Hari keberangkatan summer school.
Mitchell pernah berlibur ke China beberapa kali. Tapi ini baru kali keduanya ia menginjakan kaki di kota Shanghai. Kota padat yang berteknologi tinggi. Perutnya seperti melilit mengingat ini akan menjadi pertama kalinya remaja 14 tahun itu pergi 1 bulan 'liburan' tanpa orangtua maupun teman. Antara takut dan agak-terlalu bersemangat.
1 koper besar, 1 koper kabin dan 1 tas selempang kecil berisi handphone, pasport, tiket pesawat, dompet, airpods dan lipbalm kecil siap menemani perjalanan. Sensitif akan dingin, Mitchell memakai hoodie dan celana jeans panjang pas badan.
Sesampainya di airport, Mitchell dan kedua orangtuanya langsung menuju titik temu yang sudah diberitahu penyelenggara summer school. Dari jauh sudah terlihat sekumpulan orang tua yang sibuk memberikan nasihat terakhir sebelum berangkat.
Pagi itu papa punya janji penting bersama client. Setelah memberi Mitchell pelukan terakhir, kedua orangtuanya pergi dengan muka yang bersalah. Masih setengah jam lagi sampai kami semua bisa check in. Merasa canggung sendirian, Mitchell duduk di kursi tak jauh dari kumpulan siswa yang akan menjadi classmate nya selama 1 bulan kedepan.
Bermaksud mengeluarkan airpods, Mitchell merasakan bahunya ditepuk pelan. "Ikut summer school juga ya?" Seorang anak perempuan yang tampak lebih tua darinya beberapa tahun dengan beanie dan baju putih longgar. Rambut coklat panjangnya dibiarkan terurai. Agak berantakan namun entah kenapa terlihat tetap cantik.
"Eh iya nih. Kamu juga? Kenalin aku Mitchell" Ia menggeser semua barang bawaannya memberi gestur agar teman barunya itu bisa duduk di sebelahnya. Mitchell menoleh ke kanan dan kiri tapi tak terlihat kehadiran pendamping. Sama sepertiku hachi sebatang kara..
"Yesss! Haiiii gue Beverly. Panggil bev aja" duduk disampingnya, mata kedua remana itu jatuh kepada pemandangan di depannya. Sekumpulan orang tua yang tampak terlalu khawatir. "Ini gue yang lupa, ato emang summer school kita cuma 1 bulan sih?" Bev mengerutkan dahi sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok di belakang tempat mereka berdua duduk. Merasa penasaran, Mitchell memperhatikan obrolan ibu dan anak di depannya, berharap bisa mendengar nasihat panjang apa yang ibu itu sampaikan pada anaknya.
"Jadi penasaran ngobrolin apa. Kok kaya serius banget yaa?" Apa ada informasi penting yang mama lupa sampaikan sebelum pergi?
Tanpa sadar tubuh Mitchell menegakkan badannya yang membuat Bev tertawa kecil. Tangannya yang lentik mengacak-acak rambut Mitchell. "Ga usah takut. Paling ngajarin cara pakai mesin cuci. Gue udah ikut summer school ini taun lalu. Terpaksa lebih tepatnya" Pernyataan Bev sukses membuat Mitchell menghela nafas lega. Ujung matanya mencoba melirik sekali lagi sosok remaja disebelahnya yang terlihat acuh. coba aja aku punya kakak perempuan.Keheningan di antara Mitchell dan Bev pecah saat pihak penyelenggara memberikan instruksi agar para peserta mulai berbaris dan mulai check-in. Mitchell dan Bev memutuskan untuk menunggu sampai antrian agak sepi. Mitchell menebak-nebak umur para peserta, sedikit yakin bahwa ialah peserta termuda disini.
20 menit berlalu sampai akhirnya Bev mengajaknya untuk mulai berbaris. Tepat saat mereka masuk ke dalam barisan, 2 orang laki-laki bertubuh tinggi terlihat terburu-buru menepuk bahu Bev.
"Eh sorry ini summer school ke Shanghai bukan ya?" Tanyanya dengan nafas terenggal-enggal. "Iyaa sini baris belom telat kok. Kenalin gue Bev" menghela nafas lega kedua anak laki-laki itu mencoba mengatur nafas. Pembawaan Bev yang santai dan ramah sukses membuat banyak orang bisa bernafas lega, termasuk Mitchell dan dua orang laki-laki di belakangnya."Hey hey, kenalin gue Mike dan ini Kenta. Gilaa gue pikir gue telat. Lagian kenapa sih flightnya harus di pagi buta gini?!" Mitchell tertawa kecil pada celotehan lelaki dengan rambut hitam pendek yang terlihat diberi pomade dengan terburu-buru. Mike dan Kenta memilikki tubuh yang tinggi. Mitchell harus mendongakan kepalanya untuk bisa berbicara dengan nyaman. "Lohh kok ada anak kecil ikut summer camp? Adik lo bev?" Mendengar pertanyaan Mike, Mitchell bertatapan dengan Bev sambil menahan tawa "Aku Mitchell, belom jadi adik Bev tapi gak tau besok sore" candanya. "By the way aku tahun ini 15 taun! Bukan anak kecillll"
"Jujur tadi gue pikir lo masih 12 taun HAHAHAHA" Kenta yang sendari tadi memilih untuk diam memulai dialognya dengan mengejeknya. Mitchell meletakan tangannya di dada dan memasang wajah terluka. "Belum juga naik pesawat tapi aku udah dihina. Ayo maju kita berantem disini sekarang juga" ujarnya cemberut yang sontak membuat ke 3 teman baruku ikut tertawa. Mike mengacak rambutnya, "Gak nyangka summer school gue taun ini dipakai buat ngurus 2 bocah berantem"
Kenapa sih orang-orang hobi banget ngacak-ngacak rambut aku!Kini Mitchell bisa bernafas lega setelah mengetahui ada 3 orang kakak yang akan menemaninya selama Summer School.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...