1

4.4K 120 1
                                    

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"... dan yang terakhir saya ingin mengucapkan terimakasih untuk teman-teman seangkatan. Jalan yang kita pilih mungkin berbeda tapi saya harap ini wisuda ini bukanlah sebuah perpisahan. Bisa menjadi ketua OSIS selama 2 periode di sekolah ini merupakan sebuah kebanggaan dan bekal pengalaman yang sangat berharga."

Mata Mitchell menyapu auditorium tempat dimana wisuda kelulusan SMPnya diadakan. Sambil memberikan eye smile andalan, Ia melanjutkan kata terakhir untuk pidatonya.

"Kita tidak pernah tau apa yang akan datang di masa depan. Takut dan cemas mungkin akan datang seiring berjalannya waktu. Tapi percayalah tidak ada kerja keras yang mengkhianati hasilnya. Terimakasih!"

Derai tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi seluruh ruangan auditorium seraya Mitchell duduk kembali di tempatnya. Adel, temannya sendari kecil menggenggam tangannya dan tertawa kecil. Mereka sudah bersahabat sejak di bangku sekolah dasar. Seluruh penjuru sekolah mengenal duo itu. Mitchell yang bersemangat dan Adelline yang lembut.

Sambil meregangkan otot lehernya yang kaku kantuk mulai datang. Arloji di lengannya sudah menunjukan pukul 11:00. Salah banget tadi subuh malah dateng ke sekolah buat cek dekorasi sama rundown acara. Kenapa sih michhh susah banget percaya sama orang??!! Gak semua hal harus kontrol!

Mitchell merutuki dirinya sendiri. Semalam ia di telfon adik angkatannya. Mereka memintanya mengecek lagi semua rundown yang sudah mereka susun, merasa kurang percaya diri kalau ketuanya selama 2 tahun terakhir itu belum cek ulang. Karena hal itu pula lah Mitchell memutuskan untuk datang ke sekolah pada jam 22:00. Maksud hati untuk membantu final check yang berakhir banyak detail kecil yang terlupakan seperti konsumsi pengisi acara yang lupa dipesan. Alhasil jam 1:00 dini hari ia baru bisa pulang ke rumah.

Semua terbayar ketika acara wisuda berjalan dengan mulus tanpa cela. Walau lelah, adrenalin dalam tubuhnya mulai bekerja ketika terbayang prom night nanti malam. AAAAAAA gak sabar!!

Tak lupa sesi foto bersama teman-teman dan guru. Perasaannya sungguh campur aduk. Satu sisi ia senang telah lulus dari bangku SMP dengan nilai yang memuaskan. Tapi satu sisi ia sedih harus meninggalkan sekolah tempatnya menghabiskan waktu 3 tahun terakhir. Stop being dramatic michh. Kamu kan lanjut sekolah disini buat SMA nanti. Bakal ketemu lagi sama 80% populasi orang-orang disiniiiii.

Oke ini benar terlalu dramatis. Mungkin efek dari kurang tidur. Setelah berpamitan Mitchell berkeliling ruangan mencari Adel untuk mengajaknya pulang.

"Del pulang yukkk. Ngantuuuk" rengek Mitchell sambil memeluk Adel.
"Loh aku baru aja mau cari kamu. Yuk pulang pak beben udah nunggu di lobby" Adel menepuk-nepuk kepalanya pelan. Pak beben adalah supir keluarga Adel. Jarak antara rumah mereka hanya sebatas 5 menit berjalan kaki. Itulah pula alasan kenapa mereka menjadi teman sejak kecil. Tetangga yang seumur.

"Mich, aku udah booking Make Up Artist yah jam 3. Pokoknya jangan telat!"
Orang bilang Mitchell adalah anak mandiri yang bisa mengurus segalanya sendiri dengan baik. Padahal kenyataannya hampir semua keperluan pribadi Mitchell diurus oleh Adel. Adel adalah pahlawan tanpa tanda jasa di hidup Mitchell sejak hari pertama mereka bertemu.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang