85

805 61 2
                                    

Hari terasa begitu cepat berlalu ketika kita justru menginginkannya jalan dengan lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari terasa begitu cepat berlalu ketika kita justru menginginkannya jalan dengan lambat. Ketika HyeIn dan Hina unnie memutuskan untuk memutus kontrak minggu lalu, Mitchell berdoa tiap hari agar Tuhan dapat melambatkan hari-harinya. Namun malah kenyataannya berbanding terbalik. Satu kedipan mata, dan tiba saatnya dimana HyeIn dan Hina unnie meninggalkannya.

Kemarin malam, Mitchell kembali menginap di dormitori mereka. Ini sudah hampir menjadi ritual mereka. Suasana malam perpisahan kemarin jauh berbeda dengan malam perpisahan dengan KoEun unnie dan Lami. Kemarin mereka sibuk membicarakan masa depan sampai lupa kalau mereka tak akan bertemu tiap hari lagi. Mungkin karena HyeIn dan Hina unnie bukan berasal dari Korea dan setelah ini masi hanyak hal yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan masing-masing jadi semalaman mereka berempat membicarakan hal itu sampai akhirnya Mitchell tak sadar sudah tertidur.

HyeIn unnie sudah dijadwalkan untuk audisi di management lain yang dengan senang hati akan memberikan satu kamar dorm mereka untuk ditempatinya. After all, HyeIn unnie adalah salah satu mantan trainee SM yang berpengalaman. Masuk ke agensi lain hampir semudah membalikan telapak tangan untuknya. Sedangkan Hina unnie sudah mengontek kedutaan besar dari minggu lalu dan prosesnya sudah hampir selesai. Untuk menunggu, Hina unnie akan difasilitasi sebuah kamar hotel untuk karantina sebelum pulang.

Walaupun semalaman tak ada satupun dari ke empat remaja itu yang menitikan air mata, beda ceritanya di pagi hari ketika HyeIn dan Hina unnie benar-benar akan mengangkat kaki dari dormitori. Lautan tangis lagi-lagi terjadi dan kali ini YiZhou unnie yang menangis paling kencang. Nampaknya ia telah menahan kesedihannya selama beberapa hari kebelakang dan tadi pagi adalah waktu yang ia tunggu-tunggu untuk melampiaskan kesedihannya.

Mitchell yang telah membawa laptop ke dormitori untuk jaga-jaga kalau ia harus sekolah online dari dormitori, akhirnya memutuskan membatalkan rencananya untuk pulang ke apartmentnya sebelum sekolah dimulai. Tangisan YiZhou unnie belum juga berhenti dan Mitchell benar-benar bersyukur sekolah online yang diadakan sekolahnya tak mewajibkan siswanya untuk on cam.

"Migi-ya, only you and me left" Ujar YiZhou unnie pelan di tengah senggukannya. Kepalanya ia sandarkan di bahu Mitchell yang menaruh laptop di pangkuannya. Mitchell menghela nafas panjang, benar, hanya tinggal dirinya dan YiZhou unnie.
"Unnie, apa perusahaan sudah memberitahumu tentang roomate baru? Atau kamu harus pindah dorm?" Tanya Mitchell. Dorm yang tadinya tak pernah lengang, kini kosong ditinggal hampir semua penghuninya. Pasti YiZhou unnie merasa kesepian berada disini sendirian, apalagi ia sudah terbiasa tinggal dengan beberapa orang.

"Belum, katanya covid jadi belum nambah trainee baru. Jadi paling nunggu ada trainee perempuan yang gak perpanjang kontrak baru aku bisa pindah" jelas YiZhou unnie. Memang virus covid ini menghambat semua pergerakan di hidup manusia. Mitchell menarik YiZhou unnie ke dalam rangkulan sambil berfikir keras jalan keluar untuknya. Kalau YiZhou unnie terus berada dalam sini sendirian, pasti akan terasa lebih berat karena ia sudah menghabiskan bertahun-tahun dengan mantan para membernya di dormitori ini. Tiba-tiba sebersit ide muncul di kepalanya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang