Mitchell bangun lebih awal daripada biasanya, memutuskan hari ini ia akan memanggil taxi untuk berangkat ke sekolah. Setelah menangis sepuasnya kemarin, Mitchell yang kelelahan malah tak bisa tidur. Membolak-balikan badannya namun tak kunjung membuahkan hasil, semalaman penuh ia memfokuskan fikirannya pada hal lain. Tak lain dan tak bukan, tugas-tugas dan pr nya untuk berminggu-minggu kedepan telah rampung dalam satu malam.
Mitchell tak begitu ingin bertemu Kenta pagi ini, sebagian masih malu akan sikapnya malam tadi dan sebagian lagi karena ia belum ingin bercerita pada siapapun. Mitchell bahkan kini merasa malu akan keputusanny untuk membeli sandwich sebanyak itu. Kalau saja waktu bisa diputar..
Saat Mitchell hendak akan berangkat, kakinya menendang box berukuran sedang yang ditaruh tepat di depan pintu unitnya. Membawanya masuk, Mitchell mengecek kartu ucapan di luar box tersebut. "Happy birthday to my shining little sis". Ternyata hadiah dari kakaknya di Indonesia. Memutuskan untuk membukanya nanti, Mitchell berlari kecil ke bawah untuk segera berangkat menuju sekolah.
Sekolahnya masih sepi ketika Mitchell akhirnya sampai. Pagi itu terasa dingin untuk ukuran musim gugur. Sambil menikmati daun yang berguguran, Mitchell berjalan pelan-pelan menuju kelasnya. Angin berhembus sejuk, matahari yang bersinar terang. Langit nampak sangat indah, sangat disayangkan perasaan Mitchell tak sebanding lurus dengan kecerahan hari ini.
"Mitch, you okay?"
Mitchell yang tengah hilang di lautan fikirannya terlonjak kaget dengan kehadiran Somi di sebelahnya yang tiba-tiba. Wajahnya nampak kebingungan mengamati setiap senti wajahnya.
"Kok nanya gitu? Im okay"
"You... look terrible"
"I always look terrible"
"No, you dont? should i be worried?"
"Nawww, akhir-akhir ini program trainingku padat banget" Alasannya.
"Masa sih? Ko-"
"Aku ke toilet dulu, kamu duluan ke kelas aja"Mitchell yang tahu betul sifat Somi yang pandai membaca raut wajahnya melarikan diri ke toilet. Berharap ketika ia kembali ke kelas nanti, Somi telah melupakan topik tadi. Beruntungnya, toilet pagi itu nampak lengang. Mitchell melihat bayangan dirinya dari cermin. Lingkaran hitam di bawah matanya nampak sangat jelas. Bibirnya masih agak bengkak akibat gigitannya semalam. Rambut panjangnya terlihat kusut tak seperti biasanya.
Mitchell menghela nafas panjang, benar apa kata Somi ia benar-benar terlihat kusut hari ini. Mengambil karet rambut di tas nya, Mitchell mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda tinggi. Menyesal akan keraguannya untuk memakai concealer ke sekolah hari itu. Namun sejujurnya tenaganya telah terkuras habis, tak sanggup jika harus merias wajahnya untuk pergi ke sekolah.
Brak!
"Well, well, well girls look who's here"
Kalau saja Mitchell berfikir harinya telah menjadi hari suram sedunia, perkiraannya salah ketika ia melihat Emma dan kawan-kawan berdiri di ambang pintu toilet sambil melihat sinis ke arahnya. Melenggang masuk ke dalam toilet, Mitchell menghitung ada berapa banyak anak buah Emma. 6 orang. Kenapa 5 orang lainnya rela memilih Emma sebagai teman mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...