Sesampainya di dorm, Bev memaksa panitia untuk mengubah daftar roomate agar Mitchell bisa menjadi teman sekamarnya yang tentu sangat ia syukuri. Mike dan Kenta pun sekamar karena ternyata mereka berdua adalah sepupu. Bev benar-benar memperlakukan Mitchell seakan ia adik kandungnya.
Sesudah unpack barang bawaan dari Indonesia para peserta sumer school mendapat pesan untuk berkumpul di ruang serba guna yang terletak di lantai 1. Jam menunjukan pukul 5 sore, Mitchell dan Bev memutuskan untuk langsung menggunakan pakaian rapih agar bisa langsung berangkat makan malam usai briefing nanti.
Di ruang serba guna mereka duduk di bangku kosong sebelah Mike dan Kenta. Ternyata pada briefing singkat mereka dibagikan jadwal kelas mandarin untuk sebulan kedepan. Usai briefing, Mike dan Kenta ikut bergabung dan kami berjalan menuju kantin.
"Besok hari apa sih? Sabtu ya? Belom ada kelas nih. Jalan-jalan ke pusat kota mau ga michh?" Tanya Bev padaku. Panitia sengaja memberangkatkan peserta pada hari Jumat. Jadi para peserta bisa bersosialisasi dan bonding satu sama lain sebelum kelas dimulai. Sebelum Mitchell bisa menjawab, Mike merangkulnya dari belakang dan berkata "Ikut ikut! Sebelum makan siang yaa jadi bisa makan siang di kota"
🍃🍃🍃🍃
"Truth or dare?" Mike menunjukkan telunjuknya ke arah Mitchell. "Truth" "boringggg..... ok... hmm punya berapa mantan?" Aha! Pertanyaan klasik yang sering ia dapatkan tiap kali bermain truth or dare. "Gak punya mantan, gak pernah pacaran dan gak pernah tertarik. Truth or dare?" Jawabnya enteng sambil menunjuk ke arah Kenta. "Truth" "Sebutin mimpi dan ambisi" "Lah apaan nih pertanyaannya kayak seleksi ketua osis" protes Kenta yang ia jawab dengan delikan bahu. Mitchell perlu referensi mimpi.
"Komposer" singkat padat tapi sukses membuat 3 remaja lainnya terkejut. "Gua fikir selama ini lo les segitu banyak alat musik karena di paksa orang tua lo, ken" Mike menepuk pundak Kenta dengan wajah terkejut. "The more you know. Truth or..." "yok siap-siap turun, kita berenti di stasiun ini" belum sempat Kenta mengajukan pertanyaan lain, Bev menyela dan bangkit berdiri menuju pintu MRT.
"Mau makan apa nih?" Tanya Bev sambil keluar dari pintu gerbong. "Xiaolong bao?"
"Mana kenyang? Apapun dengan nasi deh" protes Mike sambil kami berjalan menyusuri jalanan yang padat dipenuhi pejalan kaki. Sambil berjalan mencari restoran, Mitchell mencium wangi yang sangat menggugah selera. Kakinya berjalan mengikuti sumber wangi itu berasal tanpa sadar sambil berkata "Korean bbq it is". Ketiga teman barunya tertawa melihat kelakuan Mitchell seraya mengikutinya masuk ke dalam restoran.
Usai menyapu habis makan siang, kami semua duduk kekenyangan. "Jalan dulu yu sebelum pulang. Kenyang banget" Bev bangkit berdiri ke arah kasir. "Ke NanJingLu yuk! Mau cek nike store nih" ujar Mike bersemangat.
Siang itu matahari terasa sangat terik. Kulit Mitchell yang sangat sensitif terhadap sinar matahari terpaksa membuatnya mengeluarkan cardigan dari dalam tas untuk menutupi lengan sebelum matahari sukses membakarnya. Seperti perkiraan Bev, NanJingLu benar dipenuhi pejalan kaki setiap weekend. Tapi mereka tetap menikmati sambil sesekali bercanda satu sama lain. Mitchell merasa seperti memilikki teman sekaligus kakak baru. Bev yang sangat santai dan menjaganya seperti layaknya adik, Mike yang cerewet dan selalu berhasil menjahilinya dengan segala keusilan, dan Kenta yang agak pendiam namun entah kenapa keberadaannya membuat Mitchell merasa nyaman dan aman. Dalam hati Mitchell bersyukur bertemu mereka pada hari pertama karena itu menandakan bahwa ia tak perlu sendirian lagi.
Mitchell hilang dalam lamunan sampai akhirnya kepalanya terbentur punggung Kenta. "Ken kok berenti tiba-tiba sih" Dengusnya yang terdengar lebih seperti rengekkan. "Truth or dare" Kenta membalikan badan sambil meraih kepalaku dan mengusapnya perlahan sebagai ucapan maaf. "Dare????" ujar Bev penasaran.
"Ayo ikut audisi itu" Kenta menunjuk stall pink yang bertuliskan
SM GLOBAL AUDITIONKami semua sontak tertawa menganggap tantangan Kenta sebagai lelucon. "Ken, gue tau kita baru kenal. But for your information. Im the most untalented person you will ever met" Bev menaruh tangan di dadanya sambil tersenyum bangga. Kami bertiga lantas tertawa mendengar deskripsi Bev terhadap dirinya.
"Justru itu, we have nothing to lose Bev. Coba aja iseng. Gak akan masuk juga lagian tapi jadi tau rasanya audisi salah satu dari big three perusahaan entertainment di Korea" Kenta mencoba meyakinkan. betul juga. Akupun penasaran gimana proses audisi idol.
Mitchell tentu familiar dengan kpop industri yang sedang marak-maraknya jadi perbincangan. Seringkali ia menonton penampilan Red Velvet di acara musik untuk mempelajari attitude mereka saat dance. Mitchell sangat suka bagaimana mereka bisa merubah ekspresi muka sesuai dengan vibes lagu. Juga memperhatikan bagaimana member NCT dan EXO membuat gerakan rumit jadi terlihat mudah dan luwes. Inilah yang juga menjadi resep rahasianya memenangkan beberapa lomba dance di bangku smp.
"True, yaudah. Nothing to lose" Suara lantang Bev membuyarkan lamunannya. Bev berjalan cepat sambil merangkul Mike dan Kenta meninggalkan Mitchell termenung di belakang.
"Nothing to lose" bisik Mitchell pelan sambil berlari kecil mengejar teman-temanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...