Entah kenapa, seharian ini Kenta tak berbicara padanya padahal pagi tadi ia terlihat baik-baik saja. Kenta bahkan mengirimnya pesan singkat untuk pergi ke kantor terlebih dahulu. Mungkin ia ada urusan dengan gurunya, fikir Mitchell. Setelah bimbang antara belajar untuk ujian world history besok atau mengikuti kelas trainingnya, akhirnya Mitchell memutuskan untuk pergi menuju studio dancenya. Lagipula sejarah dunia merupakan salah satu kelas yang ia sukai jadi ia yakin akan mempelajarinya dengan cepat.
Kemarin di toilet sekolah ketika Somi memfotokan luka-lukanya, mereka berdua dikejutkan dengan lebam besar di perut Mitchell. Walaupun memang sakit hampir tak bisa bernafas, Mitchell tak menyangka lebamnya akan sebesar dan segelap itu. Somi membantunya untuk mengumpulkan bukti-bukti sambil meringis, menyesal tak membantunya lebih awal. Namun Mitchell sangat mengerti alasan Somi tak membantunya kala itu. Ia bahkan berterimakasih atas respon kepala dingin dari Somi. Pipinya pun bengkak, pembuluh darahnya pecah memberikan efek merah gelap. Mitchell yakin siapapun yang melihatnya akan tau ia habis ditampar dalam sekali lirikan mata.
Karena itulah ia meminta Somi untuk membantunya menempelkan kain kasa di pipinya setelah mengompresnya selama setengah jam. Namun usahanya tak membuahkan hasil ketika Yebin unnie panik melihatnya menginjakan kaki ke kantor. Menariknya ke toilet, Yebin unnie membuka perban di pipinya. Untungnya selama perjalanan ke kantor tadi Mitchell telah menyusun kebohongan besar untuk orang-orang di kantornya. 'Tak sengaja membanting pintu besi loker ke mukanya'. Walaupun beberapa orang nampak tak yakin, Mitchell dapat dengan mudah mengalihkan pembicaraan. Dengan itu pula ia bisa terhindar dari kecurigaan-kecurigaan staff dan teman di teman trainingnya, termasuk Kenta.
"Oh! Migi-ya! Long time no se- PIPI KAMU KENAPA?"
Lamunan Mitchell buyar ketika ia tak sadar berpapasan dengan Ten oppa di lorong. Walaupun sesuai dugaannya, semakin banyak idol yang berlatih di training center menjelang akhir tahun, sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Ten oppa. Mitchell sontak berlari dan membalas pelukan Ten.
"OPPAA LONG TIME NO SEE! Oh ini? Biasa.. aku teledor gak sengaja banting pintu loker ke pipi aku hehehehehehe"
"Yaaaa! Kamu harusnya lebih hati-hati! Pasti sakit ya?"
"Engga kok! Udah gak sakit sekarang! Oppa kesini latihan kah?"
"Iya nih. Kamu mau masuk kelas ya? Ayo datang ke lantai 7 begitu kelasmu beres"
"Iyaaa! Ok oppa aku nanti kesana ya!"Setelah berpisah, Mitchell jalan menuju kelas rap, kelasnya hari ini. Baru kali ini ia bersyukur untuk itu. Karena tendangan di perutnya kemarin, entah kenapa Mitchell merasa nafasnya jadi tak sepanjang biasanya. Akan terasa nyeri kalau ia memaksakan menggunakan nafasnya terlalu panjang. Walaupun tak lagi terasa sakit ketika beraktivitas, namun sakitnya masih terasa jika ia menyentuh lebamnya. Lagipula, itu lebam yang baru didapatnya kemarin. Mungkin normal seperti ini, duganya.
Sampai kelasnya usai, Mitchell masih belum melihat keberadaan Kenta. Kenta bahkan tidak terlihat batang hidungnya di kantin ketika makan malam. Walaupun sedikit cemas akan sikap Kenta yang tak biasanya ini, Mitchell tak menggubrisnya dan jalan menuju lantai 7 tempat dimana Ten oppa menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Fiksi PenggemarSerendipity [seren'dipede] /noun/ Keberuntungan yang datang tidak terduga Hidup adalah misteri. Setiap langkahmu merupakan clue. Bagaimana jika suatu hari keberuntungan membawamu untuk menjadi seorang trainee? Akankah kamu terima? Idol AU #1 kpopfa...