54

617 57 0
                                    

"I feel like im dying"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I feel like im dying"

Somi menyenderkan kepalanya pada bahu Mitchell. Beberapa hari telah berlalu sejak festival olahraga. Tak disangka rentetan tugas, test, UAS, dan training telah berbaris menunggu tepat di belakangnya. Mitchell menyumpitkan katsu di nampannya dan menyuapkannya pada Somi di sebelahnya. Tinggal beberapa hari lagi sampai akhirnya UAS akan dimulai. Tepat 1 minggu kemudian yearly evaluation akan diadakan. Rasanya terlalu banyak hal penting yang terjadi dalam satu waktu membuat Mitchell, Somi dan Kenta kewalahan.

"Somi-ya, kapan yearly evaluation di kantormu akan diadakan?"
"27 desember deh kayanya. Kalian?"
"28" jawab Kenta singkat sambil menarik nafas panjang. Bohong jika ia mengatakan tubuh dan fikirannya siap.
"Sudah pilih lagu?"

Kenta dan Mitchell menggeleng lemas. Beberapa hari ini mereka terlalu sibuk mengerjakan pr dan belajar mempersiapkan UAS untuk dapat memilih lagu yearly evaluation. Akhir pekan kemarin mereka berdua sempat memilah-milah lagu yang sekiranya bisa masuk ke dalam daftar pilihan namun sampai hari ini belum ada satupun dari mereka yang benar-benar memutuskan.

"Kamu mau bawain apa, Somi-ya?"
"Umm.. Biasanya sih aku spontan pilih satu random lagu beberapa hari sebelum evaluation. Jadi belum ada juga."
"SPONTAN?"
"Iya, setelah beberapa puluhan kali evaluasi aku sadar kalau cara paling ampuh untukku adalah menampilkan sesuatu dengan spontan. Hampir tiap kali aku mempersiapkan jauh sebelumnya, aku malah jadi semakin khawatir akan penampilanku. My trainer said that i think too much"
"Wow, thats cool though" Kenta berkomentar.
"Tiap trainee pura cara masing-masing untuk bertahan. Caraku mungkin bukan caramu."

Mereka bertiga manut-manut setuju dengan perkataan Somi. Cara Mitchell bertahan jauh berbeda 180 derajat dibanding Somi. Dirinya harus berlatih sesering mungkin untuk membuat gerakannya menjadi semakin halus tiap kali berlatih. Jadi pada saat hari H, tubuhnya bisa menari sehalus dan sebaik yang ia mau. Kenta, di sisi lain, hanya perlu menata hari dan fikirannya tepat sebelum penampilannya. Seberapa banyak berlatih tak mempengaruhi penampilannya, namun overthinkingnya yang mempengaruhi.

"Mitch, kenapa kamu gak mau coba langsung bawain 1 lagu dance sambil nyanyi?"
"HAH? AKU? Takut banget itu resikonya terlalu besar Somi-ya"
"Iya, tapi kalau kamu berhasil, itu sama aja kaya kamu dapat golden ticket untuk debut."
"Kalau gagal?"
"Jangan sampe gagal! Hehehe"
"Suaraku benar-benar gak stabil sih. Tanya Kenta kalau gak percaya" Somi dan Mitchell memandang Kenta di depan mereka yang tengah asyik mengunyah makan siangnya.
"She's not that bad." Jawabnya sambil mendelikan bahu.

"Lari, Mitch. Lari sambil nyanyi. Pilih satu lagu trus lari di lapangan sambil nyanyi. Itu cara latihannya"
"Should i try? Is it worth it though?"
"YA! Tentu worth it! Aku bener-bener gak ngerti sama jalan pikiranmu. Jadi trainee tapi gak pernah kepingin debut"
"SSSSTTTT SOMI-YA"

Mitchell menutup mulut somi dengan cepat. Terkadang Somi lupa kalau Mitchell harus menutupi statusnya sebagai trainee. Ucapan Somi sukses membuatnya semakin galau. Ini seperti melemparkan koin, kalau ia berhasil maka ia mungkin akan masuk ke dalam jajaran list trainee siap debut. Tapi kalau gagal mungkin ia akan menjadi lelucon di mata para staff dan trainee! Haruskah ia mencobanya?

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang