membuat mental lawan down, Monsieur Navas".
"Bagaimana kalau begini?". Navas kemudian berdehem. "Penalti yang bagus kawan, tetapi...". Navas lalu mengayunkan telunjuk kanannya ke kanan dan ke kiri di depan wajah Boruto disertai ekspresi senyum mematikan. Boruto pura - pura tertunduk lesu menahan malu.
"Hoi Boruto... Boruto, kau tidak apa - apa?", tanya Navas dengan nada khawatir.
Boruto mengangkat kepalanya. "Aku tidak apa - apa, Monsieur Navas. Tadi itu aku hanya pura - pura saja-ttebasa". Boruto lalu menunjukkan senyum cengirnya.
"Haah, syukurlah".
"Anda berhasil melakukannya, Monsieur Navas. Sekarang ejeklah para skuad Monaco, dengan gestur yang baru saja saya ajarkan kepada anda di laga nanti oke?", tanya Boruto menoleh ke Navas sembari mengacungkan jempolnya dihadapan Navas.
"Oke, Buffon muda". Navas menoleh ke Boruto sembari melakukan hal yang sama kepadanya sehingga wajah mereka berdua saling bertatapan.
![](https://img.wattpad.com/cover/265114361-288-k727060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goalkeeper's Story
FanfictionBoruto ditinggal di depan rumah Historia karena Hinata (ibunya) sudah meninggal setelah melahirkannya dan Naruto (ayahnya) tidak mampu membesarkannya seorang diri. Ia diberi nama Boruto Armando Reiss oleh ibu barunya. Sekarang Boruto menjadi kiper d...