45

761 67 1
                                    


Late post so sorryyyyyyy
Anyway, Power of Love The Movie is SOOO BOMBBB! Super worth it!

Late post so sorryyyyyyyAnyway, Power of Love The Movie is SOOO BOMBBB! Super worth it!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Happy birthdaaaaay miciiiiii"

Mitchell tengah berjalan di halaman sekolah menuju kelas ketika adel mama menelfonnya. Pagi ini gerimis, Kenta di sebelahnya membantu memegang payung untuk mereka berdua. Menyembunyikan senyum di balik mulutnya yang berkedut. Hari ini Mitchell genap berumur 15tahun, tentu saja ia ingat. Namun ia punya rencananya sendiri.

"Thankyouuu ma.... Iyaaa... tell koko i said hi yaaa.. paaa! Thankyouuu!! Aminn! Hmm.. gak ada sih gak ada acara. Ini mici lagi dijalan mau ke kelas.. ooo... iyaaa.. no its fineee, gak usah ahhh.."

Mitchell tengah sibuk menjawab pertanyaan dan paksaan papa untuk merayakan ulangtahunnya dengan teman-teman barunya. Kini rasanya terlalu kekanakkan untuk merayakan ulang tahun. Lagipula disini tak ada yang tahu tanggal ulangtahunnya kecuali Kenta dan Somi, mungkin Yebin unnie, karena file data Mitchell ada pada database komputernya. Namun papa tetap bersikeras mentransfer sejumlah uang untuknya membeli kado dan menraktir makan beberapa temannya. Mitchell yang tahu ia tak akan pernah memenangi adu mulut dengan papa, akhirnya menyerah. Ia bisa menabung uang itu untuk karyawisata sekolah nanti.

Setelah sampai loker, akhirnya Mitchell menutup telfonnya. Sadar Kenta yang telah meninggalkannya sejak... entah kapan, Mitchell cepat-cepat mengambil buku pelajarannya ke dalam tas dan pergi ke loker Kenta. Jarak antara loker Mitchell dan Kenta lumayan jauh. Loker Kenta tersembunyi di balik tembok penghubung lorong sekolah dengan taman belakang, sedangkan loker Mitchell berada tepat di sebelah tangga naik ke kelasnya.

Kenta tengah mengobrol dengan Emma ketika Mitchell akhirnya sampai di lokernya. Tak ingin mengganggu, Mitchell membalikkan badannya memutuskan untuk langsung menuju kelas.

"Mitchell?"

Langkahnya terhenti ketika Emma menyadari keberadaannya. Menepuk jidat dalam hati, Mitchell berbalik dan memberi salam singkat. Berharap ia tak perlu lagi basa basi dengan Emma karena obrolan mereka tempo hari sudah cukup untuknya menyimpulkan bahwa ia tak ingin berurusan dengan Emma.

"Sini, kamu mau ngobrol sama Kenta kan? Kok gak jadi?"
"Umm, gak apa nanti ajaa"
"Udah sekarang aja, anggep aja aku gak ada"

Sejujurnya tak ada hal spesifik yang ingin ia sampaikan pada Kenta. Ia dan Kenta hanya terbiasa mengecek keberadaan satu sama lain. Hampir seperti muscle memory. Ditambah keberadaan Emma yang jelas-jelas membuatnya merasa tak nyaman, Mitchell hanya ingin kabur ke kelasnya tanpa melihat ke belakang. Namun tentu ia tak ingin Emma salah tangkap tentangnya lebih jauh lagi.

"Eh umm.. Ken.. thankyou for the umbrella? I guess?" Kebingungan mencari alasan untuk menemui Kenta, tak sengaja matanya melihat payung yang terabaikan di sebelah loker Kenta. Mendengar perkataan Mitchell, Kenta sontak tertawa. Mereka berdua tahu betul bahwa payung itu adalah payung Mitchell.
"You're welcome, Mitch. Go to class now" Kenta berdeham keras berusaha menghilangkan rasa ingin tertawanya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang