71

743 76 8
                                    

Setengah jam sudah Mitchell menceritakan segala gundah gulananya pada Taeyong oppa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah jam sudah Mitchell menceritakan segala gundah gulananya pada Taeyong oppa. Dari tangga darurat, mereka berdua pindah ke salah satu studio vokal terdekat. Taeyong oppa mendengarkan semuanya ceritanya dengan penuh perhatian. Sesekali menganggukan kepala, sesekali meremas pundaknya dan sesekali menanyakan detail ceritanya. Setelah selesai bercerita, rasanya segala beban yang ada di hatinya hilang. Rahasia KoEun unnie yang seharusnya tak ia dengar akhirnya bisa ia bagikan dengan seseorang selain membernya.

"Migi-ya... sudah berapa lama kamu training di SM?"
"Umm 11 bulan? Iya sebelas bulan oppa"
"KoEun sudah menjadi trainee sebelum aku masuk ke perusahaan ini. Ia bahkan sempat training bersama member EXO. Sudah 7 tahun ia habiskan untuk bekerja disini.." Walaupun Mitchell tau kalau KoEun unnie adalah salah satu trainee senior yang sangat dihormati oleh trainee lain, ia tak menyangka kalau KoEun unnie telah di training selama itu.

"...Oppa sangat mengerti perasaanmu. Kemarahanmu hanyalah buah dari kesedihan yang sangat besar. Tapi migi-ya, cobalah dengar penjelasan darinya. Ia tak mungkin meninggalkan kalian begitu saja tanpa pertimbangan yang matang" Taeyong oppa berkata dengan sangat lambat dan hati-hati. Ia memilih tiap kata yang ia ucapkan agar dapat diterima oleh Mitchell. Sorot matanya begitu teduh dan lembut. Inilah hal yang paling Mitchell suka dari leader Nct itu. Walaupun mereka berdua tau Taeyong oppa akan selalu dipihaknya, namun ia cara pikirnya yang objektif dapat menyadarkan Mitchell kalau tindakannya salah.

"Iya oppa. Sekarang setelah mendengar dari sudut pandangmu aku jadi menyadari tindakanku tadi kelewat batas. Seharusnya aku secepat mungkin pergi dari sana sebelum sempat menguping." Taeyong oppa tersenyum lebar mendengar perkataannya.
"Posisi kalian saat ini sangat sulit. Akupun tau rasanya karena pernah ada di posisimu. Itulah sebabnya aku selalu memintamu menceritakan segala permasalahanmu pada orang lain. Karena dengan begitu mereka bisa membantumu berfikir jernih ketika fikiranmu sedang tak baik-baik saja." Mitchell mencatat semua pesan Taeyong oppa dalam otaknya. Kalau dulu Mitchell lebih memilih untuk memikirkan jalan keluar sendiri atas masalahnya, kini Mitchell harus merubah cara pikirnya dan mulai membuka diri untuk bercerita pada orang lain. Karena kini masalah hidupnya tak seringan masalah hidup ketika di Indonesia yang hanya berkutat pada sekolah.

"Benar apa katamu, oppa. Aku harus lebih membiasakan diri untuk menceritakan masalahku pada orang lain. Terkadang aku merasa seperti beban. Masalahmu pasti jauh lebih berat daripada masalahku dan kamu masih harus mendengarkan keluh kesahku"
"Gak boleh mikir gitu. Industri ini sangat berat migi-ya. Saling sharing antar member akan meringankan bebanmu. Dann.. itu akan membantu kalian membangun kepercayaan satu sama lain."
"Oppa."
"Hm?"
"Kalau kamu ada di posisi KoEun unnie.. apa yang akan kamu lakukan?" Tanyanya penasaran. Sejenak Taeyong oppa melamun sambil mengigit pinggiran jarinya, kebiasaan buruk yang Doyoung oppa seringkali rutuki.

"Kamu mau aku jujur?" Tanya Taeyong oppa dengan ragu.
"Jujur sejujur-jujurnya."
"Kalau debut kali ini tak berjalan mulus, akupun tak akan memperpanjang kontrakku lagi. Taun depan kontrak KoEun habis dan perlu diperpanjang. Itu tandanya ini kali ke empat ia harus memperpanjang kontrak. 9 tahun sudah cukup untukku mecoba. Kalau sampai masih belum berhasil maka aku akan menerima kenyataan bahwa ini bukan jalanku. Setidaknya perusahaan ini bukan jalanku."
"KoEun unnie sudah menjalani training selama 9 tahun? Ia menjadi trainee sejak umur 11?"
"Iya, Lami bahkan menjadi trainee sejak berumur 10 tahun. Kamu merasakan sendiri bagaimana kehidupan sosial kita dirampas semenjak menjadi trainee, migi-ya. Kita semua hampir tak mempunyai teman sekolah. Tak pernah merasakan asyiknya pergi karaoke atau berlibur bersama teman-teman. Wajar saja kalau mereka tak ingin memperpanjang hidup seperti ini."

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang