2

1.5K 102 0
                                    

Sudah 3 hari setelah hari promnight usai tapi Mitchell berani bersumpah kalau badannya masih terasa remuk akibat bergerak terlalu aktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah 3 hari setelah hari promnight usai tapi Mitchell berani bersumpah kalau badannya masih terasa remuk akibat bergerak terlalu aktif. Tenggorokannya masih terasa kering akibat teriak terlalu banyak. Sampai mama dan papa yang selalu sibuk pun sadar kalau suaranya terdengar begitu serak.

Hari senin nanti, atau tepatnya 2 hari lagi adalah hari keberangkatan Mitchell ke Shanghai untuk summer school. Jadi weekend ini dihabiskannya untuk packing bersama mama dan bi Yati. Katanya Adel akan datang untuk menginap nanti malam. Sepertinya Adel kurang suka dengan kenyataan bahwa Mitchell akan pergi 1 bulan meninggalkannya sendiri selama liburan. Adel memiliki 1 kakak perempuan dan 1 adik laki-laki berbeda dengan Mitchell yang hanya memilikki 1 kakak laki-laki yang sudah bekerja dan menetap di luar kota. Kakaknya membuka cabang kantor kontraktor papa di kota sebelah. Umur Mitchell dan kakaknya memang terpaut jauh. 11 tahun. Mungkin karena itu pula mama dan papa selalu berekspektasi untuknya bisa mandiri. Walaupun umurnya masih terbilang muda.

Kegiatan packing didominasi oleh mama dan bi Yati. Masalahnya kalau cuma packing untuk 1 minggu Mitchell tentu tidak akan kewalahan. Tapi ini untuk 1 bulan! Siapa yang tahu berapa pasang kaos kaki dan berapa banyak baju yang harus ia bawa. Semua Mitchell percayakan pada ahlinya, mama dan bi Yati.

1 koper super besar berisi 30kg pakaian beserta segala kebutuhannya sudah selesai dikemas. Mitchell sedikit khawatir bagaimana caranya ia mengangkat koper seberat itu saat klaim bagasi nanti. Tapi sudahlah, pasti nanti ada jalannya. Sisa dari barang yang belum dikemas akan ia masukan ke dalam koper kabin besok.

Matahari masih terik namun packing sudah selesai, mama mengajak Mitchell ke ruang karaoke di basement. Mitchell dan mama memang hobi karaoke. Mereka bukannya suka 'bernyanyi serius' tapi bernyanyi sambil menari sesuka hati ala karaoke. Suara yang dikeluarkan pun kadang lebih terdengar seperti lengkingan dibanding merdu. Karena itulah papa menghadiahi mama alat dan ruangan karaoke yang kadangkala mereka gunakan untuk menghabiskan waktu setiap mama punya waktu senggang.

Tapi hari ini tenggorokannya terasa masih sakit ditambah suaranya serak. Takut-takut suaranya habis di hari keberangkatan nanti. Jadi dengan berat hati Mitchell harus menolak tawaran mama.

Ting Tong!
Ting Tong!

"Pasti Adel" Mitchell setengah berlari menuruni anak tangga secepat mungkin membuka pintu untuk Adel. Mendapati Adel di depan pintu dengan ransel di pundaknya. "Henloo fren. Kangen aku ya? Aku ga ngerti gimana nanti kamu sebulan ga ada aku disana. Kamu laper ga sih? Nih aku bawain cuanki. Yuk makan" rumah Mitchell sudah seperti rumah kedua Adel. Dia sudah hafal setiap sudutnya.

Bi Yati membantu menyiapkan cuanki yang sudah Adel bawa. Memutuskan untuk makan di taman belakang, Mitchell membawa speaker mini dan memainkan lofi playlist dari handphonenya.

"Mich, nanti SMA kamu mau ambil ipa atau ips?" Tanya Adel seakan menampar Mitchell untuk balik kepada realita. Jujur ia masih belum tau. Profesi apa yang ingin digelutinya nanti?

"Hmm.. belom pernah mikir kesana. Kamu?" Sadar bahwa ini pertama kalinya mereka membicarakan topik ini. Mimpi. Biasanya kedua remaja itu disibukan oleh aktifitas sekolah maupun dance. Waktu luang lainnya dihabiskan untuk sekedar menonton kdrama atau music video terbaru dari idol kesukaan Adel.

"Fashion design!" Suaranya terdengar penuh semangat dan matanya berbinar-binar menunggu reaksi Mitchell. Sejujurnya Mitchell iri dengan sisi Adel yang ini. Adel penuh dengan passion dan semangat. Mitchell perlu banyak belajar darinya. Merasa perlu menemukan sesuatu yang bisa membuat matanya berbinar-binar seperti mata Adel sekarang. Namun saat ini, ia benar-benar tidak tahu apa.

"Kerennn! Pasti kamu bakal jadi fashion designer terkenal del! Yakin banget aku!" Mitchell mengacungkan 2 jempol dan senyum lebar. Hampir setiap kostum event dance kelomponya bergantung pada Adel. Harusnya Mitchell bisa menebak pilihan sahabatnya itu untuk menekuni fashion design.

"Semoga aja yaa. Tapi kamu beneran ga punya mimpi Mich? Nilai pelajaran kamu kan tinggi, kamu bisa jadi apapun yang kamu mau. Ketua osis 2 periode juga. Masuk ke dalam team dance juga" Adel menyebutkan setiap pencapaianmya selama 3 tahun terakhir sambil memiringkan kepala.

Mitchell mendelikan bahunya. "Nilaiku di atas rata-rata karena aku les del. Aku males pulang kerumah kosong makanya kenapa aku les hampir setiap hari. Team dance kan aku masuk karena ikut kamu. Kalo ketua osis pasti kepilih gara-gara waktuku fleksibel." Bantah Mitchell. Sebenarnya bukan membantah, tapi itulah kenyataannya. Disaat itu ia benar-benar baru menyadari betapa ia tidak mempunyai 'hobi' yang ingin ditekuni.

"Mich, kalau kamu gak punya potensi dari awal seleksi masuk juga ga mungkin bisa masuk group dance. Jangan rendah diri gitu deh. Nanti suatu saat aku harap kamu juga bisa menemukan mimpi. Tapi inget yaa. Kamu tuh bisa jadi apa aja yang kamu mau. Iri!!!!" Mukanya yang cemberut membuat Mitchell tertawa. Tangannya meraih puncak kepala Adel dan mengusapnya dengan kencang hingga remaja dengan rambut hitam sebahu itu berdiri untuk membalasnya.

Hari itu dihabiskan dengan menonton kdrama yang belum sempat mereka tuntaskan karena ujian nasional kemarin.

Sebelum tidur, Mitchell mendengar gumam kecil Adelline. "Mich tiap hari harus chat aku yah. Jangan lupa makan. Jangan kecapean. Jangan sampai ketemu temen yang lebih asik dari aku. Nanti aku sama siapa kalo kamu punya temen baru."

Oh God, rasanya seperti homesick sebelum pergi.

Oh God, rasanya seperti homesick sebelum pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang