Kalau kalian sangka situasinya akan segera membaik, lagi-lagi kalian salah besar. Karena di awal Maret, pemerintah Korea Selatan menerapkan sistem lockdown. Sekolah-sekolah kini ditutup, digantikan dengan pelajaran online. Perusahaan pun ditutup sementara, memberlakukan sistem WFH (Work From Home). Tapi apa jadinya training center yang dirumahkan? Hampir mustahil bukan? Walaupun begitu, perusahaannya tetap mengikuti aturan pemerintah untuk lockdown selama 2 minggu. Lagupula ini untuk kebaikan mereka bersama juga.
Kebaikan bersama, kecuali Mitchell. Kalau keadaan sebelumnya belum cukup mengkhawatirkan, maka kini keadaannya telah naik level ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Walaupun sebelumnya Mitchell menghindari sosialisasi dalam bentuk apapun, tak dapat dipungkiri itu sangat membantunya mengalihkan fikirannya sejenak. Karena kini tanpa interaksi dengan siapapun, Mitchell semakin merasa putus asa tanpa disadari.
Tiap malam ia tidur dengan atasan seragam sekolahnya, agar dirinya tak perlu bangkit dari tempat tidur untuk ikut online school. Ia tak mencatat, atau belajar seperti yang selalu ia lakukan seperti biasanya. Mitchell hanya menatap kosong layar laptopnya sampai sekolah akhirnya berakhir.
Sistem lockdown ini pun membuat imo tak bisa datang ke rumahnya. Jadi pilihan Mitchell untuk makan hanya masak atau deliveri. Tapi sejujurnya, Mitchell terlalu lelah untuk makan. Ia tak lapar walau tak makan seharian. Mitchell bergerak sedikit mungkin di dalam apartmentnya karena ia merasa tak punya energi untuk membereskannya. Jadi sebisa mungkin ia minimalisir pergerakannya. Lagipula rute gerakannya di rumah memang sangat minim akhir-akhir ini.
Sudah 2 hari selama quarantine ini Mitchell tak mengangkat telfon dari siapapun. Terkadang membalas chat mama dengan foto tv yang sengaja ia nyalakan untuk difoto saja. Atau foto gitar dari Kenta yang sebenarnya sudah hampir berdebu. Hal ini perlu ia lakukan agar mama tak perlu khawarir terhadap dirinya. Mitchell. Baik. Baik. Saja.
Mitchell terlalu lelah untuk mau berinteraksi dengan teman-temannya. Ia tak pernah melirik groupchat sekalipun, apalagi membalas. Telfon dari teman-temannya selalu ia abaikan. Rentetan pesan dari Taeyong dan Ten hyung juga ikut ia abaikan. Lagipula dalam 2 minggu ini mereka tak bisa bertemu. Biarlah nanti beberapa hari sebelum bisa bertemu, Mitchell akan mencari alasan untuk keabsenannya selama 2 minggu ini. Pemerintah kan menghimbau untuk rakyatnya melakukan social distancing, Mitchell hanya terlalu patuh untuk mengikutinya.
Hari ini adalah hari ke3 quarantine di apartment. Setelah sekolah online usai, Mitchell merasa perutnya sakit. Mungkin keputusannya kemarin untuk melewatkan makan siang dan malam bukan keputusan yang bijak. Mitchell berjalan gontai ke arah dapur. Rambutnya ia cepol berantakan, badannya hampir tenggelam di balik hoodie besarnya, dan kakinya dibalut kaus kaki bulu untuk musim dingin. Sampai di dapur, Mitchell sudah merasa kelelahan tapi ia tak mau sakit dan berakhir menyusahkan orang lagi. Akhirnya menyeduh susu cokelat panas dan memesan deliveri 2 kotak roti tawar yang akan menjadi makanannya selama beberapa hari kedepan. Praktis, tak mengotorkan dapur, dan kenyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...