49

706 71 5
                                    

Mitchell terbangun dari tidurnya ketika ketukan di pintunya masih terdengar selama beberapa saat walau ia sudah mencoba menghiraukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mitchell terbangun dari tidurnya ketika ketukan di pintunya masih terdengar selama beberapa saat walau ia sudah mencoba menghiraukannya. Pasti bukan Kenta karena ia telah memberitahu Kenta kata sandi unitnya sejak dahulu kala. Walau ia  bangun dari tempat tidurnya sepelan mungkin, Mitchell menutup matanya sambil terduduk karena sakit kepalanya masih sangat hebat. Seluruh badannya terasa nyeri dan lemas ketika ia menyeret kakinya perlahan ke pintu masuk unitnya.

Mitchell tak menyangka ia mendapati Taeyong berdiri tegak di depan unit apartmentnya. Taeyong meletakan punggung tangannya ke kepala Mitchell dan langsung menyilakan dirinya sendiri untuk masuk ke dalam unit tempat tinggalnya. Mitchell yang tak punya tenaga lebih untuk menanyakan maksud dari kedatangan Taeyong ke apartmentnya masih berdiri di depan pintu.

"Migi-ya demam kamu tinggi banget. Dimana passport, dompet dan handphonemu? Oppa ambilkan. Sini sini duduk dulu disini tunggu oppa sebentar"

Taeyong menuntun Mitchell untuk duduk di sofa ruang tengahnya. Otaknya masih belum memproses kenapa dari semua orang yang ada di kantornya, malaht Taeyong yang akan mengantarnya ke rumah sakit? Walaupun ia cukup dekat dengan Taeyong oppa tapi siapa yang tak segan kalau harus diantar ke rumah sakit dalam keadaan seperti ini oleh seorang leader NCT?

"Paspor di laci.... Dompet... umm.. dimana yah"

Otaknya yang masih agak tersendat mencoba mengingat-ngingat dimana terakhir kali ia menaruh dompetnya. Apakah itu di tas gymnya? Apa di tas sekolahnya? Tak sabar menunggu jawaban Mitchell, Taeyong berjalan menuju kamarnya

"Migi-ya maaf kalau oppa tak sopan masuk ke kamarmu tiba-tiba. Tapi oppa harus mengambil barang-barangmu. Boleh ya?"

Menghentikan langkahnya tiba-tiba, Taeyong membalikan badannya untuk meminta izin sang pemilik kamar. Mitchell hanya menganggukan kepalanya pelan. Dalam hati terpesona dengan sopan santun Taeyong oppa. Tak berapa lama kemudian, Taeyong kembali dari kamarnya membawa tas selempang kecil milik Mitchell yang iya kalungkan di badannya.

Membantu Mitchell memakai jaket musim dingin berwarna hitamnya, mereka kemudian berjalan menuju van hitam yang telah menunggu mereka berdua di lobby apartmentnya.

"Oppa, kalau ada orang yang liat kamu gimana?"
"Migi-ya. Ayo khawatirkan hal itu nanti saja"

🍃🍃🍃🍃

Taeyong menutup tirai di sekeliling tempat tidurnya di IGD setelah selesai mengisi segala dokumen yang rumah sakit butuhkan. Ia kemudian duduk di kursi tepat sebelah infus Mitchell. Mitchell yang sendari tadi menutup matanya kelelahan kini membuka matanya ketika ia menyadari kehadiran Taeyong di sebelahnya. Seulas senyum kecil terbentuk jelas dari mulutnya.

"Kamu beneran gamau opnam?"
"Iyaa, malem ini aku pulang ajaa. Sebentar lagi juga udah sehat, oppa"

Mitchell menyunggingkan senyuman lebar untuk meyakinkan Taeyong. Dokter jaga di instalasi gawat darurat telah mengambil sample darahnya untuk diperiksa lebih lanjut. Maka dari itu Mitchell harus tetap disini sambil menunggu hasil. Namun dilihat dari gejala-gejala yang ia alami, dokter jaga memvonisnya flu musim dingin ditambah kelelahan. Taeyong telah menelfon kantor untuk megabarkan kondisi Mitchell.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang