Chapter 23

145 2 3
                                        

Maradona dan Cruyff duduk di atap di sebuah stadion di Amerika Latin. Di sana sedang diselenggarkan laga Argentina vs Chile. Waktu terlihat menunjukkan babak perpanjangan waktu telah usai dan skor kedua tim 1-1.
"Duuh aku jadi deg - degan nih", kata Maradona.
"Deg - degan kenapa Diego?", tanya Cruyff.
"Babak adu penalti ini selalu jadi babak mimpi buruk bagi muridku Messi dan para rekan setimnya. Mana lawannya juga yang mengalahkan negaraku di final Copa America 2015 dan 2016 lagi. Duuh aku jadi takut Messi kembali gagal mengeksekusi penalti, layaknya yang pernah ia lakukan di final Copa America 2016".
"Tenang saja Diego, aku yakin Messi pasti berhasil mengeksekusi penalti bagi timnasmu kok. Lagipula ingatlah kata Mr. Yashin kalau babak penalti itu bukan hanya menjadi momok bagi para pemain, melainkan juga bagi kiper Diego. Siapa tahu, Señor Bravo yang tadinya jago di waktu normal jadi seakan hilang kemampuan di babak adu penalti ini", kata Cruyff.
"Baiklah, aku akan coba mengingatnya". Maradona melihat pemain pertama Argentina yang berhadapan dengan Bravo. "Semoga kalian semua bisa mengeksekusi penalti dengan baik dan membawa tim kita lolos ke babak selanjutnya. Terutama kau Messi".

"Setelah kedua kesebelasan berjuang selama 120 menit waktu normal, skor pun masih imbang 1-1 sehingga babak perempatfinal Copa America 2020 antara Argentina vs Chile pun harus dilanjutkan ke babak adu penalti", kata komentator 1.
"Sebuah babak yang tentunya akan menguji daya tahan fisik dan mental dari pemain kedua kesebelasan", kata komentator 2.
"Kau benar kawaan". "Dalam adu penalti yang sekaligus mengulang final Copa America 2015 dan 2016 ini, akankah Argentina untuk pertama kalinya berhasil mengalahkan Chile dan melaju ke fase semifinal lewat babak tos - tosan? Atau akankah "La Roja" memupus harapan "Le Albiceleste" untuk melaju ke semifinal melalui cara yang sama seperti di tahun 2015 & 2016, dalam kompetisi sepak bola terbesar se-Amerika Latin ini!? Akan kita nantikan jawabannya, saudara - saudara".
Kedua kapten tim pun kemudian menghadap ke wasit untuk melakukan coin toss. Singkat cerita, penalti pertama pun diambil oleh para pemain timnas Argentina.

"Timnas Argentina mendapatkan kesempatan untuk mengeksekusi penalti untuk pertama kali, dengan Mauro Icardi sudah bersiap sebagai eksekutor pertama mereka", kata komentator 1.
"Akankah eks striker Inter mampu membuka keunggulan bagi "Albiceleste", akan kita nantikan saudara - saudara", kata komentator 2.

PRIIIT!

"Mauro Icardi sudah mengambil ancang - ancang, ia kemudian memvoli bola ke tengah atas, tetapi terkena sedikit tiang bola. Namun secara ajaib bola memantul masuk sedikit melewati garis gawang dan goooooaalll!!!", kata komentator 1.
"Yeaaaaaaaaaah!!!", teriak fans Argentina.
"Benar - benar eksekusi penalti ala Zidane yang dilakukan dengan sangat baik, oleh Mauro Icardi", kata komentator 1.
"Bermula dari ancang - ancang berlari pelan, ia kemudian menendang bola secara voli menggunakan kaki kanannya. Bola pun kemudian melambung dan mengenai tiang tengah atas gawang, sebelum akhirnya secara ajaib memantul masuk melewati garis gawang Claudio Bravo yang malah bergerak ke sudut kanan gawangnya. Benar - benar peniruan penalti ala Zidane yang ciamik dan penuh tipuan, dari striker eks Inter Milan ini", kata komentator 2.
"Skor pun berubah menjadi 1-0... untuk keunggulan skuad Lionel Scaloni".

"Nice Icardi. Pembukaan yang bagus", kata Maradona.
"Benar - benar eksekusi yang bagus darimu, Señor Icardi. Namun aku jadi menyadari sesuatu", kata Cruyff.
"Apa itu?". "Entah kenapa Señor Bravo seperti kehilangan kemampuannya".
"Kurasa itu karena ucapanmu sebelum adu penalti yang tadi sempat kau katakan padaku, Cruyff. Bravo jadi seakan kehilangan kemampuannya, akibat dia juga menganggap bahwa babak ini merupakan momok baginya", kata Maradona.
"Aah iya juga, bisa - bisanya aku melupakan ucapanku sendiri". Cruyff lalu tertawa renyah dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Sekarang mari kita lihat apakah kau bisa menepis penalti pemain Chile itu", kata Maradona sambil menunjuk ke arah Vargas yang akan mengeksekusi penalti. "Armani".
"Tenang sajalah Diego, aku yakin dia pasti bisa menepisnya kok".
"Baiklah, aku akan yakinkan diriku Cruyff". Mereka lalu kembali memerhatikan adu penalti tersebut. Beberapa saat kemudian, Vargas mengeksekusi penalti namun malah mengenai tiang. Setelah beberapa penendang kemudian, tibalah Messi yang menjadi eksekutor terakhir. Messi mengeksekusinya dan terjadilah gol yang membawa Argentina ke semifinal.
"Bravo Messi! Kau berhasil!", teriak Maradona senang.
"Ternyata semudah itu gawang Bravo bakal jebol. Nice work Messi", kata Cruyff. Teriakan para suporter Argentina terus membanjiri Stadion Monumental.

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang