65

752 70 4
                                    

Beberapa hari berlalu semenjak kunjungannya ke dorm NCT127 hari-hari Mitchell berjalan dengan mulus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari berlalu semenjak kunjungannya ke dorm NCT127 hari-hari Mitchell berjalan dengan mulus. Bahkan Yebin unnie memberikan info bahwa lagu debutnya akhirnya disetujui direksi dan siap untuk digarap. Kemungkinannya minggu ini mereka akan mulai mempelajari koreo untuk lagu debut mereka. Persiapan debut Somi pun semakin dekat. Mitchell telah mendengarkan hasil rekamannya dan benar dugaan Somi, ia langsung jatuh cinta begitu mendengarnya.

Melodi dan jenis lagunya benar-benar tipe lagu kesukaannya. Membuat Mitchell membayangkan koreonya pun pasti akan sangat bagus. Tapi ia memilih untuk tak melihat rekaman video koreo Somi dengan alasan ingin menunggu penampilannya secara langsung. Sayang jadwal Somi yang mulai padat membuatnya belum bisa bertemu dengan para member. Padahal Mitchell dapat menjamin kalau ia akan saling menyukai satu sama lain.

Somi selalu dijemput van hitam tepat saat bel pulang sekolah berbunyi. Bahkan YG meminta pihak sekolah membebaskannya dari kegiatan ekstrakurikuler yang langsung disetujui oleh pihak sekolah. Jadilah saat ini Mitchell bersiap menuju ruangan kelas untuk mengikuti ekstrakurikuler puisinya sendirian. Kesukaannya terhadap puisi semakin meningkat kini ketika tak ada lagi Somi yang menjahilinya sepanjang kegiatan. Hal ini merupakan hal yang baru untuk Mitchell karena sebelumnya tak pernah terfikirkan olehnya kalau ia bisa menikmati puisi.

Tema hari ini adalah childhood. Karena tak punya kenangan yang membekas dalam ingatan, Mitchell memilih untuk menulis tentang inner child yang dalam waktu setengah jam telah rampung ia tulis. Telah mendapatkan izin untuk pulang lebih awal,
Mitchell menyempatkan diri ke toilet untuk menyegarkan kembali muka kelelahannya. Membawa ponselnya di saku, ia berjalan menuju toilet di lantai 2.

Suasana sekolah di sore hari benar-benar damai. Gedung yang biasanya ramai dipenuhi oleh siswa siswi yang berisik kini sangat lengang. Tak lagi terdengar suara teriakan dan kebisingan seperti di siang hari. Mitchell melongokan kepala ke kelas-kelas lain sambil berjalan melewatinya. Beberapa kelas masih diisi oleh beberapa orang siswa yang tengah berkutat serius dengan buku pelajaran di sekitarnya. Mungkin anak kelas 3 yang tengah sibuk mempersiapkan ujian masuk perkuliahan. Dengar-dengar ujian masuk kuliah di Korea amat sangat sulit. Mitchell merasa beruntung karena tak perlu melewati masa itu.

Belum sempat masuk ke toilet yang berada di pojok lantai 2, tiba-tiba matanya menangkap satu sosok yang kalau bisa tak ingin ia temui lagi seumur hidupnya, Emma. Teringat ia membawa ponsel, cepat-cepat Mitchell membuka kamera handphonenya dari belakang badannya. Menekan tombol video dan memasukannya kembali ke dalam saku seragam sebelum Emma menyadari gerakannya.

Emma bersama 2 temannya cheerleadernya tersenyum ke arah Mitchell. Senyuman khas Emma yang rasanya ingin dia hapus dari ingatan secepat mungkin. Kalau saja ia bisa menekan tombol fast forward di hidupnya, Mitchell telah menekan tombol itu sendari tadi. Setelah sukses menghindari Emma dan Kenta selama beberapa bulan, akhirnya hari ini tiba juga.

"Mitchell Jo, what a coincidence! How are you without Kenta? Miserable enough?"
"Annyeonghaseyo unnie. Im fine thankyou for asking." Jawabnya singkat sambil terus melangkahkan kakinya ke dalam toilet. Tiba-tiba langkahnya tertahan karena Emma menarik tangannya dan mendorongnya menabrak tembok dalam satu kali gerakan. Harus Mitchell akui, untuk ukuran seorang perempuan Emma mempunyai tenaga yang cukup besar. Mungkin karena terbiasa akan beratnya gymnastic, atau mungkin juga karena terbiasa membully orang. Mitchell pun tak tau.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang