Beberapa bulan berlalu dengan cepat. Daun yang berguguran kini digantikan oleh udara dingin menusuk tulang. Sayangnya belum ada salju yang turun pada akhir bulan November ini. Hari-hari Mitchell jalani dengan terus menempel pada Kenta atau Somi. Keduanya sukses debut menjadi tamengnya di sekolah walaupun mereka berdua pun tak sadar. Mitchell belum berencana untuk menceritakan kejadian di toilet sekolah atau kantor kepada siapapun. Semakin hari, ia semakin berfikir bahwa kini tak ada gunanya.
Melihatnya yang terus berada di samping Kenta, Emma dan kawan-kawannya semakin geram namun tak ada yang bisa mereka lakukan. Belum lagi Somi yang tak pernah absen melontarkan tatapan tajam kearah mereka.
Keberadaan Mitchell di sekolahnya pun nampak kian mencolok akibat Somi. Kedekatan mereka berdua telah diketahui oleh seluruh penjuru sekolah, persis seperti dulu Adel dengannya. Namun kini ia berganti peran menjadi Mitchell yang ceria dan Somi sang idol. Dimana ada Mitchell, disitulah pasti ada Somi.
Kehidupan di kantornya pun sama menyenangkannya. Mitchell telah berdamai dengan kenyataan bahwa beberapa orang trainee tak suka dengannya. Walaupun terkadang masih ada hari dimana ia overthinking, namun sebisa mungkin ia memenuhi harinya dengan fikiran positif. Semakin hari, ia pun semakin dekat dengan HyeIn unnie dan kawan-kawan. Tiap siang mereka selalu makan bersama. Sesekali ia menyempatkan diri untuk makan di meja LiWei dan roomate-roomate Kenta. Kenta yang tak begitu peduli dengan obrolan di meja manapun, membiarkan Mitchell menentukan ke meja manapun.
Kemajuan dalam program training dapat terlihat. Akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan Kentalah yang meningkat sangat pesat. Kini badannya tak kaku lagi ketika menari. Vokalnya pun semakin stabil. Staff-staff SM kerap kali mengajak Kenta rapat tentang berbagai hal mengenai peningkatannya tersebut. Bahkan Yebin unnie mengatakan bahwa staff SM berencana untuk memanggil guru private flute dan violin khusus untuknya. Menurut mereka, kalau Kenta bisa lulus Abrsm tingkat akhir pada 3 alat musik berbeda akan menjadi daya tarik tersendiri ketika ia debut nanti.
Sudah beberapa hari ini, Mitchell tak enak badan. Namun malam inilah puncaknya. Pulang latihan mandiri kemarin, Mitchell merasa badannya kian melemas. Sakit di kepala dan sendinya semakin menjadi-jadi. Kenta yang menyadari itu, memutuskan untuk mengantarnya sampai ke kamar. Mendorongnya masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih, Kenta langsung menyediakan obat demam dan air madu hangat untuknya.
Mitchell yang segera ingin rebahan di kasurnya, meneguk air madu itu dengan cepat lalu menyuruh Kenta pulang. Awalnya Kenta ragu meninggalkannya sendiri. Namun masalah terselesaikan ketika Mitchell berjanji akan langsung menelfonnya ketika ia merasa semakin tak enak badan.
Malam itu ini ia tertidur dengan gusar. Terbangun beberapa kali karena selimut tebal miliknya nampak tak kunjung bisa menghangatkan tubuhnya. Bangkit berdiri, Mitchell berjalan lunglai menuju lemari bajunya untuk mengambil kaos kaki. Namun kaki lemasnya seperti tak sanggup menahan bobot tubuhnya. Ketika ia berjongkok, Mitchell tak yakin ia bisa kuat berdiri lagi. Memakai kaos kakinya, ia lalu memutuskan untuk berbaring di lantai kayu kamarnya. Berharap bisa mengumpulkan sedikit energi untuk bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidurnya. Tak sadar, Mitchell malah tertidur di lantai semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...